trustnews.id

Ini Gebrakan INALUM TINGKATKAN EKSISTENSI BISNIS
Danny Praditya Direktur Operasi dan Portofolio INALUM

Menjaga kelangsungan atau kontinuitas bisnis merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh setiap perusahaan. Apapun aktivitas yang sedang berjalan di perusahaan Anda, selalu ada risiko kejadian tak terduga yang bisa menghentikan proses operasionalnya secara mendadak.

Hal yang menghentikan proses operasional dapat disebabkan insiden yang disengaja maupun tidak disengaja, baik itu faktor kesalahan manusia ataupun bencana alam. Apapun penyebab gangguan proses operasional tersebut, stakeholder (para pemangku kepentingan perusahaan) akan selalu menuntut perusahaan agar dapat melanjutkan aktivitas bisnis secepatnya.

Sebagian pebisnis percaya bahwa mereka dapat menemukan solusi secara instan untuk mengatasi insiden ataupun krisis yang tiba-tiba menimpa perusahaan. Namun, para pemimpin perusahaan dunia justru selalu menyisihkan waktunya untuk membuat rencana kontinuitas bisnis (business continuity plan) untuk mengantisipasi hal-hal tersebut.

Langkah antisipatif untuk tetap bisa mengibarkan bendera bisnis juga tengah dikembangan PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM-Persero). Dalam rangka optimalisasi bisnis, perusahaan alumunium milik bangsa tersebut melakukan beberapa aksi korporasi diantaranya melalui, Proyek Upgrading Teknologi Tungku Reduksi, Optimalisasi Smelter Kuala Tanjung, Pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery di Mempawah, dan Pembangunan Aluminium Remelt IAA.

“INALUM secara group juga sedang melakukan konsolidasi/integrasi bisnis hulu sampai dengan hilir untuk bauksit sampai dengan aluminium. Kami berencana mengimplementasikan Industry 4.0 atau digitalisasi di seluruh operasional hilir (pabrik dan smelter),” pungkas Direktur Operasi dan Portofolio MIND ID, Danny Praditya kepada Trustnews.

Saat ini, lanjutnya, INALUM juga sedang menjajaki peluang penggunaan sumber energi alternatif yang ekonomis dan efisiensi (cost leadership) untuk memperkuat produksi aluminium. INALUM juga meningkatkan sinergi dan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk mitra strategis swasta dalam investasi pengembangan kapasitas bisnis. Terkait inisiatif strategis tersebut dibutuhkan dukungan pemerintah terkait kebijakan yang mendukung pengembangan industri strategis (e.g Insentif tarif, keringanan retribusi dan pajak guna menopang keekonomian proyek dan pengembangan industrialisasi hilir aluminium).

Diakui Danny Praditya, dengan kapasitas produksi yang ada saat ini, INALUM baru mampu memenuhi sebagian kebutuhan aluminium dalam negeri sebesar 100 ribu ton per tahun. Kondisi ini menjadi peluang untuk INALUM sekaligus tantangan harus bisa dijawab oleh INALUM dengan berbagai langkah strategis yang kongkrit. Untuk itu, langkah-langkah strategis dilakukan seperti Peningkatan Kapasitas Produksi dengan melakukan upgrading smelter aluminium di Kuala Tanjung termasuk melakukan ekspansi smelter dengan target pada tahun 2025, INALUM bisa memenuhi produksi 500.000 ton/tahun.

INALUM juga saat ini bersama mitra strategis sedang berkolaborasi menjadi sumber-sumber energi baru yang lebih hijau dan berkelanjutan untuk kebutuhan ekspansi perusahaan. Selain itu peningkatan kapasitas, INALUM juga berencana membangun pabrik Calcined Petroleum Coke dengan kapasitas 100.000 ton/tahun yang dilakukan di Kuala Tanjung dan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 di Mempawah.

Visi INALUM membuat end to end supply chain dalam industri aluminium termasuk produk akhir yang bernilai tambah. Dalam implementasi rencana strategis ini tentunya INALUM tidak melupakan ekosistem industri aluminium nasional yang sudah ada. Pola kemitraan strategis juga akan dijajaki dalam rangka industrialisasi aluminium di Indonesia. Sebagai BUMN tentunya INALUM berupaya memberikan kebermanfaatan bagi mitra-mitra lokal dan masyarakat

Artinya INALUM akan berekspansi dari sisi hulu - hilir, bersama-sama dengan mitra-mitra dari industri Aluminium dalam negeri. Dengan demikian industri nasional bisa berkembang secara sinergi. Ini merupakan rencana besar INALUM sebagai perusahaan pertama dan satu-satunya dalam hal peleburan dan pengolahan aluminium terintegrasi di Indonesia.

“Saat ini kami juga sedang melakukan kajian komersial hilirisasi produk aluminium untuk kepentingan industri strategis
seperti halnya penerbangan, militer dan penunjang ekosistem EV,” tandas Danny Praditya.

Saat ini Grup MIND ID fokus pada akselerasi proyek-proyek strategis diantaranya Proyek Smelter Grade Alumina Refinery, FENi Haltim, Battery dan DME

Integrasi bisnis hulu dan hilir merupakan salah satu value creation yang didapat dari INALUM sebagai holding industri pertambangan. Upaya kolaboratif semua anggota holding dalam menopang semua lini bisnis group diharapkan menjadikan operasi lebih efisien dan menghasilkan kinerja yang optimum. (TN)