trustnews.id

Upaya Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani PULIHKAN TRAFIK PENERBANGAN
Hardi Ariyanto General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang

Bandara Ahmad Yani layak dalam melayani jemaah umroh dan haji. Tidak saja karena lokasinya yang strategis, tapi juga menghemat biaya yang harus dikeluarkan para jamaah.

Upaya menggairahkan trafik penerbangan, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang atau Bandara Ahmad Yani akibat turunnya jumlah penumpang. Pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 jadi penyebab utamanya dengan adanya sejumlah kebijakan pembatasan pergerakan mobilitas manusia.

Hardi Ariyanto, General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang, mengatakan, upaya untuk menggairahkan kembali dilakukan dengan mendorong 'pariwisata religi' di Jawa Tengah.

"Kita tidak bisa hanya menunggu dan berharap situasi pandemi ini selesai dan penumpang kembali meningkat. Saya berpikir perlu adanya terobosan atau langkah-langkah inovatif. Saya menyebutnya wisata religi," ujar Hardi kepada TrustNews.

"Umroh dan khususnya haji sudah layak Bandara Ahmad Yani menjadi bandara embarkasi. Ini dilihat dari statusnya sebagai bandara Internasional. Kemudian dilihat dari kuota haji tiap tahun yang ditetapkan pemerintah sebanyak 29.786 orang."

"Belum ditambah dari mereka yang pergi umroh sekitar 200 ribu orang. Ini jumlah orang Jawa Tengah khususnya Pantura Raya," tambahnya.

Dia melanjutkan, selama ini masyarakat Jawa Tengah, khususnya Semarang, bila ingin umroh punya dua pilihan keberang- katan, yakni DKI Jakarta atau Surabaya. Dan, ini menyebabkan biaya umroh menjadi mahal karena harus bermalam di kota keberangkatan.

"Baik keberangkatan melalui Jakarta atau Surabaya, para peserta umroh masih harus bermalam sebelum hari keberangkatan. Ini berarti ada penambahan biaya dari Semarang ke Jakarta atau Semarang ke Surabaya. Biaya akan bertambah, bila mereka yang berangkat umroh diantar oleh keluarganya," ujarnya.

"Kondisi yang sama juga dialami calon jemaah haji dengan embarkasi Jakarta atau Surabaya. Adapun paling dekat itu embarkasi Solo. Namun tetap saja ada biaya ekstra yang harus dikeluarkan bagi keluarga yang ikut mengantarkan," tambahnya.

Baginya, calon jemaah haji ataupun umroh bisa lebih ringan pengeluarannya apabila keberangkatan melalui Bandara Ahmad Yani yang posisinya tidak terlalu jauh dari ibukota kabupaten.

"Hal ini sudah saya presentasikan ke pihak Pemprov, khususnya Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) bagaimana Pemprov Jawa Tengah bisa meringankan beban umat dalam melakukan ibadah haji maupun umroh melalui Bandara Ahmad Yani," ujarnya.

"Selain meringankan beban biaya yang dikeluarkan umat. Juga memberikan multiplier effect di sektor lainnya sehingga melahirkan titik perekonomian baru di Jawa Tengah," paparnya.

Dirinya pun mengaku siap untuk bertukar pikiran dengan pihak-pihak terkait, mulai dari Kementerian Agama Provinsi Jateng, Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah dan Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umroh Republik Indonesia (Amphuri) Jawa Tengah-Yogyakarta serta biro perjalanan.

"Pertimbangannya kita ingin meringankan beban umat dalam beribadah. Kalau bisa dilakukan dari Semarang lebih cepat. Umat tidak perlu lagi buang buang tenaga dan waktu. Semua pihak harusnya saling support," harapnya.

"Kalau berangkat dari Jakarta atau Surabaya, masyarakat Jateng bisa mengeluarkan biaya sekitar Rp 40 juta. Tapi kalau dari sini (Bandara Ahmad Yani) biayanya di kisaran Rp 20 juta sampai Rp 30 Juta," ujarnya mengestimasi biaya umroh.

Di lain sisi, lanjutnya, dengan adanya penerbangan langsung (direct flight) Semarang-Jeddah, tentu akan menarik wisatawan luar negeri untuk datang ke Semarang untuk berwisata religi. Ini disebabkan Provinsi Jateng banyak memiliki bangunan-bangunan bersejarah keagamaan.

"Provinsi Jateng memiliki jejak sejarah keagamaan yang terbilang lengkap mulai dari Masjid Agung Semarang, Klenteng Sam Po Kong, Gereja Blenduk, Pura Agung Giri Natha, Vihara Buddhagaya Watugong, makam para sunan, Klenteng Tay Kak Sie dan masih banyak lagi lainnya. Ini bisa dikemas sebagai destinasi religi atau wisata halal," ujarnya.

"Roda pariwisata tentu akan menggerakkan roda lainnya mulai dari penginapan, kuliner, cinderamata, transportasi termasuk guide dan sektor UMKM. Tentu ini pekerjaan besar dan butuh dukungan dari semua pihak mulai dari Pemprov, Pemkab, Pemkot dan pihak swasta untuk menggerakkan kembali perekonomian Jawa Tengah melalui Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani,” pungkasnya. (TN)