trustnews.id

Strategi Taman Satwa Semarang Bertahan di Tengah Pandemi
Dok, Trustnews/Istimewa

TRUSTNEWS.ID - Pandemi Covid-19 membuat manajemen perusahaan pandai-pandai berakrobat dalam mensiasati jalannya roda perusahaan. Pun dengan para pengelola Taman Satwa Semarang yang harus mengambil langkah pahit dengan memotong jumlah gaji karyawan. Ini dilakukan agar pengelolaan Taman Satwa tetap bisa berjalan di tengah kondisi kesulitan finansial.

Kondisi tersebut dibeberkan Choirul Awaludin, Direktur PT Taman Satwa Kota Semarang, mengatakan, "Kami adalah manajemen baru dengan kondisi pandemi. “Jadi yang harus kami lakukan dikondisi tidak memadai ini sebagai BUMD pure hanya mengandalkan HTM. Kondisi tidak ada pengunjung, tapi kami harus tetap keluar biaya untuk pakan dan biaya tenaga kerja".

"Jadi kami lakukan perubahan manajemen. Diantaranya terkait dengan kemampuan finansial dan SDM," papar Choirul Awaludin kepada TRUSTNEWS.

Namun satu hal dipastikannya, meski kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi sulit hingga melakukan pemotongan gaji karyawan dalam jangka waktu tertentu. Namun untuk pakan semua hewan yang ada tetap dijaga kualitas dan kualitasnya.

 "Kita lakukan hal yang memungkinkan tanpa mengurangi welfare satwa. Kami tidak menurunkan kualitas dan kuantitas pakan satwa," ujarnya.

"Taman Satwa Kota Semarang juga tercatat sebagai lembaga konservasi, sehingga memiliki hewan-hewan yang dilindungi oleh undang-undang. Hewan yang dilindungi atau pun yang lainnya, juga harus diperhatikan dari segi kese-hatan, kenyamanan hingga ketersediaan pakan, sesuai kebutuhan hewan tersebut,” paparnya.

Kondisi "kencangkan ikat pinggang" mulai dilonggarkan saat pandemi mulai melandai. Pemerintah Kota Semarang mengizinkan pengelola Taman Satwa Semarang membuka pelayanan terbatas.

"Kembali beroperasi berarti ada pemasukan dari HTM. Selain itu juga ada penyertaan modal dari Pemkot Semarang," ujarnya.

Masuknya kembali pendanaan, menurutnya, pengelola Taman Satwa Semarang melakukan perubahan pendekatan dengan masuk ke digital marketing. Ini sekaligus mensiasati jumlah pengunjung yang datang dan mengurangi intensitas pertemuan antara karyawan dengan pengunjung (protokol kesehatan 3M).

"Taman Satwa Semarang masuk dalam ruang lingkup pariwisata yang sifatnya tersier. Kami menyadari itu dengan melakukan revitalisasi dan rekonstruksi bangunan agar lebih menarik bagi masyarakat untuk datang," ujarnya.

"Termasuk pembenahan dari manajemen administrasi dan finansial. Untuk itu kami melakukan kerja sama dengan pihak ketiga, akademisi. Tujuannya mengoptimalkan BUMD di Semarang, meminimalkan pembiayaan dan membuka peluang para investor untuk berinvestasi di sini," paparnya.

Selain itu, Taman Satwa Semarang juga menggandeng komunitas pecinta satwa maupun kaum dermawan yang peduli terhadap satwa untuk terlibat dalam satwa asuh dan donatur pangan satwa sehingga dapat mengurangi operasional pakan.

Beberapa perusahaan juga dilibatkan dalam program CSR untuk bertahan dalam kondisi pondemi Covid-19.

"Dalam kesempatan kondisi sepi di era pandemi, kami manfaatkan untuk berbenah dengan melakukan pembangunan-pembangunan dan dananya dari beberapa investor maupun dari penyertaan modal," jelasnya.

Ragam langkah yang dilakukan manajemen perusahaan, menurutnya, merupakan wujud komitmen terhadap konsep bergerak bersama Pemko Semarang dengan membangun ekonomi masyarakat. Caranya, pengelola Taman Satwa Semarang menggandeng para pelaku UMKM dalam setiap kegiatan.

"Terkait dengan pertumbuhan ekonomi, kami upayakan selektif mungkin tanpa mengurangi kepentingan yang diharapkan bisa membuat Kerjasama. Ada segmen kita membuat pola ekonomi atau menggerakan ekonomi sekitar, tapi di sisi lain, kami harus menjaga kondisi satwa juga. Jadi kita lakukan event dengan menjaga dua hal ini," pungkasnya. (tn/san)