trustnews.id

Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Pekalongan  Achmad Afzan Arslan Djunaid - Salahudin  Membangun Anak Muda Pekalongan, Membangun Kota Pekalongan
Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Pekalongan  Achmad Afzan Arslan Djunaid - Salahudin Membangun Anak Muda Pekalongan, Membangun Kota Pekalongan

Achmad Afzan Arslan Djunaid – Salahudin untuk Pekalongan yang lebih baik.

Kota Pekalongan, sejumlah pekerjaan rumah  menanti untuk diselesaikan. Bila dibuatkan list, tentu akan teramat panjang daftarnya. Mulai dari banjir rob, sampah, sungai yang hitam tercemar hingga masalah pembangunan kembali Pasar Sentiling (Banjarsari) yang terbakar di 2017 lalu. 
Achmad Afzan Arslan Djunaid - Salahudin, akrab disebut Aladin, pasangan calon walikota dan calon wakil walikota Pekalongan, ini menyatakan siap untuk menuntaskan pekerjaan rumah tersebut.
Didukung koalisi PDIP, PAN, PPP, Hanura dan Partai Gelora, Aap – begitu Achmad Afzan Arslan Djunaid dipanggil – mengatakan, kerjsama merupakan kunci utama menyelesaikan PR Kota Pekalongan. 
“Kota Pekalongan tidak bisa bekerja sendiri harus membuka diri untuk bekerja sama dengan Kabupaten Pekalongan dalam masalah limbah Sungai Loji. Sungai di Kota itu hulunya, sedangkan hilirnya ada di Kabupaten. Nah di kabupaten itu pusatnya industri mulai dari batik, sablon, kain sarung hingga jeans. Kita juga ada tapi tidak banyak,” ujar Aap kepada TrustNews.
Dirinya tidak memungkiri, masalah limbah kerap menimbulkan polemik antara kota dan kabupaten akan siapa pihak yang bertanggung jawab. Sebab itulah, menurutnya, ketimbang terus berpolemik jauh lebih baik menyelesaikannya secara bersama-sama.
“Apakah dengan polemik lalu sungai jadi bersih? Kalau iya jawabnya, ayo kita terus berpolemik. Kenyataannya nggak tuh, masih tercemar malah hitam. Baiknya kerja sama saja, pihak kabupaten  dan kota sama-sama menerapkan aturan main dan pengawasan kepada pelaku pencemaran sungai,” paparnya.
Begitu juga dengan banjir rob yang kerap melanda. Paslon bernomor urut 1 ini, melihat pembangunan tanggul membutuhkan biaya sangat besar. Tentu tidak bisa didanai pembangunan tersebut oleh pihak kota, sehingga harus disinkronkan dengan pemerintah pusat.
“Saat ini Pemkot Pekalongan tengah membangun tanggul sementara dari karung pasir untuk mengurangi genangan. Ini solusi jangka pendek, tapi tidak bisa untuk jangka menengah dan panjang. Harus ada koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah pusat untuk pembangunan tanggul yang permanen,” paparnya.
Lantas, bagaimana dengan masalah pembangunan kembali Pasar Banjarsari. Dia mengakui, ada tuntutan dari para pedagang agar Pasar Banjarsari bisa dibangun kembali paska kebakaran di 2018 lalu. Hanya saja, pembangunan tersebut terbengkalai dikarenakan adanya sengketa kasus dengan pihak ke tiga. Terkait dengan usulan ganti rugi berupa sejumlah uang untuk mengganti masa sewa yang belum selesai hingga 2032.
“Solusinya ada dua, win-win solution atau bangun pasar baru di lahan yang berbeda. Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut dan membiarkan para pedagang di pasar darurat. Pasti ada solusinya dari kedua belah pihak, toh sama-sama ingin memajukan Kota Pekalongan,” paparnya.
Di luar permasalahan itu, Aladin yang mengusung visi “Mewujudkan Kota Pekalongan Yang Lebih Sejahtera, Mandiri dan Religius”, juga akan memaksimalkan balai pelatihan kerja dan menjadikan job fair sebagai agenda rutin.
“Kita bisa memaksimalkan balai latihan kerja karena bisa menampung 800-1.000 anak didik dengan 10 jenis pelatihan. Setelah itu kembali ke individu-individunya, apakah setelah selesai pendidikan di balai latihan kerja, bisa mempraktekkannya dengan membuka lapangan pekerjaan,” tuturnya.  
Khusus untuk pemuda, Aaf bertekad memberikan fasilitas sarana dan prasarana untuk kegiatan kepemudaan. Mengapa? Karena dirasakannya masih sangat minim perhatian dari pemerintah. Dengan minimnya sarana dan prasarana kegiatan, tentu berdampak pada hal-hal yang bersifat negatif.
“Ada kok anak Kota Pekalongan yang juara di bidang musik. Tetapi apa perhatian kepada mereka dan apa reward kepada mereka. Dalam arti selama ini tidak ada. Nah ini yang akan kita ubah,” tegasnyas.
Perhatiannya ke bidang kepemudaan, alasannya sederhana saja,  karena anak-anak muda itu menjadi generasi penerus Kota Pekalongan pada waktunya nanti. Dia tidak ingin, anak-anak yang harusnya menjadi generasi penerus justru terjebak dalam hal-hal yang bersifat negatif.
“Bagaimana atlet kita yang sudah juara di provinsi maupun nasional mau pulang ke Kota Pekalongan, kalau penghargaan atas mereka tidak ada dari pemerintah. Padahal mereka itu aset, harusnya kita kasih reward meski berupa beasiswa atau sesuatu yang bermanfaat. Inikan akan merangsang mereka untuk berjuang, selain membanggakan kotanya juga ada perhatian dari pemerintahnya,” pungkasnya. (TN)