BUMD pangan milik Kabupaten Serang ini memadukan pola pertanian modern. Dari peralatan hingga modal disiapkan, bahkan pemupukan dilakukan dengan drone. Petani cukup fokus pada penanaman hingga panen.
Penandatanganan kerjasama antar dua BUMD dari provinsi yang berbeda itu, seakan menandai kebangkitan PT Agro Serang Berkah (ABS) dari tidur panjangnya.
Ayunan langkah berikutnya, ASB memancang target ekspansi dalam budidaya jagung. 1.000 hektar luas lahan yang melingkupi Kecamatan Jawilan, Kecamatan Kopo, Kecamatan Pamarayan, Kecamatan Cinangka dan Kecamatan Anyer dibidik bakal ditanami tanaman jagung.
"Target kita tahun ini menanam jagung 1.000 hektare. Ini kita terus menginventarisir lahan mana saja yang siap untuk ditanami," ujar Neneng Sri Hastuti, Direktur Utama PT Agro Serang Berkah kepada TrustNews.
Apalagi dalam hitung-hitungannya, Kabupaten Serang secara ekonomi dan bisnis cocok untuk dikembangkan pola pertanian terintegrasi, mulai dari hulu hingga hilir.
"Kabupaten Serang punya 14 pabrik pakan dan 4 pabrik pakan terbesar di Indonesia adanya di kabupaten ini. Kebutuhan mereka itu (pabrik pakan/red) akan jagung pipil sebanyak 10 ribu ton per hari atau 2 juta ton per tahun. Ini yang kami mau ambil," ujarnya.
"Kita lakukan penanaman secara bertahap 100 hektare terlebih dahulu di musim tanam awal tahun ini. Kemudian di musim tanam berikutnya Agustus dan September dengan luas lahan yang sama," tambahnya.
Neneng yang baru bergabung ke ASB di November 2019, ini jeli melihat peluang bisnis yang ada di depan mata, namun luput untuk digarap.
"Begitu masuk sini saya dapat informasi dari dinas pertanian bahwa ada potensi lahan yang bisa ditanami jagung seluas 40 ribu hektare. Kemudian di Kabupaten Serang juga banyak terdapat gabungan kelompok tani (Gapoktan). Terus saya cek lagi ada banyak pabrik pakan, gede-gede lagi skalanya," ujarnya.
"Ini peluang bisnis yang wajib digarap. Bayangkan kebutuhan jagung pipil sekitar 10 ribu ton per hari, masa kita hanya jadi penonton saja lihat truk-truk itu hilir mudik angkut jagung. Kita harus bisa menikmatinya," paparnya.
Dari situ dirinya melakukan pendekatan antar badan usaha milik daerah lintas provinsi, yakni ASB (BUMD Kabupaten Serang dengan PT Agro Jabar (BUMD milik Pemprov Jabar) dalam bentuk memorandum of understanding (MoU) tentang Penanaman Modal Pangan Jagung. Selain itu, kerjasama ASB juga dilakukan dengan BUMD DKI PT Food station serta perusahaan PT IMP (Indoraya Mitra Persada) dari Sleman Jogjakarta.
Tak berhenti disitu, lanjutnya, ASB juga melakukan MoU dengan empat perusahaan bidang pertanian. Empat perusahaan tersebut yakni, PT Agro Serang Berkah (ASB), PT Pupuk Indonesia Pangan (PIP), PT Agro Jabar (AJ), dan PT Jawara Indonesia Pangan (JIP). Diharapkan melalui kerjasama tersebut, kualitas dan mutu gabah yang dipanen terjaga dan meningkatkan nilai jual padi.
"Kerjasama dengan PT ASB dan PT PIP untuk pengelolaan 6 unit combine harvester, sarana produksi agro solution dan penyerapan gabah petani. Sedangkan PT ASB dengan PT JIP dalam penyerapan gabah petani untuk bahan baku premium," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, ASB dan AJ juga akan membantu petani terkait pembiayaan usaha tani jagung dan suplai jagung pipilan kering ke pabrik pakan di Kabupaten Serang.
“Dukungan pengembang jagung di Serang dapat meningkatkan suplai bahan baku ke pabrik pakan di Kabupaten Serang,” ujarnya.
"Petani tidak usah mikirin modal, proses panen dan penjualan sehingga bisa fokus untuk produksi pertaniannya saja,” tambahnya.
"Melalui combine harvester lebih mempercepat proses panen dan penjualan pasti akan meningkat. Proses pemasaran pun dibantu oleh Kami,” paparnya.
Lagi-lagi kerjasama itu dilakukan, setelah Neneng melihat kondisi para petani yang banyak mengeluh akan keberadaan alat combine harvester yang terbatas.
Sementara mengandalkan bantuan Alsintan dari Kementerian Pertanian tentunya membutuhkan waktu, ini disadari ada begitu banyaknya kebutuhan alat yang sama dari Sabang sampai Merauke yang harus dipenuhi Kementan.
"Kita dapat keluhan dari petani bahwa untuk panen mereka butuh combine harvester hanya saja harus gantian pemakaiannya. Sementara panen tidak boleh telat. Berharap ke pemerintah Kabupaten juga lagi banyak refocusing anggaran akibat pandemi," ujarnya.
"Satu-satunya jalan keluar adalah kerja sama dengan semua pihak. Hasilnya bukan hanya soal combine harvester saja, malah untuk pemupukan petani sudah bisa pakai drone. Petani hanya fokus soal proses menanam hingga panen saja," ujarnya.
"ASB hadir untuk mensejajarkan produktivitas petani dengan teknologi tanpa merusak ekosistem yang ada," pungkasnya. (TN)