Sentimen bisnis atas kebijakan social distancing dan ketidakpastian global berkontribusi pada perlambatan pada pertumbuhan pasar perangkat lunak dan layanan TI Indonesia sepanjang 2020.
Asosiasi Industri Teknologi Informasi Indonesia (AiTI-Indonesia) mengungkap, terjadinya perlambatan pada pertumbuhan pasar perangkat lunak dan layanan TI Indonesia sepanjang 2020.
Ketua Umum AiTI-Indonesia, Merry Harun, mengatakan, perlambatan diakibatkan sentimen bisnis tengah regulasi social distancing di tingkat regional di Indonesia. Serta berdasarkan ketidakpastian global dan melemahnya permintaan eksternal yang semuanya berkontribusi pada iklim investasi yang lebih konservatif.
"Tren pertumbuhan pasar perangkat lunak dan layanan TI Indonesia melambat pada tahun 2020 selama fase akut pandemi Covid-19, dengan perkiraan tingkat pertumbuhan 9,2% dalam mata uang lokal dan 5,9% dalam Dolar AS," ujar Merry kepada TrustNews.
Di lain sisi, lanjutnya, pandemi juga berdampak positif pada beberapa area pasar. Diantaranya, percepatan transformasi digital dan migrasi cloud.
Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh McKinsey, pandemic Covid-19 telah mengakselerasi transformasi digital pada perusahaan dengan sangat cepat, adopsi layanan digital mengalami akselerasi beberapa tahun kedepan hanya dalam beberapa bulan, yang didorong oleh perubahan mendasar yang terjadi pada konsumen.
Dalam hal tranformasi digital, layanan Cloud Computing memiliki peran kunci dan menjadi katalisator dalam implementasinya. Saat ini setiap perusahaan mengukur kinerja mereka melalui pengalaman pelanggan, model bisnis layanan Cloud Computing mendukung organisasi untuk melakukan adopsi yang lebih cepat dan menawarkan pengalaman baru kepada para pelanggannya. Hal ini menjadi strategi kunci untuk bisa terus bersaing di era pandemi seperti sekarang ini.
"Pengembangan ekosistem cloud terus menjadi tren penting di tahun 2020, yang didorong oleh reformasi regulasi dan investasi oleh platform cloud global terkemuka," katanya.
Transformasi digital saat ini memang menjadi hal penting untuk mengembangkan bisnis perusahaan. Bahkan sebuah studi Forbes menyebut sebanyak 55% perusahaan start-up telah mengadopsi strategi bisnis digital, dibandingkan dengan 38% perusahaan tradisional. Studi tersebut juga menunjukkan dengan penerapan strategi digital, pendapatan perusahaan start-up meningkat sebesar 34%.
Selain mampu meningkatkan efisiensi pendapatan, transformasi digital juga merupakan peluang untuk meningkatkan pertumbuhan produktivitas melalui inovasi dan mengurangi biaya berbagai proses bisnis.
laporan e-Conomy SEA 2020, World Market Monitor sebelumnya sudah memprediksikan bahwa ekonomi digital Indonesia diproyeksikan menyumbang 9,5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) atau setara dengan US$155 miliar pada 2025 mendatang. Sedikit lebih tinggi dari yang diproyeksikan e-Conomy SEA 2020 di angka US$124 miliar.
Sejalan dengan semua laporan tersebut, perusahaan platform analisis, AppsFlyer dalam laporannya berjudul The State of Shopping App Marketing 2020 Edition mengungkapkan juga terkait tingkat waktu yang dihabiskan konsumen dalam satu aplikasi belanja di Indonesia.
Untuk kategori e-commerce peningkatan waktu terlihat di Indonesia bahkan hingga 70 persen pada periode Februari-Juni 2020. Jangka waktu tersebut bertepatan dengan mulai masuknya wabah virus corona ke Indonesia dan pemberlakukan PSBB.
Anggota AiTI-Indonesia terdiri dari para pelaku usaha di industri TI, mulai dari pemilik merek (baik lokal/internasional), perusahaan manufaktur, distributor, sistem integrator, dealer, pemilik toko dan retail, content provider, pengembang software, retail modern market, institusi pelatihan dan pendidikan, hingga pelaku industri selular.
"AiTI-Indonesia akan lebih intensif dan proaktif dalam membina hubungan baik dengan para regulator maupun dengan para pengusaha, perbankan/stakeholders. Hal ini untuk mendorong regulasi yang berkaitan dengan pelaku usaha di industri TI agar dapat menumbuhkembangkan iklim usaha yang kondusif, dengan tetap mempertimbangkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari negara, pelaku usaha hingga masyarakat,” papar Merry.
"Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan masyarakat, pelaku industri TI melalui AiTI Indonesia bekerja sama dengan pemerintah melalui regulasi sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif dan terhindar dari persaingan tidak sehat," pungkasnya. (TN)