TRUSTNEWS.ID,. – Gabungan Pelaku Usaha Sapi Potong Indonesia (GAPUSPINDO), terus berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan daging sapi di Indonesia. Dengan anggota yang tersebar di lima provinsi, yaitu Sumatra, Lampung, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur, GAPUSPINDO berkomitmen untuk mendukung pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional, terutama di tengah tantangan defisit daging yang mencapai 45%.
Saat ini terdapat 30 perusahaan yang bergabung dengan GAPUSPINDO, semuanya bergerak di industri penggemukan sapi. Skala usaha ini bervariasi, mulai dari perusahaan
yang mampu menghasilkan 5.000 ekor sapi per tahun hingga yang terbesar mencapai 30.000 ekor per tahun.
"Industri penggemukan sapi ini telah berlangsung selama 30 tahun, sejak 1990.
Kami memulai penggemukan dengan sapi bakalan yang diimpor, terutama dari Australia, karena genetika sapinya yang seragam dan kualitasnya yang baik," ungkap Direktur Eksekutif GAPUSPINDO Joni Liano dalam keterangan tertulisnya kepada Trustnews
belum lama ini.
Namun, sejak pandemi Covid-19, jumlah impor sapi bakalan menurun dari 600.000
ekor per tahun menjadi sekitar 400.000 ekor. Penurunan ini juga dipengaruhi oleh adanya
wabah penyakit kuku dan mulut (PMK) yang melanda beberapa wilayah Indonesia pada
tahun 2022. Pemerintah pun mulai mencari alternatif negara pemasok sapi bakalan
selain Australia, seperti Meksiko dan Brazil, yang telah dinyatakan bebas PMK, meski
Brazil masih berstatus bebas zona dengan vaksinasi.
Joni Liano juga mengapresiasi langkah pemerintah yang berencana membuka peluang
impor dari negara zona seperti Brazil kepada pelaku usaha swasta, tidak hanya BUMN.
"Perubahan regulasi ini diharapkan dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan daging sapi, terutama dengan adanya program makan bergizi yang dicanangkan oleh pemerintah," kata Joni Liano.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan daging sapi, Joni Liano yakin bahwa defisit yang terjadi, terutama di Jabodetabek dan Bandung Raya, dapat diatasi dengan mendorong peningkatan populasi sapi lokal. "Jika pemerintah serius mendorong peningkatan populasi sapi lokal, terutama di Jawa Timur yang menjadi salah satu sentra produksi, saya yakin kebutuhan daging sapi untuk program makan bergizi bisa dipenuhi dari dalam negeri," tambahnya.
GAPUSPINDO juga menjalin hubungan baik dengan pihak karantina untuk memastikan bahwa sapi yang diimpor bebas dari penyakit. "Kami memahami dan mendukung prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh karantina. Ini penting untuk mencegah masuknya penyakit yang bisa merugikan industri sapi potong di Indonesia," jelas Joni Liano.
Ke depan, GAPUSPINDO berharap dapat terus berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan daging sapi nasional dan mendukung program-program pemerintah dalam menciptakan kemandirian pangan. Kolaborasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, menjadi kunci dalam mencapai tujuan ini.