trustnews.id

Ekosistem Ketahan Pangan Membangun Ketahanan Pangan
Foto: istimewa

Ekosistem Ketahan Pangan Membangun Ketahanan Pangan

BISNIS Minggu, 06 Desember 2020 - 15:24 WIB TN

Ketahanan pangan melupakan eksosistem ketahanan pangan, dapat berujung pada bencana di belakang hari.
Bagai dua sisi keping mata uang. Begitulah keberadaan pangan dan lingkungan. Kerap melahirkan kontroversi, seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia -diprediksi mencapai angka 9 miliar jiwa pada 2045. Dari jumlah tersebut, penduduk Indonesia mencapai angka 350 juta. 
Pembukaan lahan baru menjadi keniscayaan. Hanya saja, kerap melahirkan pertentangan akan hilangnya keanekaragaman hayati (termasuk keragaman genetik). Pada akhirnya mengakibatkan melemahnya ketahanan ekosistem pertanian.
"Kita selalu bicara ketahanan pangan, tapi lupa membicarakan ekosistem ketahanan pangan. Padahal ketahanan pangan itu bagian dari bagaimana kita menjaga ekosistem ketahanan pangan. Ini tidak bisa dipisah-pisahkan," ujar Direktur marketing & Research PT. PRIMA AGRO TECH Gunawan Sutio, kepada TrustNews.
Ekosistem ketahanan pangan, paparnya, tidak hanya bicara soal kelestarian hutan, namun juga segala sesuatu yang menopang sistem pertanian. Dalam kasus sederhana penggunaan pupuk yang tak terkontrol, tidak hanya menghilangkan kesuburan tanah. Namun juga menyebabkan turunnya kualitas air. Ini akibat pupuk yang tak terserap tanah, terbawa oleh air hujan ke sistem pengairan.
"Ada dua jenis pupuk, kimia dan organik. Dalam menjaga ketahanan ekosistem pangan, tentu pilihannya pupuk organik. Sekaligus mendidik para petani untuk tidak mudah menggunakan pupuk kimia yang justru mengurangi unsur hara dalam tanah," paparnya.
Selain pupuk, lanjutnya, juga keberadaan predator di lahan pertanian. Hilangnya predator akan menyebabkan naiknya jumlah hama yang akan merugikan pertanian, seperti tikus dan hama wereng. Kondisi ini disebabkan pemakaian pestisida yang berlebihan membuat hama menjadi resisten dan menjadi lebih pesat berkembang biak.
"Penggunaan pestisida yang berlebih justru membuat hama lebih resisten dan dosisnya pun semakin tinggi. Begitu juga dengan hama lain terutama tikus, karena predator alaminya hilang," tegasnya.
Menjaga keseimbangan alam, menurutnya, menjadi penting dalam kaitannya dengan ketahanan pangan. Sebab, ketahanan pangan tanpa menjaga keberlangsungan ekosistem akan menyebabkan bencana di belakang hari.
"Bicara ekosistem berarti bicara semua komponen yang ada di dalamnya. Salah satu komponen hilang, akan mengganggu keberlangsungan ekosistem tersebut. Bila ekosistem ketahanan pangan terganggu, tentu mengganggu ketahanan pangan itu sendiri," ungkapnya dengan menambahkan, "Ketahanan pangan mengacu pada ketahanan ekosistem. Wajib mengedepankan ketahanan ekosistem," tutupnya. (TN)