Sukses dalam transformasi dan digitalisasi menjadikan RS Pelni sebagai cyber space hospital .
Tak ingin tertinggal dalam perkembangan teknologi, perlahan tapi pasti, Rumah Sakit (RS) Pelni transformasi korporat dari prinsip volume-based care menjadi value-based care. Dimana pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien berdasarkan kebutuhan pasien, harus bisa memberikan outcome yang terbaik dinilai dari berapa rupiah yang diterima. Adapun dari sisi pasien, outcome itu dinilai dalam hal quality of life setelah berobat.
Dalam mewujudkannya, langkah pertama yang dilakukan RS Pelni ialah mengubah budaya Sumber Daya Manusia (SDM) untuk siap masuk dalam era yang berbeda, dimana bisnis model dan proses harus memberikan nilai tambah.
“Digital itu jangan hanya diterjemahkan mengubah dari kertas ke elektronik, tapi bagaimana membangun SDM manusianya, jadi SDM yang penting dibangun. Kita mau masuk Industri 4.0 tetapi SDM-nya yang harus dibangun, karena ini bukan perubahan elektronik atau teknologi tapi ini perubahan mindset pikiran, cara kerja semua,” papar Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV (K) MPH kepada TrustNews.
Perubahan budaya kerja tersebut, lanjut Fathema, menjadikan karyawan RS Pelni terkenal dengan sebutan employee digital preneurship. Sebuah sebutan yang menggambarkan tentang pola pikir karyawan dalam era digital harus bisa menambahkan nilai, menambah peningkatan mutu dan kemudahan kenyamanan bagi pasien (patient experience).
“Kenapa di rumah sakit Pelni banyak sekali inovasi, itu karena datangnya dari karyawan. Karyawan itu rata-rata kalau untuk memperbaiki proses itu berakhir dengan membangun sebuah digital. Makanya karyawan kami disebut employee digital preneurship,” ujar Fathema yang bergabung dengan RS Pelni sejak Desember 2013.
Setelah proses transformasi tersebut, Fathema mengungkapkan, hampir 60 persen karyawan mencapai Key Performance Indicator (KPI) lebih dari 100 persen aliasover achievement. Ini pun berimbas pada kinerja perusahaan. Ia mengklaim pula, setahun setelah dirinya bergabung, perusahaan mampu mencetak profit. Lalu, juga ada pertumbuhan (CAGR) aset sekitar 30 persen, dan pertumbuhan revenue 25 persen.
Di bawah kepemimpinannya dan beragam inovasi, yang Fathema sebut, datang dari gagasan karyawannya itu, telah mengubah RS Pelni menjadi rumah sakit yang lebih berkelas dengan pelayanan yang prima.
“Kita ingin menjadikan RS Pelni menjadi smart hospital, dimana masyarakat bisa menghubungi rumah sakit Pelni baik secara langsung atau cyber space dengan menggunakan Industri 4.0,” ujar penggagas berdirinya Pusat Pelayanan Jantung Terpadu itu.
Sebagaimana diketahui, smart hospital merupakan konsep rumah sakit cerdas yang terfokus pada optimalisasi pelayanan pasien di rumah sakit dengan menggunakan sistem teknologi informasi berbasis internet dan mendukung konektivitas peralatan medis maupun nonmedis, sehingga memberikan pelayanan yang berkualitas dan dapat memuaskan bagi pasien.
“RS Pelni sudah menerapkan chat bort (chatting dengan robot) dan paperless. Ini dimungkinkan karena semuanya sudah terintegrasi, sudah automasi. Paling penting bagaimana kita mengembangkan artificial intelegence, pengembangan teknologi pengobatan pasien," ujarnya.
Fathemah merasa jengah dengan ketertinggalan pengembangan teknologi pengobatan pasien, bila dibandingkan dengan rumah sakit di negara-negara lain. Hal ini didasarkan bagaimana rumah sakit dalam mengelola data pasien dalam jumlah yang besar. Kesulitan ini disebabkan pengelolaan data pasien masih dilakukan secara manual.
“RS Pelni menilai pentingnya big data pasien, karena dengan big data memudahkan karyawan memiliki pengetahuan yang lebih tentang riwayat penyakit pasien dan bagi pasien mempunyai data kesehatannya sendiri,” ucapnya.
Dengan keberadaan big data, lanjutnya, telah mengubah RS Pelni physical space menjadi cyber space. Contohnya, pasien yang sudah memiliki e-medical record di RS Pelni, kalau ingin periksa, tidak harus lagi datang ke rumah sakit, tetapi bisa melalui e-clinic untuk mendapatkan layanan dokter melalui fitur chatting atau video. “Kami menyebutnya solusi Dilan-Milea, singkatan dari Digital Layanan Medis untuk Milenial,” katanya seraya tersenyum.
Jadi, untuk konsultasi penyakit seperti darah tinggi dan diabetes, lanjutnya, pasien tak perlu lagi repot-repot ke RS. “Kami sudah siapkan cloud server-nya, sehingga ketika melayani banyak pasien secara bersamaan, tidak hang,” ujar Fathema bangga.(TN)