Perombakan manajemen hingga memetakan arah bisnis, PT Berdikari (Persero) tampil mengagumkan.
Benang kusut yang selama ini menjerat PT Berdikari (Persero) perlahan mulai terurai. Pembenahan internal yang dilakukan, bahkan sampai melakukan perombakan manajemen hingga memetakan arah bisnis, pada gilirannya menunjukkan hasil yang mengagumkan.
“Pada 2016 kami mulai fokus ke peternakan, dalam dunia olahraga itu reborn, mulai bangkit lagi. Tahun 2017 sudah menunjukkan performance yang positif dan 2018 juga kinerja semakin membaik. Kita udah mulai meraup laba melalui penjualan yang meningkat tajam, penjualan kami bisa mencapai 1 triliun lebih dari sebelumnya yang hanya berkisar 400 500 miliar,” ujar Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Eko Taufik Wibowo kepada TrustNews.
Tahun lalu, 2018, BUMN yang lahir tahun 1966 itu, mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik. merealisasikan impor GPS broiler sebanyak 53.000 ekor, importasi daging kerbau dari India sebanyak 20.000 ton hingga pengadaan sapi indukan impor untuk Kementerian Pertanian sebanyak 1.400 ekor. Hasilnya, Penjualan 2018 berdasarkan prognosa adalah Rp1,36 triliun, atau 255,60% dari target sebesar Rp382,03 miliar. Bahkan dibandingkan dengan realisasi 2017 sebesar Rp113,6 miliar, terjadi kenaikan sebesar 1.093,6%. Laba bersih dalam prognosa 2018 sebesar Rp27 miliar. Artinya, terjadi kenaikan 52,6% dari target RKAP 2018.
Dari sisi bisnis, lanjut Taufik, 2018 mulai masuk dalam bisnis peternakan ayam terintegrasi dari hulu ke hilir yang diawali dari rantai GPS (Grand Parent Stock), selama ini dilakukan perusahaan swasta besar. GPS merupakan rantai strategis dan menjadi critical point sebagai jaminan kapasitas pasok untuk rantai bisnis turunan berupa PS (Parent Stock), komersial (final stock) maupun pabrik pakan.
“Pada produk Final stok ini Berdikari menawarkan program yang berbeda yakni membebaskan para peternak rakyat itu membeli DOC kami untuk dikembangkan, nanti produksi mereka sebagian kami ambil untuk kami lakukan prosesing menjadi berbagai produk seperti telur hingga produk bumbu ayam termasuk menjaga stabilisasi harga yang selama ini tidak bisa di kontrol pemerintah,” paparnya.
Berdikari sudah merealisasikan impor GPS broiler sebanyak 53.000 ekor pada 2018 yang tersebar di dua farm, yaitu di Farm Tasikmalaya dan Farm Pasuruan. Saat ini farm GPS sudah mulai menghasilkan DOC (Day Old Chick) dan PS (Parent Stock) dengan rerata produksi 100.000 ekor per bulan yang didistribusikan kepada peternak pembibitan rakyat dan tersebar di pulau Jawa.
Torehan positif yang dihasilkan Berdikari, menurut Taufik, bukan berarti tanpa tantangan. Apalagi Berdikari terbilang pemain baru di bidang peternakan. Menurutnya, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni menjadi hal penting.
“Kita baru masuk industri ini tentunya SDM sudah dikuasai oleh pemain besar. Jadi yang kita lakukan adalah mengkombinasikan antara merekrut baru kemudian ditingkatkan kompetisinya dan menggunakan SDM yang ada, namun kita paksakan untuk meningkatkan keahliannya sehingga kedepannya lebih kuat perusahaan ini dari sisi skill maupun kompetensi karyawan perusahaan,” ujarnya. (TN)