Sejalan dengan visi Perusahaan saat ini, Menjadi perusahaan logistik multimoda berbasis pelabuhan yang dominan di Indonesia, PT Kraktau Bandar Samudera (“KBS”) akan memperluas fokus bisnis dengan tidak hanya melayani transportasi laut, namun juga melayani transportasi darat dan udara. Regulasi Pemerintah di bidang pelabuhan pun bergerak dinamis, sehingga perlu ditindaklanjuti secara responsif oleh Perusahaan.
Di Tahun 2019, PT KBS mengambil alih kepemilikan PT Wahana Sentana Baja (“WSB”) yang sahamnya dimiliki Dana Pensiun Krakatau Steel dan PT Multi Sentana Baja (“MSB”) yang sahamnya dimiliki oleh PT Purna Sentana Baja. PT WSB merupakan perusahaan logistik dan multimoda yang khusus melayani kebutuhan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, sedangkan PT MSB merupakan perusahaan bongkar muat.
Aksi korporasi tersebut sebagai salah satu strategi pengembangan bisnis PT KBS menuju Port Centric Integrated Logistics Company atau perusahaan logistik terintegrasi
berbasis pelabuhan di Indonesia.
Selain itu, dua dermaga yaitu dermaga 7.1 dan 7.2 telah dioperasikan sehingga kapasitas bongkar muat Pelabuhan Cigading di Cilegon telah mencapai 25 juta
ton. Kapasitas itu mengukuhkan PT KBS sebagai pelabuhan curah kering terbesar
di Indonesia.
Untuk meningkatkan pelayan terhadap customer dan mewujudkan Port Centric Integrated Logistics Company, PT KBS membangun Pusat Logistik Berikat (“PLB”) yang merupakan kawasan pabean di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dengan kegiatan seperti pengemasan, penyortiran, perbaikan, dan
sebagainya.
PLB memberi kemudahan bagi perdagangan internasional, memperkecil dwelling time dan memotong rantai perdagangan sehingga dapat meningkatkan efisiensi, dan kepastian pasokan bahan baku.
Banyak perusahaan menerapkan just in time untuk mengurangi modal kerja serta menjaga kas perusahaan, “Beberapa supplier menempatkan stock mereka di PLB, sehingga buyer hanya mengambil barang dan membayar sesuai kebutuhan mereka di Indonesia. Delivery time menjadi lebih singkat” ujar Direktur Utama PT KBS, Alugoro
Mulyowahyudi.
Di tahun 2020, PT Krakatau Bandar Samudera akan meresmikan Integrated Warehouse (“IWH”) terbesar di ASEAN dengan kapasitas 4,8 juta ton per tahun. “Gudang terintegrasi ini memiliki 1unit Continuous Ship Unloader (CSU) dengan kecepatan 1300 TPH/unit untuk melayani bongkar kargo grain” ujar Alugoro.
Selain itu, distribusi kargo dari dermaga menuju IWH menggunakan konveyor dengan kecepatan 1300 TPH dan dapat juga dilayani dengan pola truck lossing dari dermaga ke IWH. “Untuk proses stacking IWH didukung dengan peralatan semi otomatis
menggunakan portable stacker dan 5 pneumatic conveyor mobile dengan kecepatan 120-150 TPH/unit” tambah Alugoro.
Smart & Green Port
Dalam menjalankan bisnisnya, PT KBS menerapkan konsep Smart & Green Port agar perusahaan lebih efisien, kompetitif dan memiliki nilai tambah. “Kita menyebutnya Port of Cigading Information System (PoCIS) memberikan kemudahan dari permohonan kedatangan kapal (booking online), kapal masuk, kegiatan bongkar muat, hingga kapal keluar meninggalkan pelabuhan dapat dilakukan secara online,” paparnya. Adapun urusan internal perusahaan, Alugoro mengatakan, KBS mengadaptasi sistem informasi manajemen terintegrasi dengan platform System Application and Product in data processing (SAP) S/4HANA. Kemudian untuk system keamanan ada ISPS code untuk menjamin keamanan pelabuhan berdasarkan standar IMO (International Maritime Organization).
“Sederhananya S/4HANA, mencakup seluruh bagian perusahaan secara terintegrasi mulai dari pembuatan anggaran, manajemen proyek, manajemen pembelian, manajemen penjualan, manajemen perawatan (asset maintenance), manajemen inventory hingga pencatatan akuntansi dan keuangan. Dari ujung ke ujung dapat
diakses secara realtime,” paparnya.
Sedangkan green port, jangan ditanyakan lagi. Ini dibuktikan penghargaan dari Kementerian Kemaritiman dan Investasi untuk kategori Green Port. Penghargaan ini diberikan pada pertengahan Desember 2019 lalu. “Kalau dari sisi green port kami menjadi rangking ke 2 dari seluruh pelabuhan internasional di Indonesia,” ujarnya. KBS, lanjutnya, memandang penting program green port dalam mendukung pengembangan pelabuhan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebagai upaya mewujudkan pelabuhan berkelas dunia. Apalagi, kriteria penilaian green port merujuk pada Green Port APEC Services Network (GPAS) dan The World Association for Waterbome Transport Infrastructure (PIANC) serta disesuaikan dengan peraturan perundang- undangan terkait kepelabuhanan yang ada di Indonesia dan internasional.
Saat ini PT Krakatau Bandar Samudera memiliki empat anak perusahaan yaitu PT Krakatau Argo Logistik yang memiliki bidang usaha handling bahan baku baja, PT
Krakatau Jasa Logistik memiliki lini usaha trucking dan angkutan kargo menggunakan
kereta api, PT Multi Sentana Baja sebagai perusahaan bongkar muat, dan PT Wahana Sentana Baja fokus bisnis di angkutan produk baja. “Secara infrastruktur KBS sudah cukup untuk bersaing dengan pelabuhan lain. KBS akan berkembang menjadi perusahaan logistik yang terintegrasi, berbasis pelabuhan yang pasarnya tidak hanya di Banten tapi juga di seluruh Indonesia. Dan kita bisa mensuport daerah-
daerah yang ingin mengembangkan pelabuhannya,” pungkasnya. (TN)