trustnews.id

Inovasi dan Diversifikasi: Strategi JAPFA Kuasai Agribisnis Global
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID,. - Dalam beberapa tahun terakhir, sektor ini telah menghadapi sejumlah kendala, mulai dari fluktuasi harga bahan baku hingga ketidakstabilan nilai tukar, yang semuanya berpotensi mengganggu kelancaran rantai pasok dan daya saing produk.

Namun, di tengah kesulitan tersebut, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), salah satu perusahaan agribisnis terkemuka di Indonesia, tidak hanya mampu bertahan tetapi juga berhasil menavigasi arus pasok internasional dalam industri peternakan.

Dengan adanya Sistem Single Submission Quarantine Customs (SSm QC) yang dikembangkan oleh Badan Karantina Indonesia, misalnya, memungkinkan perusahaan untuk me- ngajukan dokumen karantina dalam satu platform terintegrasi. Hal ini mengurangi birokrasi yang seringkali menjadi hambatan utama dalam perdagangan internasional.

"Dengan adanya teknologi ini, proses pengurusan izin dan pelacakan status dokumen menjadi lebih transparan, efisien, dan terpantau, membantu mempercepat waktu pengiriman dan mengurangi biaya operasional," ujar Rachmat Indrajaya, Direktur Corporate Affairs JAPFA, kepada TrustNews.

Di sektor budidaya perairan, anak perusahaan JAPFA, PT Suri Tani Pemuka, telah membuka pasar ekspor baru ke Brunei Darussalam dan Timor Leste. Melalui ekspansi ini, JAPFA berhasil menambah diversifikasi dalam portofolio ekspornya, melangkah lebih jauh dari sekadar pakan ternak dan unggas, dengan menghadirkan produk budidaya perairan berkualitas tinggi untuk memenuhi permintaan konsumen internasional.

Sepanjang 2023, perusahaan yang berdiri pada 1971 ini, mencatat lonjakan ekspor pakan unggas hingga empat kali lipat, memenuhi kebutuhan pasar Brunei Darussalam dan Timor Leste. Di saat bersamaan, JAPFA mengirimkan lebih dari 100 ribu ekor ayam hidup serta satu kontainer karkas ayam ke Singapura.

"Berbagai negara tujuan ekspor ini tidak hanya membantu mengurangi ketergantungan pada satu pasar, tetapi juga membuka peluang baru yang lebih luas di pasar internasional, dari Asia Tenggara, Amerika, Kanada hingga Timur Tengah dan Eropa" ungkapnya.

Keunggulan JAPFA tak hanya terletak pada kuantitas produk yang diekspor, tetapi juga pada kualitas dan keterpaduan produk dari hulu ke hilir. JAPFA menawarkan serangkaian produk yang terintegrasi, mulai dari pakan ternak hingga vaksin dan obat-obatan hewan, memungkinkan klien global untuk memperoleh semua kebutuhan peternakan mereka dari satu perusahaan saja. Model bisnis seperti ini memberi JAPFA keunggulan kompetitif yang signifikan.

Data terbaru, JAPFA melakukan ekspor perdana telur tetas ke Uni Emirat Arab (UEA) dengan target nilai ekspor mencapai Rp 20 miliar hingga akhir tahun 2024.

Pada bulan Agustus, JAPFA juga melepas produk-produk vaksin, vitamin, dan obat-obatan hewan ke delapan negara di Asia. Filipina dan Malaysia menjadi tujuan baru untuk produk-produk vaksin melalui anak usahanya PT Vaksindo Satwa Nusantara (Vaksindo) dan PT Agrinusa Jaya Sentosa (AJS),

Hasilnya? Nilai ekspor periode Agustus saja mencapai USD 1,4 juta atau sekitar Rp 22 miliar – angka yang mencerminkan potensi pertumbuhan pasar yang baru saja digarap.

Selain itu, produk vaksin merek Vaksimune juga telah dikirim ke Nigeria, Kamerun, Myanmar, Malaysia, Vietnam, India, dan UEA. Pengiriman premiks pakan ke Myanmar turut menandai langkah penting dalam meningkatkan kesehatan ternak di tingkat global.

Rachmat Indrajaya mengapresiasi Barantin yang telah menggagas penggunaan sistem digital dalam tata keola ekspor.

Dengan adanya digitalisasi, JAPFA mampu mempercepat persetujuan dan verifikasi dokumen, sehingga setiap pengiriman berjalan lebih efisien dan akurat. Pendekatan ini membantu JAPFA menghemat waktu dan biaya, serta memberikan transparansi yang sangat dihargai oleh para klien internasional mereka.

"Kami percaya, masa depan agribisnis terletak pada kemampuan untuk menciptakan produk yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga mudah diakses dan didistribusikan ke seluruh dunia," pungkasnya.