TRUSTNEWS.ID,. -
Indonesia Financial Group (IFG) atau Holding BUMN Asuransi, Penjaminan dan Investasi mengungkap, tantangan utama yang dihadapi, baik holding maupun anak perusahaan, saat ini adalah disrupsi industri keuangan non-bank dan kondisi makro ekonomi yang masih belum stabil akibat pandemi serta konflik geopolitik global.
Karena itu, IFG fokus membangun fundamental bisnis yang lebih kuat untuk mengelola tantangan, dan menciptakan landasan yang kokoh untuk mempertahankan pertumbuhan perusahaan, demi memberikan nilai tambah bagi segenap pemangku kepentingan.
Oktarina Dwidya Sistha, Sekretaris Perusahaan Indonesia Financial Group (IFG), mengatakan sejalan dengan hal tersebut, IFG terus mendorong transformasi anak-anak perusahaan melalui berbagai inisiatif baik dari segi pertumbuhan organik bisnis (non penugasan), operasional yang efisien, SDM yang kuat melalui talent mobility dan inovasi serta penguatan fungsi aktuaria sehingga IFG dan anak usaha mampu menghadirkan keberlanjutannya yang positif bagi masyarakat.
"Dari segi transformasi bisnis, IFG fokus pada upaya upaya penguatan lini bisnis holding dan anak perusahaan melalui restrukturisasi portofolio dan model bisnis perusahaan, penguatan fokus bisnis setiap perusahaan, penerapan tata kelola perusahaan yang prudent serta manajemen risiko yang kokoh, peningkatan kompetensi bisnis dan SDM, serta peningkatan sinergi antar anggota holding," ungkap Oktarina Dwidya Sistha dalam perbincangan dengan TrustNews.
Dengan kondisi industri yang semakin dinamis dan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital, lanjutnya, peran transformasi digital dan kehadiran talenta yang dapat berpikir kreatif dan inovatif menjadi penting.
"Untuk itu, bersama anak perusahaan, IFG terus mengembangkan ekosistem digital dalam proses bisnisnya melalui berbagai inovasi, selain secara terus melakukan pengembangan kualitas dan kapabilitas talenta digital yang komprehensif," ujarnya. Dia pun mencontohkan, IFG saat ini tengah mengembangkan platform pelanggan tunggal, yang menggunakan teknologi artificial intelligence, kolaborasi data serta dashboard 360 derajat untuk membantu pemanfaatan dan penyampaian informasi dengan baik.
Selain itu, dalam menciptakan infrastruktur digital yang aman dan fleksibel, IFG holding juga mengedepankan integrasi infrastruktur yang berbasis cloud computing, integrasi monitoring, dan IT Security Alignment & Improvement.
IFG sebagai BUMN Holding Asuransi, Penjaminan dan Investasi, Indonesia Financial Group (IFG) berkomitmen untuk memimpin transformasi di industri keuangan non-bank di Indonesia. Upaya ini sejalan dengan visi perusahaan, yakni menjadi salah satu grup keuangan non perbankan terbesar di Asia Tenggara yang sehat, terpercaya, dan dikelola dengan tingkat prudensi yang tinggi. Selain itu, IFG juga terus melanjutkan peranan penting dalam dukungan di sektor riil dengan memberikan penjaminan kredit KUR dan PEN. Melalui dua anak perusahaan, PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Jamkrindo, IFG memberikan jaminan kredit kepada total 55,7 juta penerima KUR dan 2,5 juta penerima PEN.
Askrindo melakukan penjaminan KUR terhadap 29,7 juta penerima senilai Rp770,7 triliun, yang berkontribusi terhadap penyerapan lapangan pekerjaan sebesar 52,8 juta. Untuk PEN, Askrindo menjamin 40,9 ribu penerima senilai Rp25,4 triliun, yang menyerap lapangan kerja sebanyak 872,7 ribu.
Sementara itu, Jamkrindo melakukan penjaminan KUR atas 26 juta penerima dengan nilai Rp756,9 triliun, yang membuka lapangan kerja sebanyak 35,1 juta. Untuk PEN, perusahaan tersebut menjamin 2,1 juta penerima dengan nilai Rp33,3 triliun dan menyerap lapangan kerja sebesar 2,4 juta.Diakuinya, salah satu tantangan yang dihadapi adalah upaya mengembalikan kepercayaan publik terhadap industri asuransi, dimana saat ini publik masih memiliki ingatan yang buruk terhadap preseden di industri asuransi mengalami kerugian, dan gagal bayar sehingga ketidakpercayaan publik yang semakin besar.
"IFG dan anggota holding berupaya memulihkan kepercayaan masyarakat dengan melakukan berbagai aksi korporasi serta kebijakan, produk dan layanan yang berlandaskan tata kelola yang baik sehingga dapat menghadirkan produk dan layanan yang lebih sehat dan berkelanjutan," ujarnya.
"Penguatan Literasi soal pemahaman publik tentang produk keuangan khususnya asuransi, dana pensiun dan investasi di tengah berbagai preseden tidak baik di industri," pungkasnya.