Tantangan terberat yang tengah dihadapi PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB) saat ini adalah memenuhi tuntutan beradaptasi dalam disrupsi di industri ketenagalistrikan.
Proses adaptasi yang sering disebut 3D (Dekarbonisasi, Digitalisasi, dan Desentralisasi) ini lebih berat lagi dengan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi covid-19.
“Dekarbonisasi menuntut pengembangan pembangkit yang lebih ramah lingkungan. Desentralisasi membuat distribusi listrik tak lagi terpusat, namun bisa tersebar pada beberapa kawasan dengan skala yang lebih kecil,” ungkap Direktutr Utama PT PJB, Gong Matua Hasibuan dalam keterangan tertulisnya kepada Trustnews beberapa waktu lalu.
Digitalisasi mendorong pengelolaan bisnis pembangkit listrik dijalankan lebih efisien. Selain itu, dampak dari perang dagang China dan Australia juga berimbas pada keamanan pasokan energi primer di sektor pembangkitan listrik.
Namun demikian, dalam menangggapi tantangan dan dinamika yang berkembang dewasa ini, PJB senantiasa mengembangkan inovasi dalam menunjang operasional dan pengembangan bisnis perusahaan, terutama dalam memenuhi kebutuhan energi listrik di area Jawa-Bali.
Anak Perusahan milik PT PLN (Persero) ini intens berinovasi dalam menunjang penurunan Biaya Pokok Produksi (BPP) pada pembangkit batubara di Jawa dengan melakukan program coal switching dari batubara Medium Rank Coal ke Low Sulfur Coal, sehingga bisa memberikan saving penghematan BPP dan perbaikan rangking merit order.
Selain itu, pengembangan inovasi yang tidak kalah penting adalah dengan rutin memonitoring dan analytical engineering pembangkit yang meliputi reliability, efficiency, predictive dan trouble shoot.
PJB juga memiliki Tim RLA yang bertanggungjawab melakukan analytical terhadap kondisi tube boiler piping system, tube heat excanger dan blade turbin serta melakukan analysis material setiap pembangkit PJB.
Perusahaan ini juga membuat MRO yang berfungsi sebagai workshop engineering. Sehingga dengan kehadiran MRO ini PJB secara mandiri dapat melakukan pekerjaan repair dan pembuatan part equipment pembangkit. Dan yang tidak kalah penting PJB bisa melakukan cost saving, karena biaya maintenance lebih rendah dibandingkan harus melakukan perbaikan dan pembuatan di luar PJB.
“Melalui inovasi yang kami kembangkan, diharapkan PJB dapat memberikan kontribusi optimal dan membangun sinergi bersama segenap pemangku kepentingan guna mendukung pengembangan horizon bisnis baru PJB dan mewujudkan keber- langsungan usaha korporasi dalam jangka panjang,” tegas Gong Matua Hasibuan lagi.
Dalam mengembangkan kontribusi optimal, terutama dalam menjaga ketahanan energi listrik di area Jawa- Bali, PJB intens melakukan optimalisasi jadwal overhaul unit pembangkit di wilayah-wilayah tersebut. Selanjutnya dengan menjaga keandalan unit pembangkit dengan rutin melakukan preventive maintenance dan memperkuat predictive maintenance.
“Dalam upaya tersebut salah satu karya besar PJB adalah mengembangkan inovasi PJB iCORE (intelligent Center for Optimization of Realibilty & Efficiency) yang berguna untuk memonitor dan menganalisis kondisi di setiap pembangkit sehingga dapat memprediksi dan mencegah gangguan atau kerusakan sejak dini/ lebih awal,” tambahnya.
Pengoperasian pembangkit juga terus disesuaikan dengan SOP yang berlaku, hal ini juga didukung dari pemberian pelatihan dan sertifikasi keahlian di sisi SDM, guna menunjang pengoperasian unit pembangkit
Langkah Optimalisasi yang sangat penting disini adalah menjaga pasokan energi primer unit pembangkit dengan memperkuat perencanaan pengadaan energi primer. Seain itu juga memastikan sistem proteksi gangguan sistem kelistrikan yang ada di unit pembangkitan bekerja dengan baik, terutama pada 6 lines of defend (Free Gov., AGC/LFC, UFR, HouseLoad, Deadband, dan Blackstart/ Linecharging), sehingga dapat memperkecil peluang atau bahkan mencegah terjadinya pemadaman listrik yang meluas.
“Di sisi operasional keandalan pembangkit menjadi kunci keberhasilan PJB, di sisi finansial yang menjadi kunci keberhasilan adalah kesehatan finansial, dan indikator keberhasilan di sisi pengembangan usaha adalah penyelesaian proyek secara tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu,” ungkap Gong Matua Hasibuan meyakinkan. (TN)