TRUSTNEWS.ID — Di balik geliat ekonomi ultra mikro, terselip kisah seorang perempuan tangguh bernama Ibu Rantiyem, nasabah Program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) binaan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Kisahnya adalahperjalanan panjang lebih dari 30 tahun, dimulai dari membantu orang tua yang memiliki usaha membatik sejak tahun 1990, hingga kinikembali menghidupkan tradisi itu menjadi sumber penghidupankeluarga.
Sejak remaja, Ibu Rantiyem telah mengenal canting. Ia tumbuh di lingkungan keluarga pembatik rumahan dan menghabiskan masa kecilnya membantu orang tua memproses pola, mencelup warna, hinggamenjemur kain. Kemampuan itu sempat terhenti ketika ia mulaimerantau mengikuti suami dan berdagang di pasar demi mencukupikebutuhan keluarga.
Selama bertahun-tahun, ia berjualan kecil-kecilan di pasar tradisional. Saat memulai, ia belum memiliki modal yang cukup. Hingga kemudiania bergabung menjadi nasabah PNM Mekaar, memperoleh pembiayaansekaligus pendampingan usaha. Modal pertama tersebut ia manfaatkanuntuk memperkuat dagangan pasar, menambah stok, dan memperluaspelanggan.
Setelah melalui pasang surut berjualan di pasar, Ia tergerak untukkembali ke kemampuan yang pernah dimilikinya sejak kecil yaitumembatik. Ia terpikir bahwa keterampilan yang diwariskan orang tuatidak boleh hilang begitu saja. Dengan pendamping PNM Mekaar sertapelatihan yang ia dapatkan, Ibu Rantiyem mulai merintis usaha batik rumahan sebuah langkah yang baginya bukan sekadar bisnis, tetapiupaya meneruskan warisan keluarga.
“Saya sudah bisa membatik sejak dulu bantu orang tua. Setelahmendapat pendampingan dan dukungan dari PNM, saya beranikan dirimulai mengurus izin usaha batik ini. Semua dokumen dan prosesnyadibantu, jadi saya lebih yakin mengembangkan usaha,” ujar IbuRantiyem.
PNM tidak hanya membantu dari sisi legalitas usaha, tetapi jugamemberikan kesempatan bagi Ibu Rantiyem untuk mengikuti berbagaipelatihan dan difasilitasi mengikuti bazar UMKM. Dari bazar tersebut, ia mendapat banyak pemesan baru dan mulai dikenal sebagai pembatikrumahan dengan motif yang khas.
“Saya ingin batik ini jadi peninggalan untuk anak cucu. Saya dulubelajar dari orang tua, dan sekarang saya ingin nerusin supaya keluargasaya punya usaha yang bisa bertahan lama. Berkat PNM saya jadi yakinmeninggalkan warisan usaha batik yang sudah memiliki izin usaha,”tambahnya.
Sekretaris Perusahaan PNM L. Dodot Patria Ary menyampaikan bahwaperjalanan Ibu Rantiyem adalah contoh nyata semangat perempuanprasejahtera yang terus berkembang ketika diberikan ruang, akses, danpendampingan yang tepat.
“PNM terus berupaya membuka kesempatan bagi keluarga prasejahterauntuk hidup lebih baik. Kami percaya, usaha yang dibangun denganpendampingan yang tepat dapat menjadi pijakan masa depan keluarga. Siapa tahu, usaha batik Bu Rantiyem kelak bisa menjadi warisan yang diteruskan oleh generasi berikutnya,” ungkapnya.
Hingga kini, PNM telah memberdayakan lebih dari 22 juta perempuanprasejahtera melalui pembiayaan ultra mikro dan program pemberdayaan yang berkelanjutan. Kisah Ibu Rantiyem menjadi buktibahwa pemberdayaan bukan hanya tentang modal, tetapi tentangmembuka pintu bagi perempuan Indonesia untuk menghidupkankembali mimpi dan warisan terbaik dalam hidup mereka.









