trustnews.id

Prima Agro Tech  Ketahanan Pangan Berawal Dari Pupuk Organik
Foto: istimewa

Pupuk organik dan biopestisida membebaskan Indonesia dari ketergantungan bahan-bahan impor pupuk kimia. Waktunya beralih ke pupuk organik dan biopestisida demi kemandirian bangsa.
Hampir 60 tahun lebih, petani Indonesia bersentuhan dengan pupuk buatan (kimia) yang populer dengan nama Urea. Tentu menjadi tak mudah, mengubah pola penggunaan pupuk dari kimia ke organik di kalangan petani, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hanya saja inilah tantangan yang dihadapi PT Prima Agro Tech dalam memasyarakatkan pupuk organik.
Merujuk data Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, petani yang menggunakan pupuk anorganik mencapai 86,41 persen, sementara penggunaan pupuk berimbang (organik dan anorganik) hanya 13,5 persen dan organik 0,07 persen. Ini menunjukkan bahwa petani di Indonesia lebih tertarik menggunakan pupuk anorganik.
Lima tahun kemudian, berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), sepanjang 2018 konsumsi urea tumbuh 5% dari 5,97 juta ton pada 2017 menjadi 6,27 juta ton, sedangkan konsumsi NPK naik 7,88% dari 2,60 juta ton menjadi 2,80 juta ton. Kenaikan juga terlihat pada konsumsi pupuk jenis fosfat, ZA, dan pupuk organik.
Direktur marketing & Research PT. PRIMA AGRO TECH, Gunawan Sutio, mengatakan, edukasi dan pendamping ditujukan agar petani kembali terbiasa menggunakan pupuk dan pestisida organik, dan secara perlahan petani mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia.
"Cost paling besar itu edukasi. Ini permasalahan utamanya. Kementerian Pertanian jangan hanya mengandalkan charity dengan membagi-bagikan pupuk kimia, harusnya disisipkan edukasi soal keutamaan pupuk organik," paparnya.
Sistem pertanian organik, dijelaskannya, juga membutuhkan biopestisida. Sebagai bahan yang dapat mencegah dan mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. Berbeda dengan pestisida, biopestisida mengandung unsur mikroba dan bahan bahan aktif organik (alkaloid) yang diekstrak dari tumbuh-tumbuhan.
"Kita sedang fokus di biopestisida dengan mengambil hama penyakit yang sifatnya organik dan ramah lingkungan. Tentu akan timbul pertanyaan, kok hama penyakit sebagai bahan dasarnya? Hama sakit bila terkena jamur, nah jamur itu yang kita ambil lalu dimurnikan dan diperbanyak. Setelah itu dikembalikan ke alam dalam jumlah yang banyak. Istilahnya dari alam kembali ke alam. Hama dilawan dengan hama," paparnya.
Baik pupuk organik dan Biopestisida PT PRIMA AGRO TECH telah diujicobakan di lahan rawa seluas 50 hektar di Desa Hamayung, Kab. Hulu Sungai Selatan, Kalsel. Hasilnya, panen di lahan rawa ini mencapai 8 ton Gabah Kering Panen (GKP) per hektar (ha). Naik dibandingkan metode penanaman padi konvensional yang produktivitasnya rata-rata 5 ton - 6 ton per ha.
Hasil sama juga dirasakan para petani di Kecamatan Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Penggunaan pupuk organik, Humatop dan Humatpro, dinilai ramah lingkungan dan berdampak signifikan terhadap produktivitas hasil pertanian. 
Panen yang dilakukan di Praya tersebut dinilai sangat memuaskan petani. Terlebih, dengan sistem tanam jajar legowo 3:1 hasil panennya mencapai 10 ton lebih.
Begitu juga yang dirasakan Petani di Desa Sidomulyo, Kecamatan Belitang, Kabupaten OKU Timur, Sumatra Selatan. Di lahan demoplot seluas 7.500 m2 dari PT Prima Agro Tech, yang pernah menggunakan teknik Hazton dan Salibu.
Bila menggunakan metode konvensional hanya menghasilkan 5-7 ton per hektar (ha), kini sembilan ton per ha Gabah Kering Panen (GKP) dengan budidaya padi sehat dan bebas residu. Adapun jarak tanam yang digunakan adalah jarwo 4:1 dengan varietas Inpari 32.
Produk Prima Agro Tech, lanjutnya, tak hanya dipasarkan di dalam negeri tapi telah merambah mancanegara. Antara lain Vietnam, Filipina, Thailand, India, Pakistan, Bangladesh, Kamboja, hingga Malaysia.
Dalam pandangan Prima Agro Tech, keberadaan pestisida kimia menyebabkan negara mengalami ketergantungan impor dikarenakan pemerintah terlambat dalam membangun industri pestisida. Untuk keluar dari ketergantungan impor bahan pestisida, satu-satunya dengan pengembangan pestisida biologi yang mana semua negara sedang berpacu mengembangkan dikarenakan masa depan pertanian ramah lingkungan ada di sini.
"Pestisida organik adalah cara Indonesia keluar dari bahan baku yang 95% impor dan produk pangan yang dihasilkan lebih sehat dan berdaya saing untuk mewujudkan ketahanan pangan dan ketahanan ekosistem pertanian. Mandiri benih, mandiri pupuk, mandiri pengendalian hama dan penyakit ramah lingkungan serta keberlangsungan usaha tani adalah kunci ketahanan pangan dan ketahanan ekosistem," pungkasnya. (TN)