trustnews.id

PDAM Tirta Asasta Kota Depok BANGUN INFRASTRUKTUR AIR MINUM TINGKATKAN PELAYANAN
PDAM Tirta Asasta Kota Depok mendapatkan penghargaan PDAM Terbaik seindonesia katagori jumlah pelanggan 50.001-100.000 dati kementrian PUPR RI

PDAM Tirta Asasta Kota Depok terus berupaya meluaskan jaringan pelayanan air bersih bagi masyarakat Depok.

Kecil-kecil cabe rawit, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Depok Tirta Asasta baru berusia delapan tahun sejak ditetapkan sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pada 2013.

Di usia seumur jagung, PDAM Tirta Asasta Kota Depok telah mampu meluaskan jaringan pelayanan air bersih bagi warga masyarakat yang meliputi semua wilayah kecamatan di Kota Depok.

"Waktu berubah jadi BUMD pelanggannya sekitar 4 ribu, kemudian di 2015 terjadi peralihan pengolahan dari Kabupaten Bogor ke PDAM Kota Depok, jumlah pelanggannya naik menjadi 48 ribu. Saat ini jumlah pelanggan kita ada sekitar 70 ribu," ujar Direktur Utama PDAM Tirta Asasta Kota Depok, Muhammad Olik Abdul Holik, Ak., M.Si menjawab TrustNews.

"Saat ini cakupan kita masih kecil, baru 16 persen dari seluruh masyarakat Kota Depok," tambahnya.

Olik masih ingat betul, bagaimana saat PDAM Tirta Asasta masih berstatus UPT. Dia menyebut kata "merayap" mencari pelanggan air bersih untuk warga kota Depok. Hingga bisa ada pelanggan masih sekitar dari 3000 menjadi sekitar 6.200 pada saat "dilahirkannya" dari status UPT menjadi BUMD PDAM Tirta Asasta Kota Depok.

Melihat kondisi saat ini, dirinya menjabarkan ada dua alasan akan minimnya luas cakupan pelayan. Pertama, pembangunan infrastruktur air minum sejalan dengan upaya peningkatan cakupan pelayanan.

Kedua, masih tingginya penggunaan air tanah oleh masyarakat Kota Depok untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

"Bila mengacu pada peraturan daerah, tugas kita itu pertama pelayanan dengan maksud memberikan air bersih kepada masyarakat. Kedua, keuntungan," ucapnya.

"Kita menyadari masih banyak masyarakat yang memilih penggunaan air tanah. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita. Kita secara perlahan memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk beralih ke air PDAM. Bahwa tingginya ketergantungan terhadap air tanah mengancam kelestarian ekosistem Depok," paparnya.

"Kalau semua menggunakan air tanah, ya nanti lama-lama air tanah habis dan ini akan bahaya terhadap ekosistem," tambahnya.

Beragam cara dilakukan PDAM Tirta Asasta untuk menarik minat masyarakat agar beralih ke PDAM, satu diantaranya menggelar program kemudahan akses layanan air bersih PDAM secara gratis.

"Tujuan dari program ini adalah mengajak masyarakat Kota Depok berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan dengan menghentikan penggunaan air tanah dan beralih menggunakan air PDAM," ungkapnya.

"Selain itu, kita datangi langsung masyarakat dengan memberikan penyuluhan akan pentingnya keberadaan air tanah dan manfaat penggunaan air PDAM dalam mengakses air bersih.

"Kita datang langsung baik ke masyarakat maupun corporate. Kita lakukan penyuluhan. Pada saat yang bersamaan kita juga bangun infrastrukturnya. Ini membutuhkan modal yang besar, Alhamdulillah dari Pemkot Depok sudah hampir Rp550 miliar menggelontorkan dana kesini," urainya.

"Artinya dukungan pemerintah sangat luar biasa ke PDAM. Rencana tahun ke depan akan ada peraturan daerahnya (Perda) untuk 5 tahun ke depan dan butuh dana Rp 450 miliar. Pemkot sangat suport supaya infrastruktur ke depan lebih masif lagi," bebernya.

Berkat kerja keras tersebut PDAM Tirta Asasta Kota Depok mendapatkan penghargaan PDAM Terbaik seindonesia katagori jumlah pelanggan 50.001- 100.000 dari kementrian PUPR RI.

Seiring berjalannya waktu, PDAM Tirta Asasta, lanjut Olik, juga memberikan kemudahan kepada pelanggan untuk melakukan pembayaran secara online maupun offline. Kedua sistem ini dipakai, karena ada keberatan dari pelanggan untuk melakukan pembayaran secara online.

"Ceritanya saat kita umumkan pembayaran melalui online, banyak pelanggan kita yang pensiunan menyuarakan keberatannya. Ketika kita tanya alasannya mengapa memilih offline, jawabannya sangat mengharukan. Mereka mengatakan kalau bayar offline, mereka bisa keluar rumah, gerak jalan atau ngumpul dengan para pensiunan," ujarnya.

"Akhirnya kami tetapkan 70 persen pelanggan bayar secara online melalui Payment Point Online Bank (PPOB) dan 20 persen offline demi memenuhi aspirasi masyarakat. Hanya saja saat pandemi covid-19, kita hanya buka beberapa loket dengan prokes yang ketat," paparnya.

Hal lain yang cukup mengejutkan, sejak Tahun 2017 hingga saat ini, PDAM Tirta Asasta Kota Depok belum ada kenaikan atau penyesuaian tarif PDAM.

"Kalau ditanya mengapa, karena kita sudah full cost recovery (FCR). Sejak 2017 kita sudah untung dan trendnya terus naik. Terakhir di audit 2020 kita Rp30 miliar. Omset kita sebulan sekitar Rp10 miliar sampai Rp12 miliar," pungkasnya. (TN)