Bank Indonesia Jawa Barat mengeluarkan lima rekomendasi yang perlu dilakukan pemangku kepentingan terkait untuk menggenjot pertumbuhan perekonomian Jawa Barat.
"Kami melihat Jawa Barat ini signifikan pengaruhnya terhadap perekonomian nasional, maka harus ada kiat-kiat tambahan yang kita berikan dalam rekomendasi ke pemerintah daerah," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Herawanto menjawab TrustNews.
"Dari awal salah satu hal yang kita lakukan adalah koordinasi yang erat dengan berbagai pihak. Kita tidak ingin hanya kemudian memberikan analisis rekomendasi yang terus hanya berlalu saja. Tapi lebih dalam lagi dan bisa terimplementasi tapi juga oleh pemerintah kabupaten dan dengan baik," tambahnya.
Herawanto menyebut sejumlah strategi agresif yang direkomendasikan Bank Indonesia Jabar kemudian diterapkan dengan baik. Tidak saja oleh pemerintah provinsi Jabar, tapi juga oleh pemerintah kabupaten/ kota.
"Alhamdulillah… ini luar biasa karena sambutan dari pemerintah provinsi maupun pemkab dan pemkot sangat positif.” Ujarnya memberi apresiasi.
Dia memberi contoh sejumlah rekomendasi yang diberikan oleh Bank Indonesia di awal pandemi 2020. Pertama, pemerintah daerah provinsi, pemkab dan pemkot harus menyiratkan optimisme kepada semua pihak utamanya masyarakat dan dunia usaha. Meski disadari saat itu terjadi kontraksi yang cukup tajam hampir 6 persen, bahkan lebih dalam dari kontraksi secara nasional.
“Saya yakin betul kalau ekonomi bisa bergerak karena ada transaksi. Transaksi itu terjadi kalau ada keyakinan bahwa besok masih ada harapan. Maka optimisme itu harus dihidupkan, sehingga memberikan gambaran yang jelas bahwa prospek itu masih ada. “ ujarnya.
Kedua, terus mendorong sektor-sektor utama utama penyumbang perekonomian. Yakni industri pengolahan, pertanian, perdagangan dan pariwisata. Sektor-sektor ini harus dijaga, jangan malah menimbulkan kesan menakutkan.
"Pariwisata itu dari awal kami rekomendasikan agar jangan sampai sektor tersebut itu mandek total dalam jangka lama," ungkapnya.
Pertimbangannya, sektor pariwisata khususnya di Jawa Barat memiliki keragaman objek wisata yang membentang dari utara sampai selatan, timur sampai barat dan memiliki multiplayer effects yang besar. Mulai dari penginapan, UMKM, jasa sewa kendaraan, sektor kuliner hingga pemandu wisata.
"Untuk sektor parwisata ini, kita harus hati-hati dan terukur. Prokes diterapkan dengan ketat, tapi jangan sampai mematikan. Sebab salah satu ruhnya Jawa Barat itu pariwisata," jelasnya.
"Selain itu pariwisata bergandengan erat dengan produk kreatif yang notabene adalah unggulan Jabar. Pertanyaan kita semua, kalau pariwisatanya mati, gimana nasib banyak pihak yang menggantungkan hidup dari sektor ini. Rentetannya banyak sekali," tandasnya.
Ketiga, menjaga supply untuk tetap bergerak. Ini terkait dengan banyaknya proyek-proyek investasi yang harus dijaga.
"Jangan sampai ada respon bahwa kebijakan yang dikeluarkan terkait pandemi menghambat pertumbuhan atau bergeraknya pelaksanaan investasi. Termasuk juga di sisi demand, kita sikapi dengan industri-industri yang terus bisa berjalan. Sehingga meminimalisir pemutusan hubungan kerja dan industri tetap meng- hasilkan pendapatan kepada pengusaha dan pekerjanya. Jangan terlalu berharap pada bantuan sosial semata," paparnya.
Keempat, mekanisme pasar tetap berjalan. Pandemi membuat mekanisme pasar sempat terganggu akibat adanya sejumlah kebijakan pembatasan ruang gerak manusia dan bara.g.
"Pertanyaannya, bagaimana mekanisme pasar bisa tetap berjalan sementara pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan ruang gerak. Kita berikan rekomendasi kelima yakni digitalisasi di semua aspek. Termasuk UMKM di dorong ke digital e-commerce," paparnya.
"Kelima rekomendasi itu kita berikan ke Pemprov, Pemkab dan Pemkot. Kemudian dalam penerapannya, kita dorong terus digunakannya dinamic balancing strategy antara pendekatan kesehatan dengan pendekatan ekonomi. Dimainkan rem dan gasnya agar selalu seimbang “ pungkasnya. (TN)