trustnews.id

Suwandi - Direktur Jenderal Tanaman Pangan STRATEGI TANAMAN PANGAN PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL
Suwandi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

Saat banyak sektor terjerembab akibat pendemi Covid-19, sektor pertanian mampu menjadi kuda-kuda yang kokoh dalam menyangga perekonomian nasional agar tak tersungkur jatuh.

Meski sejumlah prediksi meramalkan Indonesia, sebagaimana juga banyak negara di dunia ini, akan terseret masuk dalam jurang resesi. Sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2020.

PDB pertanian tumbuh 16,24% (qtq) atau paling tinggi dibandingkan sektor lainnya. Bahkan, secara yoy sektor pertanian tetap berkontribusi positif dengan pertumbuhan 2,19%.

Pertumbuhan sektor pertanian ditopang subsektor tanaman pangan yang tumbuh tinggi 9,23%. Selain karena pergeseran musim tanam, ini terjadi karena jajaran Kementerian Pertanian terus bekerja mendampingi selama masa pandemi Covid-19.

Pun dengan kuartal III/2021, sektor ini konsisten berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi tumbuh 1,35 persen. Berdasarkan catatan BPS tahun lalu, sektor pertanian tetap mengalami pertumbuhan positif sebesar 16,24 persen secara quarter to quarter (QtoQ) dan 2,19 persen secara yoy di triwulan II tahun 2020 saat awal pandemi berlangsung.

Ekspor total produk pertanian pada periode Januari hingga Oktober 2021 mencapai Rp518,8 triliun, di antaranya merupakan ekspor produk olahan pertanian sebanyak Rp478,48 triliun. Dalam kurun waktu tersebut, kontribusi ekspor produk olahan pertanian nilainya mencapai 92,22 persen dari total keseluruhan ekspor pertanian Indonesia.

Suwandi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), mengatakan, ketangguhan sektor pertanian dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi Covid-19, tidak terlepas dari usaha Kementan dalam menjalankan lima strategi pembangunan pertanian yang juga diarahkan untuk menjaga ketahanan pangan.

Lima strategi pembangunan pertanian itu. Pertama, peningkatan kapasitas produksi, antara lain melalui pengembangan lahan rawa di Kalimantan Tengah seluas 164.598 hektare, perluasan areal tanam baru 250.000 hektare untuk padi, jagung, bawang merah, dan cabai di daerah defisit, serta peningkatan produksi gula, daging sapi dan bawang putih untuk mengurangi impor.

"Pembatasan atau pelarangan impor merupakan salah satu upaya pemerintah agar petani kita memiliki peranan besar dalam memenuhi kebutuhan perut rakyat. Stabilitas harga yang terkendali juga dapat menentukan minat petani untuk melakukan budidaya tanaman pangan," ujar Suwandi menjawab TrustNews.

Kedua, pengembangan diversifikasi pangan lokal berbasis kearifan lokal yang fokus pada satu komoditas utama, dan juga pemanfaatan lahan pekarangan dan marjinal melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan urban farming.

Ketiga, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, antara lain melalui penguatan cadangan beras pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, pengembangan lumbung pangan masyarakat (LPM) hingga LPM berbasis desa.

"Tanaman pangan merupakan komoditas pokok yang ketersediaannya sangat dibutuhkan masyarakat. Kebutuhan yang tinggi membutuhkan partisipasi petani untuk meningkatkan hasil produksi guna memenuhi kebutuhan dalam negeri," jelasnya.

Keempat, pengembangan pertanian modern seperti smart farming, pemanfaatan screen house, food estate, hingga pengembangan koperasi petani.

Kelima adalah gerakan tiga kali ekspor (gratieks) melalui peningkatan volume ekspor, menambah ragam komoditas ekspor, mendorong pertumbuhan eksportir baru dan menambah mitra dagang luar negeri.

Suwandi menyebut, peluang ekspor komoditas tanaman pangan Indonesia masih sangat besar, beberapa Negara di Eropa, Afrika dan Asia Tenggara telah mengkonfirmasi permintaan produk tanaman pangan Indonesia seperti beras premium, beras organik, jagung, ubi jalar, kacang hijau, porang, dan lainnya.

"Upaya penguatan ekspor melalui pengembangan korporasi maka program ini diharapkan akan dapat menjamin ketersediaan sarana produksi, permodalan, hingga jaminan pasar melalui peran serta eksportir,” jelasnya.

"Selain itu, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Tanaman Pangan juga menerapkan strategi tanaman pangan dalam rangka ekspor diantaranya dengan Inovasi dan Teknologi Bioindustri, dukungan dari pihak Perbankan (KUR) dan Asuransi, meningkatkan perbaikan dari hulu ke hilir, pertumbuhan volume ekspor untuk produk pertanian nasional dan presentase komo- ditas ekspor pertanian yang ditolak negara tujuan," pungkasnya. (TN)