trustnews.id

HIMKI Jepara TETAP EKSIS MESKI DIHANTAM PANDEMI
Maskur Zaenuri, Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jepara
Jateng Gayeng

HIMKI Jepara TETAP EKSIS MESKI DIHANTAM PANDEMI

DAERAH Jumat, 22 Oktober 2021 - 08:05 WIB TN

Situasi ini cukup menggembirakan, sekaligus membanggakan. Sekalipun tidak pernah sepi order, tapi dengan dibukanya kembali akses ekspor-impor di sejumlah negara, menghidupkan kembali aktifitas roda perekonomian Indonesia di luar negeri, melalui para pengrajin furniture, khususnya di wilayah Jepara.

Di awal Pandemi COVID 19 transaksi jual beli ekspor di Jepara mendadak berhenti total. Penjualan mengalami penurunan tajam dibanding- kan tahun-tahun sebelumnya. Beberapa negara yang merupakan pasar potensial pengusaha Jepara, pemerintahnya memberlakukan lockdown akibat terpaan virus Corona. Tapi itu hanya berlangsung sekitar 1 hingga dua bulan saja. Selebihnya orderan kembali muncul, meksipun tidak banyak.

“Saat pandemi mulai merambah ke Eropa, sejumlah negara menerapkan kebijakan lockdown. Kita disini sampai benar-benar tiarap. Namun kini beberapa negara mulai membuka larangan barang masuk walaupun sifatnya masih parsial atau lokal di beberapa kota,” ungkap Maskur Zaenuri, Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jepara kepada Trustnews.

Ia memperkirakan, dengan penyesuaian menjalani kondisi pandemi di target market, penjualan online akan lebih meningkat. Sebab beberapa even pameran berskala internasional belum dipastikan dapat digelar. Harapannya, para pengusaha ini juga berkonsentrasi pada marketing berbasis online. Sebab, jika ini dapat dikelola dengan baik, akan dapat menjadi terobosan baru.

Sekalipun demikian untuk Jepara targetnya masih di bawah nasional. Perhitungan Himki Jepara hingga Desember tahun ini peningkatan penjualannya akan bertengger di level 36 persen.

“Namun demikian, berdasarkan informasi yang kami catat di triwulan pertama tahun ini tingkat penjualan mebel dan kerajinan di Jepara kisarannya naik di angka 18 persen. Harapan kami di akhir tahun ini dibarengi dengan peningkatan secara nasional,” ungkap Maskur Zaenuri penuh harap.

Dari analisa yang dilihatnya, momentum peningkatan penjualan furniture dan kerajinan di Jepara erat kaitannya dengan ‘perang dagang’ antara China dan Amerika Serikat. Barometernya dapat dilihat dari meningkatkanya penjualan pada Juni tahun ini lewat pesaing-pesaing furniture Indonesia, terutama dari Thailnd, Vietnam dan Malaysia.

Situasi ini tentunya membawa dampak buruk bagi Indonesia, meskipun tidak begitu banyak. Namun demikian, tambah Maskur Zaenuri, sejatinya dalam situasi Pandemi para pengusaha furniture di Indonesia, khususnya Jepara, masih tetap meningkatkan eksistensinya. Dalam kondisi tidak normal saja, rata-rata masih bisa memperkerjakan 80% pekerjanya. Ini menandakan mereka masih mengerjakan order untuk memenuhi kebutuhan konsumen. “Secara value peningkatannya luar biasa. Contohnya, kami harus mengubah konstruksi dengan menyesuaikan biaya kontainer yang lumayan besar. Biaya logistik untuk Eropa saat ini peningkatannya bisa mencapai antara 850% hingga 1100%,” ungkap Maskur Zaenuri. Amerika juga demikian. Di negara bagian tertentu seperti New York juga luar biasa peningkatannya. Yang tidak terlalu tinggi ada di wilayah California dan Los Angeles.

Makanya, lanjut Maskur Zaenuri, HIMKI Jepara intens menyampaikan updateupdate terbaru tentang situasi pasar yang berkembang, terutama pasca pandemi. HIMKI juga tidak bosan-bosannya mengingatkan akan hal-hal apa saja yang mesti dilakukan teman-teman, termasuk di Jepara. Karena untuk menghadapi buyer-buyer asing harus ekstra kreatif, sebab mereka dihadapkan pada situasi yang tidak normal.

“Permasalahan ini kalau tidak disikapi dengan baik ini menjadi sesuatu yang mustahil untuk kita jalankan, karena intensitas kami dengan buyer harus kita lakukan. Makanya titik temu dan bagaimana menyikapi ini kan kita sudah sampaikan dari awal. Mau tidak mau kita harus melakukan terobosan-terobosan baru untuk tetap bisa menjaring konsumen,”tutupnya. (TN)