trustnews.id

BPR BKK Batang Digitalisasi Rasa Lokal
Doc, istimewa

BPR BKK Batang Digitalisasi Rasa Lokal

NASIONAL Selasa, 18 November 2025 - 03:14 WIB Redaksi

TRUSTNEWS.ID - Ketika ekonomi daerah di Indonesia berlomba menyesuaikan diri dengan era digital, PT BPR BKK Batang (Perseroda) melangkah dengan ambisi yang tenang namun terukur. Bank perkreditan rakyat milik daerah ini berusaha menyeimbangkan dua dunia, kedekatan dengan masyarakat akar rumput dan tuntutan modernisasi teknologi.

Sebagai juru mudi, Dany Kukuh Pamungkas, SE membawa BPR BKK Batang menatap akhir 2025 dengan strategi berfokus pada tiga pilar utama, yakni transformasi digital, ekspansi kredit, dan penguatan dana pihak ketiga. "Kami ingin BPR BKK Batang tidak hanya tumbuh secara finansial, tetapi juga menjadi institusi yang memberi dampak nyata bagi masyarakat Batang," ujar Dany Kukuh kepada TrustNews.

Per 30 September 2025, kinerja keuangan BPR BKK Batang menunjukkan pijakan yang relatif kokoh. Total aset mencapai Rp173,82 miliar, dengan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp157,48 miliar dan penyaluran kredit senilai Rp102,18 miliar. Adapun rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 23,62%, jauh di atas batas minimal OJK, sementara rasio kredit (CR) sebesar 23,95% menandakan ruang perbaikan dalam pengelolaan risiko.

"Kami menjaga pertumbuhan tetap sehat dan hati-hati, sebab di industri BPR, keberlanjutan jauh lebih penting daripada sekadar ekspansi," katanya.

Transformasi digital menjadi jantung dari seluruh strategi pertumbuhan. BPR BKK Batang tengah memperbarui core banking system agar data dapat diakses secara real time, mempercepat pelayanan, dan memastikan kepatuhan pada regulasi yang terus berkembang.

Digitalisasi juga menjadi kunci untuk memperluas basis nasabah dan menjangkau generasi muda. Melalui kampanye di media sosial, BPR BKK Batang menonjolkan kemudahan akses dan nilai kedekatan lokal. "Teknologi bagi kami bukan untuk menggantikan sentuhan manusia, tapi untuk memperkuatnya," tegasnya. "Kami ingin nasabah tetap merasakan kehangatan layanan, sekaligus menikmati efisiensi digital," ujar Dany yang dilantik sebagai Direktur Utama PT BPR BKK Batang pada 2021 silam.

Langkah modernisasi itu beriring dengan proses konsolidasi 33 BPR BKK (Perseroda) di seluruh Jawa Tengah. Proyek besar yang digagas pemerintah provinsi tersebut diharapkan memperkuat struktur permodalan dan efisiensi operasional sektor BPR. Bagi Dany, konsolidasi adalah momentum, bukan ancaman.

"Konsolidasi akan memaksa kita menjadi lebih disiplin, lebih efisien, dan lebih terbuka terhadap inovasi. Kami tidak ingin sekadar ikut arus, tetapi ingin menjadi contoh bagaimana BPR daerah mampu bertransformasi," urainya.

Untuk itu, BPR BKK Batang memperkuat sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur teknologi informasi (TI) agar siap menghadapi proses integrasi. Dia menekankan pentingnya kesiapan mental dan kompetensi digital seluruh karyawan. Setiap pegawai kini menjadi bagian dari strategi pemasaran, bukan hanya pelaksana operasional.

"Kami sedang membangun budaya baru di mana setiap orang merasa punya peran dalam pertumbuhan. Tidak ada lagi zona nyaman,” ujarnya.

Di lain sisi, ditegaskannya, kredit bagi sektor UMKM tetap menjadi fokus utama. BPR BKK Batang memandang sektor ini sebagai jantung ekonomi daerah. Kredit diarahkan untuk memperkuat modal kerja, produktivitas, dan daya tahan usaha kecil.

"UMKM adalah tulang punggung Batang. Jika mereka tumbuh, ekonomi daerah akan ikut bergerak," ungkapnya.

Kolaborasi dengan pemerintah daerah, OJK, dan lembaga penjamin kredit menjadi bagian dari upaya menciptakan ekosistem keuangan yang inklusif dan berkelanjutan.

Meski arah sudah jelas, tantangan tetap besar. Persaingan datang dari segala arah. Bank umum dengan modal besar, bank digital dengan kemudahan aplikasi, serta fintech yang menawarkan pinjaman cepat dengan syarat ringan.

Di tengah tekanan itu, BPR BKK Batang harus menanggung beban investasi teknologi yang tidak kecil, sementara skala usaha masih terbatas. “Kami tidak punya kemewahan seperti bank besar, tapi kami punya fleksibilitas dan kecepatan mengambil keputusan di level lokal," ujarnya. "Itu keunggulan yang tidak bisa dibeli dengan modal besar," tegasnya.

Dalam pandangannya, masa depan BPR bukan ditentukan oleh besar kecilnya modal, melainkan oleh kemampuan beradaptasi. "BPR yang bertahan nanti bukan yang paling besar, tapi yang paling cepat belajar," pungkasnya. (TN)