trustnews.id

“Sundung Cisarua” Kiprah PT Aneka Tambang Mengubah “PETI” ke Peternakan Sukses
Doc, istimewa

TRUSTNEWS.ID - Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) milik PT Aneka Tambang Tbk (PT Antam) Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor benar-benar membawa perubahan besar. Bukan hanya bagi perusahaan atau kontribusi terhadap perekonomian nasional, tetapi juga bagi masyarakat Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat—desa yang selama puluhan tahun hidup berdampingan dengan aktivitas pertambangan.

Melalui “Sundung Cisarua”, PT Antam merancang solusi jangka panjang untuk menjawab persoalan ekonomi, sosial, dan lingkungan pascapenutupan tambang. PPM ini tidak sebatas memberikan bantuan, melainkan membangun kemandirian masyarakat melalui peningkatan keterampilan, penguatan ekonomi, dan pelestarian lingkungan.

Salah satu wujud nyata program tersebut adalah “Learning Center Jaro Farm”, sebuah pusat pembelajaran masyarakat dalam praktik budidaya domba, pertanian berkelanjutan, hingga pengolahan limbah menjadi produk bernilai tambah. Untuk menjaga kesinambungan ekonomi hijau, PT Antam UBPE Pongkor juga membentuk kelompok ternak domba Garut yang menjadi motor pengembangan usaha sekaligus penjaga kelestarian lingkungan.

Sosok Gember menjadi bukti nyata dampak program ini. Dahulu, ia dikenal sebagai salah satu tokoh Penambangan Tanpa Izin (PETI) di kawasan Cisarua. Kini, setelah mengikuti pendampingan intensif PT Antam, Gember didapuk sebagai Ketua Kelompok Tani Jaro Farm. Ia aktif belajar bertani dan beternak domba Garut. Kelompoknya pun diikutsertakan dalam berbagai pelatihan, bahkan pernah dikirim ke Garut untuk memperdalam ilmu peternakan.

Pengetahuan yang diperoleh langsung diterapkan, mulai dari perawatan domba, pembuatan pakan, hingga penanganan penyakit. Transformasi itu membuahkan hasil. Jaro Farm yang awalnya memelihara 50 ekor domba pada 2021, kini berkembang pesat menjadi lebih dari 800 ekor. Program ini bahkan telah direplikasi di beberapa desa lain.

Di tangan Gember, Jaro Farm bukan sekadar tempat beternak, melainkan ruang belajar bersama yang melahirkan ekonomi baru yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. “Selama ini kami dibina oleh PT Antam Pongkor, bukan hanya domba tetapi juga pupuk dari kotoran ternak, bibit odot, sampai produk turunan lainnya,” ujarnya.

Pendapatan peternakan pun meningkat signifikan. Domba Garut berusia dua tahun dapat dijual dengan harga tiga hingga empat juta rupiah, bahkan lebih tinggi saat hari raya kurban. “Omzet setahun di sini Rp400 juta. Dulu waktu masih menjadi gurandil memang untung, tapi juga banyak merugikan lingkungan, dan saya pun tidak tenang melakukannya. Menurut saya, bukan hanya bicara untung, tapi bagaimana bisa bermanfaat untuk banyak orang,” tutur Gember.

Pada awal 2000-an hingga 2018, Gember dikenal sebagai salah satu bos “gurandil emas” atau penambang emas ilegal yang disegani. Namun setelah pemerintah bersama aparat memperketat penertiban, lubang-lubang tambang ilegal ditutup. Di saat banyak warga kehilangan arah, titik balik Gember justru dimulai. Perubahan besar itu mengantarkannya menjadi peternak yang sukses dan penggerak lokal di berbagai pelatihan peternakan di wilayah Nanggung, Kabupaten Bandung, dan sekitarnya.

Keberhasilan program PPM ini semakin lengkap setelah PT Antam menerima “Penghargaan Subroto 2025, kategori PPM Terinovatif Komoditas Mineral, subkategori Kelembagaan untuk Pembentukan Kelembagaan Komunitas Masyarakat Dalam Menunjang Kemandirian PPM” dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Corporate Secretary PT Antam, Wisnu Danandi Haryanto, menyampaikan apresiasi atas penghargaan tersebut. “Penghargaan ini merupakan bukti nyata bahwa inovasi dan program pemberdayaan yang dijalankan PT Antam benar-benar memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Ini adalah penghargaan tertinggi di sektor ESDM, dan kami bersyukur dapat mempertahankannya selama dua tahun berturut-turut,” ujarnya.