TRUSTNEWS.ID - Perekonomian Sulsel memiliki pangsa terbesar ke 9 terhadap PDB Nasional dan merupakan pangsa terbesar (±32%) terhadap PDRB kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua). Ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan II 2022 melanjutkan kinerja positif dengan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekonomi Sulsel tercatat tumbuh 5,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,28% (yoy).
Bahkan, memasuki triwulan III 2022, kinerja ekonomi Sulawesi Selatan diprakirakan terus meningkat. Berlanjutnya relaksasi pembatasan aktivitas diprakirakan memperkuat keyakinan konsumsi masyarakat dan menggerakkan kinerja LU Perdagangan serta LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum.
Causa Iman Karana, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, mengatakan, perekonomian Sulsel memiliki pangsa terbesar ke 9 terhadap PDB Nasional dan merupakan pangsa terbesar (±32%) terhadap PDRB kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua).
"Kinerja perekonomian Sulsel dalam beberapa tahun terakhir utamanya didorong oleh kinerja Lapangan Usaha (LU) utama yaitu sektor Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan," ujar Causa Iman Karana kepada TrustNews.
"Selain itu, LU Perdagangan, Industri Pengolahan, dan Pertambangan juga turut berkontribusi dalam perekonomian Sulsel. Adapun, komoditas utama ekspor Sulsel meliputi nikel, ikan dan udang, serta biji bijian berminyak dan obat," tambahnya.
Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah pun, sambung Causa Iman, akan terus mendorong masuknya investasi ke Sulsel, melalui Forum Percepatan Investasi, Perdagangan dan Pariwisata Sulawesi Selatan (Pinisi Sultan).
"BI Sulsel bersama Pemerintah Provinsi menginisiasi pembentukan Forum Pinisi Sultan yang disahkan melalui Pergub No.35 Tahun 2020," ujarnya.
Sepanjang 2021, sambungnya, Pada 2021, Forum Pinisi Sultan melakukan promosi investasi beberapa proyek clean and clear kepada calon investor dan capacity building penyusunan proposal Investment Project Ready to Offer (IPRO).
Pada tahun yang sama, BI Sulsel juga telah melaksanakan South Sulawesi Investment Challenge dan mengidentifikasi 9 IPRO di Sulsel yang dapat ditawarkan pada investor. Dari sisi perdagangan, BI memfasilitasi business matching antara UMKM potensial ekspor dengan calon buyer.
Hingga September 2022, kata dia, beberapa forum investasi telah berlangsung dan hasilnya cukup memberikan optimisme. Dimana, dari Belt and Road Summit 2022, terdapat 34 calon investor global yang mengajukan one-on-one meeting dengan proyek-proyek yang ditawarkan.
Antara lain PLTB Tolo II Jeneponto, Tol Pesisir Makassar-Bantaeng, Pelabuhan Bantaeng, Industri Kelapa Sawit Luwu Utara, Industri Galangan Kapal Yassiberui, dan Kawasan Industri Makassar Maros.
Khusus PLTB di Sidrap dan Jeneponto, dalam pandangannya, menjadi contoh nyata pengembangan sumber energi terbarukan di Sulsel. Sebagaimana tren ekonomi hijau global yang semakin mengemuka.
"BI meyakini bahwa transisi menuju ekonomi hijau berpotensi mendatangkan investasi asing dan domestik yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Sulsel. Transisi ini perlu dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, dengan melibatkan seluruh pihak, sehingga bisa membawa kemanfaatan bagi masyarakat," ujarnya.
"Pada 2022, forum PINISI SULTAN kembali mengidentifikasi dan mempromosikan proyek clean and clear baru, disertai promosi produk UMKM siap ekspor. Selanjutnya, pada 2023, selain investasi dan perdagangan, forum PINISI SULTAN akan mendorong kontribusi pariwisata terhadap ekonomi," tambahnya.
Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi di Sulsel, menurutnya, BI Sulsel bersinergi dengan Pemda dan pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan ekonomi daerah, menjaga stabilitas keuangan, meningkatkan investasi dan ekspor, serta memastikan kelancaran sistem pembayaran.
Sebagai Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah, BI Sulsel menyampaikan rekomendasi terkait pembangunan ekonomi kepada Pemda. diantaranya, Penyusunan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional berupa Laporan Perekonomian Provinsi (triwulanan) dan Laporan Pengendalian Inflasi Daerah (bulanan).
Kemudian, penguatan research-based policy recommendation melalui joint research dengan akademisi lokal dan pemda, termasuk di dalamnya adalah riset terkait peningkatan produktivitas tanaman kakao melalui digital farming; serta hilirisasi komoditas kelapa dan produk turunannya.
"Pada tahun 2022, BI Sulsel juga melakukan kajian bersama BRIN, LPEM UI, dan akademisi Sulsel, yang antara lain berfokus pada isu pengembangan green economy, identifikasi the most binding constraint dalam penanaman modal asing di Sulsel, dan strategi pemulihan pariwisata di Sulsel," pungkasnya. (tn/san)