TRUSTNEWS.ID - PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC) melebarkan sayap bisnisnya. Produsen pupuk Jawa Barat yang puluhan tahun memproduksi berbagai pupuk NPK, Urea hingga pupuk organik, ini di usia 45 tahun merambah bisnis bahan kimia karbondioksida (CO2) cair.
Maryadi, Direktur Utama Pupuk Kujang, menjelaskan keberadaan pabrik memang bertujuan untuk memanfaatkan gas ekses dari proses produksi pabrik Kujang 1A dan 1B. Sehingga, menjadi produk CO2 cair yang memiliki nilai jual lantaran bisa digunakan oleh industri lainnya. Produk akhir pabrik berupa CO2 murni standard food grade ini sangat diperlukan oleh berbagai jenis industri.
"Ide awal pengembangan usaha baru ini dimulai dari melimpahnya karbondioksida (CO2) dari pabrik amonia Kujang di Cikampek. Karbondioksida adalah salah satu senyawa kimia yang diperlukan untuk membuat pupuk urea," ujarnya.
Dalam industri makanan dan minuman misalnya, CO2 murni digunakan untuk pembuatan minuman berkarbonasi, pengawetan makanan perikanan dengan dry ice, serta pemutihan gula. Tak hanya itu, CO2 murni ini juga bisa digunakan dalam industri manufaktur pengelasan, pemutihan kertas, fumigasi pada sektor pertanian, serta secondary oil recovery.
Perusahaan pupuk pelat merah itu berharap pengembangan produk pupuk majemuk dan produk samping ini dapat meningkatkan pangsa pasar (market share), mengingat semakin tingginya tren permintaan pasar dalam negeri dan ekspor.
"Dalam menjaga kelangsungan bisnis, salah satunya dengan terus berinovasi. Tanpa inovasi, suatu perusahaan akan cepat mati. Alhasil, Pupuk Kujang juga mengembangkan bisnis di luar pupuk yaitu memproduksi CO2 cair, dry ice dan nitrogen," papar Maryadi kepada TRUSTNEWS.
Tak hanya bisnis CO2 , Pupuk Kujang juga membangun pabrik katalis dengan menggandeng PT Pertamina Lubricant, dan PT Rekacipta Inovasi (ITB) dalam satu konsorsium untuk melahirkan PT KSI.
Maryadi mengatakan, pabrik katalis termasuk dalam Proyek Strategis Nasional dan dilansir menjadi pabrik katalis pertama yang mengadopsi konsep industri ramah lingkungan. Karena mendukung pengembangan green fuel serta mampu mengurangi ketergantungan terhadap katalis impor.
"Pembangunan KSI merupakan wujud nyata sinergi antara perusahaan BUMN dengan lembaga pendidikan dan para ilmuwan. PT Pupuk Kujang telah bergabung dengan PT Pertamina Lubricant, dan PT Rekacipta Inovasi (ITB) dalam satu konsorsium untuk melahirkan PT KSI," ujarnya.
Adapun porsi kepemilikan saham dalam konsorsium adalah: PT Pertamina Lubricants (38 persen), PT Pupuk Kujang (37 persen) dan PT Rekacipta Inovasi ITB (25 persen). “Keterlibatan dalam konsorsium ini merupakan bentuk komitmen kita untuk selalu bersinergi dan mendukung penemuan-ilmuwan untuk kemajuan bangsa,” kata Maryadi.
Rencananya, pembangunan PT Katalis Sinergi Indonesia akan berlangsung selama 13 bulan. Diharapkan, tahun depan, pabrik bisa beroperasi dan mulai memproduksi katalis. Rencananya, Katalis merah putih buatan PT KSI akan dibeli oleh kilang pertamina untuk membuat bensa.
Sejak tahun 2019, tim riset ITB telah menguji bensa yang terbuat dari kelapa sawit sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Bensa bisa maksimal dibuat setelah serangkaian proses kimia. Penggunaan katalis dalam proses kimia tersebut bisa mempercepat dan memaksimalkan kualitas bensa.
Tak hanya sampai disitu, lanjutnya, inovasi yang dilakukan menjaga tradisi perusahaan melalui ajang kompetisi inovasi dari setiap departemen. Kompetisi diselenggarakan tiap tahun dan diikuti puluhan kelompok gugus dengan inovasi menyuguhkan karya di berbagai bidang.
"Pemenangnya dipertandingkan di tingkat holding Pupuk Indonesia Grup melalui ajang Pupuk Indonesia Quality Improvement (PIQI) yang diadakan setiap tahun," ujarnya.
Di ajang ini, para kelompok mempresentasikan inovasi mereka dengan cara yang unik. Ajang itu merupakan tradisi rutin perusahan untuk menyuburkan budaya riset, inovasi, peningkatan mutu dan problem solving.
"Dari hasil riset para tim itu, lahir berbagai karya berupa penemuan alat, modifikasi instrumen produksi, formula pupuk baru, dan berbagai karya lainnya termasuk berbagai cara meningkatkan kinerja dan efisiensi. Inovasi-inovasi tersebut akan diterapkan di perusahaan," jelasnya.
Adapun terkait soal pupuk, ungkapnya, perusahaan juga terus berinovasi dengan membuat pupuk yang bisa di-custom atau diracik sesuai kebutuhan kondisi lahan maupun jenis tanamannya.
"Perusahaan juga memproduksi pupuk custom yang disesuaikan kebutuhan hara tanah. Misalnya pupuk custom (spesifik) cabai atau pupuk custom spesifik tebu. Sehingga memudahkan petani dan membuat petani tak perlu repot membeli berbagai jenis pupuk," pungkasnya. (tn/san)