TRUSTNEWS.ID - Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktitas Semarang (BBPVP) merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) di Bawah Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia yang bertanggungjawab Direktorat Jendral Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas.
Mereka mengembangkan Visi Menjadi Lembaga Pelatihan Kerja yang Unggul, Bermartabat dan diakui Dunia Industri. Target dari misi yang dicapainya, menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan memiliki etos kerja tinggi melalui pelatihan kerja, sertifikasi, dan kemitraan.
Bagaimana caranya BBPVP Semarang menggapai visi misi tersebut? Apalagi, pasca Covid 19 memberikan kontribusi bagi tingginya angka pengangguran di tanah air, termasuk wilayah Semarang, Jawa Tengah.
Sejak awal pandemi hingga saat ini, banyak karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sehingga berdampak pada peningkatan angka pengangguran dan lemahnya perekonomian keluarga. kini dengan mulai menurunnya pandemi dan Kembali menggeliatnya perekonomian di tanah air, BBPVP Semarang terus berupaya membantu pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Satu di antara langkah atau terobosan besar yang mereka jalankan adalah terus meningkatkan n sinergi atau bermitra dengan pelaku dunia usaha industri. Tujuannya, menciptakan link and match dalam penyelenggaran pelatihan.
“Berangkat dari sinergi, dalam penyelenggaraan pelatihan para peserta diberikan materi softskill, kewira-usahaan dan produktivitas, sehingga mereka memiliki pengetahuan untuk merintis usaha mandiri,” ungkap Kepala BBPVP Semarang Heru Wibowo, S.Sos, M.M kepada Trustnews.
Di sisi lain yang perlu diketahui, sebelum program pelatihan di jalankan, BBPVP Semarang melakukan Training Need Analysis (TNA) atau disebut juga Analisis Kebutuhan Diklat (AKD). Ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam penyusunan program diklat. Selain itu, dari TNA juga dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi pegawai yang tidak hanya didapatkan dari diklat.
“Dari program pelatihan yang dikembangkan dan kompetensi yang dimiliki para peserta ini bisa terserap di sektor industri maupun wirausaha. Namun demikian dari itu semua yang paling sulit adalah membentuk sikap mental peserta pelatihan supaya mampu bersaing di dunia kerja. Ini juga faktor penting yang menjadi perhatian kami,” sergah Heru Wibowo.
(tn/san)