TRUSTNEWS.ID,. - Bangunan bergaya arsitektur Indische Empire Style (Abad 18-19) masih terlihat berdiri gagah dengan dominasi warna putih. Pada bagian atas bangunan yang di bangun sekitar 1874 itu terdapat tulisan mencolok berwarna hitam, "De Karanganjar Koffieplantage".
Sejarah menuliskan cerita bahwa De Karanganyar dibuat pertama kali tahun 1874 oleh H.J Velsink dan H. Van Vrendberg. Velsink digambarkan seorang pengusaha perkebunan partikelir berkebangsaan Belanda. Nama perusahaan "Kultur Mij Karanganjar" dengan komunitas utama kopi jenis Robusta dan cengkeh.
Selama beberapa puluh tahun, perkebunan dan pabrik kopi ini sering berganti kepemilikan, satu diantaranya NV. Kooy & Kooster Van Voorhout.
Setelah kebijakan nasionalisasi th 1957 pada th 1960 dikelola oleh NV, Harta Mulia yang didirikan oleh Denny Roeshadi, hingga saat ini.
PT. Harta Mulia telah dikelola Keluarga Roeshadi selama tiga generasi, dimana salah satu anggota Keluarga Roeshadi adalah Herry Noegroho yang menjabat Bupati Blitar pada periode 2003 - 2016. saat ini PT Harta Mulia dipimpin Wima Bramantya, cucu pertama Denny Roeshadi dan anak sulung Herry Noegroho.
PT. Harta Meulia memiliki tiga unit bisnis: Perkebunan, Produksi Kopi, dan Pariwisata. Sebagai komoditi utama di sektor perkebunan dipilih tanaman kopi kemudian tanaman cengkeh dan durian sebagai pendukung.
90% kopi yang dibudidayakan di sini adalah jenis robusta, kemudian sisanya adalah excelsa. Pada tahun 2016 Perkebunan Karanganyar dibuka untuk pariwisata dengan nama "Keboen Kopi Karanganjar", dan pada tahun 2021 muncul dengan brand baru "De Karanganyar". Produksi kopi dimunculkan dengan nama
"De Karanganjar Koffie", dengan produk robusta, excelsa, dan arabika. De Karanganyar terletak di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Ada 3 proyek yang ditawarkan untuk dikerjasamakan oleh PT Harta Mulia yaitu Coffee Plantation Project, Coffee Roastery Project dan Tourism Project.
Coffee Plantation Project yaitu peremajaan budidaya tanaman kopi dengan tujuan mendapatkan hasil produksi komoditi tanaman kopi yang optimal di angka rata-rata 1,5-2 ton coffee cherry (klon BP-42 & BP-385) per hektar.
Sedangkan coffee roastery project meliputi pembelian coffee cherry, mesin roasting kapasitas 50 kg dalam sekali proses, pembelian alat-alat kelengkapan pasca panen, pembenahan bangunan pabrik dan infrastruktur produksi serta pembelian unit kendaraan untuk ekspedisi.
Pengelola pabrik kopi saat ini, Herry Noegroho, mengungkap, tantangan ekonomi pada saat ini harus dijawab dengan dua hal, yaitu keunikan dan kreativitas. De Karanganjar Koffieplantage memiliki keduanya.
"Dalam hal ini kami punya keduanya. De Karanganjar Koffieplantage sendiri punya kekuatan bisnis di sektor komoditas perkebunan, produk olahan perkebunan dan pariwisata," ujar Herry Noegroho kepada TrustNews.
"Sebagai perkebunan peninggalan Belanda yang punya begitu banyak cerita, ini adalah potensi yang harus diperkuat. Karena banyak brand terkenal karena cerita unik di baliknya," ungkapnya.
Menurutnya, untuk memenangkan persaingan, De Karanganjar Koffie plantage tidak bisa hanya mengandalkan keuntungan dari sektor komoditas perkebunan. Ini dikarenakan ada begitu banyak perkebunan lain yang audah dikelola bertahun-tahun dikelola dengan baik dengan permodalan besar.
"Kita tidak bisa mengklaim, kopi dari perkebunan kita yang terbaik. Karena ada banyak Perkebunan kopi di Indonesia yang dikelola dengan baik. Karena itu, kami tidak bertarung di ranah tersebut, untuk menjadi "produk terbaik". Melainkan kami harus mengolah komoditas kopi tersebut menjadi sebuah produk jadi yang memiliki keunikan. Baik dari segi rasa maupun cerita dibaliknya," paparnya.
Dalam menjual historis dan keunikan itulah, menurutnya, pengelola berupaya menjadikan De Karanganjar Koffieplantage sebagai brand wisata dan produk kopi di Blitar dan Jawa Timur.
"Kami ingin berkembang menjadi perusahaan agrowisata yang unik dan berkarakter dengan Brand De Karanganjar Koffieplantage sehingga tidak saja dikenal di dalam negeri tapi juga internasional," pungkasnya.