trustnews.id

OASIS CENTRAL SUDIRMAN Semangat Taspen Properti Melawan Pandemi
Direktur Utama PT Taspen Properti Indonesia (TasPro), Bayu Setyo Utomo

Pagebluk Covid-19 membuat para pengelola gedung perkantoran "berakrobat" dalam menjaga tingkat hunian bangunan yang mereka kelola. Ini terkait dengan biaya beban operasional dalam menjalankan pengelolaan gedung yang mencapai kisaran 60 persen.

Di sisi lain, pandemi juga membawa perubahan perilaku para penyewa mullai dari urusan sirkulasi udara, penggunaan pendingin ruangan (air conditioner/AC) hingga jarak jarak antar meja karyawan.

"Pandemi sangat mempengaruhi perubahan perilaku pengguna ruang perkan-toran," ujar Direktur Utama PT Taspen Properti Indonesia (TasPro), Bayu Setyo Utomo kepada TrustNews.

"Bukan saja jumlah karyawan yang berkurang karena kebijakan work from home (WfH) atau urusan pishycal distancing. Para pengguna atau calon pengguna kini jauh lebih detail dan kritis untuk tahu seperti sirkulasi pendingin ruangan, bagaimana sirkulasi udaranya, apakah ada outdoor. Ini menjadi hal penting untuk masuk pada fitur gedung perkantoran," urainya.

TasPro yang mengelola gedung perkantoran Menara Taspen, diakui Bayu, kondisinya tidak terlalu berbeda dengan para pengelola gedung perkantoran lainnya selama pagebluk yang telah berjalan selama satu tahun lebih.

"Hanya saja kondisinya tidak separah para pengelola gedung perkantoran lainnya yang sudah ditinggal para penyewanya. Kita sebagai pengelola tentu bisa memahami kondisi bisnis para penyewa, sehingga harus pintar-pintar dalam mengambil kebijakan secara kasus per kasus," paparnya.

Bayu pun mencontohkan, tingkat keterisian Menara Taspen sampai saat ini di atas 85 persen. Apalagi mengingat, secara usia Menara Taspen jauh lebih tua dibandingkan gedung-gedung perkantoran di kawasan yang sama.

"Kalau dilihat secara usia yang sudah 40 tahun dan luas ruangan sekitar 20.000 meter persegi dengan tingkat keterisian 85 per-sen di saat pandemi, kami rasa cukup baik bila dibandingkan gedung perkantoran lain di kawasan yang sama," ungkapnya.

Bayu membuka resep bagaimana menjaga keterisian dan membangun loyalitas penyewa, Yani komunikasi. Artinya, sebagai pengelola gedung, pihaknya membuka komunikasi dengan para penyewa yang mengalami kesulitan bisnis di saat pandemi ini.

"Secara umum ada dua permintaan para penyewa yakni keringanan jadwal pembayaran dan diskon pada biaya servis. Alasannya, selama pandemi, para penyewa tidak menggunakan ruangan secara penuh sebagai dampak kebijakan pemerintah," terangnya.

Di sisi lain, melihat tingkat keterisian Menara Taspen di tengah pandemi, TasPro penuh percaya diri mengembangkan superblok Oasis Central Sudirman.

Superblok yang berkonsep one-stop-service property di atas lahan milik Taspen Group di kawasan jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.

Rencananya, sebelum konstruksi Oasis Central Sudirman direalisasikan, konsorsium terlebih dahulu akan membongkar gedung Taspen lama yang sudah berusia 40 tahun.

Pembongkaran ini dilakukan karena gedung Taspen lama atau yang dahulu dikenal sebagai gedung Arthaloka sudah tidak bisa lagi direkabarukan atau up grade.

Untuk mengembangkan Oasis Central Sudirman mencakup dua menara yang dihubungkan dengan ruang ritel. Salah satu menara direncanakan memiliki ketinggian lebih dari 340meter yang terdiri dari 75 lantai, ini TasPro menggandeng PT Mitsubishi Estate Co., salah satu perusahaan pengembang terbesar di dunia, dan PT Benhil Property.

"Oasis Central Sudirman akan dibangun dalam waktu 8 sampai 10 tahun, itu sudah termasuk perencanaan dan perijinan. Jadi kalau kita mulai 2021 berarti sekitar 2028 baru beroperasi," ujarnya.

Oasis Central Sudirman dirancang oleh firma arsitektur NBBJ yang berkantor pusat di Seattle, Washington DC, Amerika Serikat.

Firma ini telah menghasilkan sejumlah karya terkenal di dunia seperti Alibaba Headquarters di China, Gedung Sains dan Metallurgi Universitas Cambridge di Inggris, Dubai Mall Medical Centre di Uni Emirat Arab (UEA), dan masih banyak lagi.

Sementara proses konstruksi fisik Oasis Central Sudirman diperkirakan memakan waktu paling lama sekitar satu dekade atau 10 tahun. Dan, disebut-sebut nantinya menjadi gedung tertinggi di Jakarta.

"Kita bangun dua gedung yang sebelah kanan 75 lantai dan gedung sebelah kiri 65 lantai, lalu di bagian atasnya ada kayak menara lagi untuk observasi," ungkapnya.

"Di Indonesia memang belum ada gedung dengan lantai sebanyak itu, gedung tertinggi di Indonesia saat ini tercatat memiliki 71 lantai," pungkasnya. (TN)