trustnews.id

Kampung Gambut Berdikari Pertamina, Sukses Olah Kulit Nanas 
Anggota kelompok Tani Tunas Makmur membuat kerajinan tas berbahan dasar dari daun nanas di koperasi Tunas Makmur di Sei Pakning, Bengkalis, Riau pada Rabu (11/9).

Bengkalis, 12 September 2019 – Kampung Gambut Berdikari Pertamina di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau  tak hanya berhasil mengubah lahan gambut menjadi kebun nanas, bahkan telah berhasil mengolah kulit nanas menjadi kerajinan tas yang memiliki nilai ekonomi. 

General Manager Refinery Unit II M Dharmariza mengatakan, Kampung Gambut Berdikari merupakan program unggulan CSR Pertamina yang bertujuan mengurangi kebakaran lahan gambut sekaligus meningkatkan ekonomi petani. Untuk menyukseskan program ini, dalam 4 tahun terakhir, Pertamina mengucurkan dana sekitar Rp 880 juta, dan berhasil mengurangi kebakaran lahan di area seluas 200 hektar serta meningkatkan cadangan air melalui sekat kanal dan embung air.

“Pertamina menggandeng para petani nanas untuk mengolah lahan gambut agar produktif dan terus mendorong para petani menaikkan nilai tambah dengan mengolah nanas hingga kulitnya menjadi makanan olahan dan kerajinan tas,” ujar Dharmariza. 

Menurut Dharmariza, program ini juga berhasil melahirkan lapangan kerja baru baik sebagai petani nanas, perajin olahan nanas, perajin limbah nanas serta pengelola arboretum gambut dengan tambahan penghasilan sekitar Rp 2 juta per bulan. 

Rosdiana, salah satu petani olahan nanas menyatakan, ia bersama warga lainnya sangat terbantu dari sisi ekonomi pasca mengembangkan usaha budidaya dan makanan olahan nanas. 

“Kami ucapkan terima kasih dengan adanya Pertamina. Mungkin kalau tak ada bantuan Pertamina, kami tak akan seperti ini,” ungkapnya.

Hal senada dikemukakan Ariati, perajin kerajinan tas dari  kulit nanas yang tergabung dalam Kelompok Tani  Tunas Makmur. Menurutnya, usaha kerajinan tas dari kulit nanas dimulai sejak awal tahun 2019, dimana gagasan itu muncul lantaran keprihatinan masyarakat sekitar karena banyaknya kulit nanas yang terbuang pasca panen.

“Awalnya kami melihat daun nanas banyak yang dibuang. Makanya kita pikir mau diapakan daun nanas supaya tidak jadi limbah. Kita bikin tas Alhamdulillah jadi tasnya,” terang Ariati. 

Ditambahkan Ariati, tas dari kulit nanas ini memiliki banyak keunggulan. Antara lain memiliki kualitas yang baik serta dijual dengan harga yang terjangkau. 

“Harga yang (tas) kecil Rp 5.000. Kalau yang besar Rp 40.000. Saat ini pemesanan sudah banyak,” imbuhnya.

Masih menurut Ariati, pasca di produksi, tas berbahan dasar kulit nanas ini pun mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar. Bahkan pemesanan akan produk ini pun kian bertambah dari hari ke hari. 

“Kami dari  kelompok tunas makmur mengucapkan terima kasih kepada Pertamina. Berkat bantuan Pertamina, masyarakat Kampung Jawa  bisa menambah penghaasilan dari sebelumnya,” pungkasnya.**