trustnews.id

Triswahyu Herlina - Pimpinan BRI Kanwil Surabaya Dorong Pertumbuhan Ekonomi, BRI KANWIL SURABAYA PERLUAS LAYANAN KUR
Istimewa

Berkomitmen mendorong percepatan pertumbuhan kredit yang pada akhirnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. BRI juga akan terus meningkatkan perannya melalui layanan transaksi keuangan dan memfasilitasi penyaluran kredit kepada UMKM.

Aura optimisme terpancar di setiap kata yang diucapkan. Sebuah antusiasme yang membuncah akan kebangkitan ekonomi meski dunia dilanda pandemi.

"Dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, perekonomian harus terus bangkit. Sebagai bank kebanggaan pemerintah, BRI berperan aktif menjadi penggerak perekonomian Indonesia, khususnya Provinsi Jawa Timur," ujar Pimpinan Wilayah Kanwil BRI Surabaya Triswahyu Herlina saat berbincang dengan TrustNews.

Dia pun mengungkap data, BRI Kanwil Surabaya mencatatkan pertumbuhan kredit pada Juli 2021 mencapai 12,03 persen (yoy), dengan jumlah kredit sebesar Rp43,9 triliun, yang ditopang dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan tumbuh sebesar 55,28 persen atau sebesar Rp3,3 triliun (yoy).

Pencapaian itu, menurutnya, merupakan wujud komitmen BRI Kanwil Surabaya dalam mendukung perekonomian Jawa Timur di tengah upaya dalam menangani Covid-19 serta PPKM darurat dan PPKM level 4.

“BRI Regional Surabaya akan terus mengoptimalkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui penyaluran KUR atau kredit bersubsidi kepada pelaku UMKM sesuai dengan peraturan menteri keuangan (PMK) No.138/2020," katanya.

Dia menambahkan, sepanjang tahun 2021, BRI Kanwil Surabaya telah menyalurkan KUR sebesar Rp5,4 triliun yang didominasi oleh KUR mikro sebesar Rp4,9 trilun.

"BRI Regional Surabaya mendapatkan amanah untuk menyalurkan KUR sebesar Rp11 triliun, dimana hal tersebut menjadi penyemangat kami untuk terus produktif sehingga memberi makna untuk Indonesia," katanya.

BRI Regional Surabaya telah menyalurkan KUR ke berbagai sektor ekonomi, saat ini sektor perdagangan masih menjadi sektor ekonomi yang mendominasi penyaluran KUR di BRI Regional Surabaya dengan jumlah share 44 persen.

Sektor ekonomi lain yang mendominasi adalah sektor pertanian sebesar 14,5 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 13 persen.

Sebagai BUMN, tegasnya, BRI Kanwil Surabaya akan terus berkomitmen mendorong percepatan pertumbuhan kredit yang pada akhirnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. BRI juga akan terus meningkatkan perannya melalui layanan transaksi keuangan dan memfasilitasi penyaluran kredit kepada UMKM.

Upaya percepatan tersebut diakselerasi dengan memperluas layanan KUR melalui KUR supermikro. KUR ini ditujukan untuk masyarakat yang belum pernah mendapatkan KUR dan tidak sedang menikmati pinjaman komersial dan ibu rumah tangga yang memiliki usaha dengan plafon maksimal Rp10 Juta untuk ke setiap penerima KUR supermikro.

Pertimbangannya, Provinsi Jatim memiliki jumlah UMKM cukup besar dan menjadi penggerak utama sektor ekonomi di tengah pandemi di wilayah setempat. Selain itu, UMKM telah terbukti menjadi penggerak utama sektor ekonomi saat pandemi.

"Nilai kreditnya memang tidak banyak, namun jumlah nasabahnya cukup besar. Sektor ekonomi mikro bagi kami merupakan embrio bisnis kami di masa depan," ujarnya.

Terkait dengan restrukturisasi kredit, Triswahyu mengatakan, BRI Surabaya telah melakukan restrukturisasi kredit sebesar Rp11,1 triliun.

"Jumlah restrukturisasi kita cukup besar juga, totalnya Rp11,1 triliun. Kita bersyukur penyebaran Covid-19 mulai melandai, namun bukan berarti perekonomian seketika langsung membaik," ungkapnya.

"Penyebaran Covid-19 melandai dan herd Immunity tercapai, tentu masih membutuhkan waktu bagi dunia usaha termasuk UMKM untuk kembali bangkit dan berjalan normal seperti sebelum terjadinya pandemi," tambahnya.

Untuk itulah, dirinya mendukung kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memperpanjang masa relaksasi restrukturisasi kredit perbankan selama satu tahun dari 31 Maret 2022 menjadi 31 Maret 2023.

"Saat kami di undang OJK, kami ingin jangan melihat Covid-19 selesai lalu program restrukturisasi dianggap selesai," ujarnya.

Dia mengibaratkan, "Bila kita mengalami luka, luka itu tidak cepat pulih karena perlu proses penyembuhannya. Kalaupun restrukturisasi kredit yang kita berikan itu mulai terjadi, perbaikan di dunia usaha tidak bisa langsung dilepaskan begitu saja. Karena sebelum Covid-19, kita juga melakukan restrukturisasi." (TN)