trustnews.id

Kecap THG, Rahasia Kelezatan Kuliner Khas Kudus
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID,. - Viky meyakinkan betul akan kelezatan kecap THG khas Kudus, Jawa Tengah. Pria kelahiran Kudus tersebut tidak meragukan lagi akan peran besar THG dalam memberikan cita rasa kelezatan sendiri terhadap sejumlah kuliner Kota Kretek tersebut, sebut saja Soto, Nasi Pindang dan Lentog.

“Pokoknya lebih enak dari kecap lainnya yang ada di Indonesia. Apalagi kalau sudah dicampur dengan Soto Kudus, enaknya sulit dijelaskan dengan kata-kata mas,” ungkap Viky berusaha menerangkan. 

Lidah masyarakat Kudus sangat akrab dengan rasa manis kecap ini. Sajian kuliner khas Kudus terasa tak lengkap tanpa botol berlabel stiker warna kuning oranye, bertulis Kecap THG. 

Kecap ini diproduksi sekitar tahun 50-an, oleh seorang warga Tiong Hoa bernama Tan Hwi Gong. Huruf depan pendiri kecap termasyhur di wilayah Kudus dan sekitarnya itu, kemudian dijadikan merek.     

Kecap yang diproduksi di pabrik yang berlokasi di Jalan Lingkar Selatan, Desa Tanjung karang, Kecamatan Jati, Kudus ini dapat dibeli di warung-warung tempat membeli oleh-oleh khas kudus, dengan harga yang sangat terjangkau.

Walaupun kecap ini mempunyai banyak sekali pesaing dari produk lokal maupun luar negeri, kecap ini terus berkembang produksinya dan mengakar ke berbagai rumah makan di Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan kecap THG memakai kedelai hitam berkualitas tinggi dan memakai bahan campuran alami untuk menciptakan aroma dan cita rasa yang pas bagi masyarakat Indonesia.

Dahulu, Pabrik Kecap THG berdiri di beberapa tempat berbeda, berpindah-pindah. Seperti di Jalan Pemuda di tahun 1950-an. Kemudian pada 1980 pindah ke Jalan Bhakti. Selanjutnya, pada 2007 sampai sekarang, baru berpindah ke Jalan Lingkar Selatan. Mereka sengaja pindah lokasi tempat pembuatan kecap agar aktivitas produksi kecap tidak mengganggu warga sekitar.

Adapun saat ini, Kecap THG telah berada di tangan generasi keempat sebagai pengelolanya. Awalnya Kecap THG dirintis oleh Tan Hwie Gong. Setiap generasi berperan mengembangkan Kecap THG menjadi lebih berkualitas.

 

Menurut Roni, ketika Tan Hwi Gong memproduksi kecap THG, pada waktu itu warga Kudus belum mengenal kecap. Lalu Tan Hwi Gong membuat kecap yang diadopsi dari Tiongkok, negara asal luluhurnya.

Pada awal pembuatan kecap THG, rasa disamakan dengan kecap yang ada di Tiongkok, rasanya asin. Kecap THG pada awal didirikan memiliki logo berwarna biru. Kecap THG rasa asin di Kudus banyak diminati masyarakat Tionghoa, tetapi belum diminati masyarakat pribumi.

Karena itulah, Tan Hwie Gong berfikir untuk membuat kecap yang sesuai dengan lidah orang pribumi yang kebanyakan menyukai rasa manis.Rasa manis kecap THG diperoleh dari gula aren. Setelah merubah citarasa, warna logo juga diganti dan dipertahankan hingga saat ini. Dengan berjalanya waktu kecap THG dengan rasa asin tidak diproduksi lagi. Meskipun kecap THG memiliki rasa manis sesuai dengan lidah orang Jawa, khususnya Jawa Tengah, namun usaha pembuatan kecap THG baru berkembang pesat sejak dikelola anak pertamanya, yang bernama Liem Kina, yang mempunyai nama Jawa, Sukinah (80).

Saat mencicipi pertama kali, cita rasa yang sudah lama hilang seakan baru saja kembali dari masa lalu. Membawa kenangan tersendiri, khususnya bagi penikmat kecap. Manisnya gula jawa yang semanis kenangan, berbaur sempurna dengan bulir bulir olahan kedelai. Disusul rasa gurih yang tidak menyengat, tapi pas di lidah, apalagi saat dicampurkan ke dalam kuah soto.

Bahkan, saat sedang tak sempat memasak atau membeli lauk, sepiring nasi hangat yang diciprati kecap THG ini rasanya sudah sangat nikmat, lezat hingga ke hati.

Pantas saja produk UMKM kecap THG ini bertahan hingga hampir satu abad, siapapun pasti rela mempertaruhkan banyak hal demi tetap dapat mengecap kenikmatan kecap THG.