TRUSTNEWS.ID - Holding BUMN Pangan menciptakan transformasi ekosistem pangan yang kuat dan terintegrasi dari hulu hingga hilir. Dirasakan dampaknya oleh petani, peternak dan nelayan.
Peringatan itu datang dari Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) bahwa ketahanan pangan global menghadapi ancaman dari berbagai arah. Mulai dari fenomena perubahan iklim dan tren populasi penduduk dunia yang meningkat, hingga melonjaknya harga pangan, energi dan pupuk. Termasuk konflik yang berlangsung lama, seperti Rusia dan Ukraina.
Bahkan, Ketahanan Pangan dan Gizi FAO melaporkan, pada 2021 terdapat 828 juta orang kelaparan, sedangkan 3,1 miliar orang tidak mampu membeli atau mendapatkan makanan yang sehat dan layak.
Faktanya, tulis FAO, kebanyakan dari mereka merupakan petani dan masyarakat pedesaan. Dalam situasi global saat ini, FAO turut memproyeksikan sepanjang Oktober 2022 hingga Januari 2023 kerawanan pangan tingkat akut secara global akan terus meningkat.
Dalam konteks ketahanan pangan dan kedaulatan pangan, konsep bercorak nasionalistis, pemerintah melalui Kementerian BUMN membentuk ID FOOD (Holing BUMN Pangan). PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI sebagai induk Holding BUMN Pangan dengan anggota terdiri dari PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PPI, PT Sang Hyang Seri (Persero), PT Perikanan Indonesia (Persero) atau Perindo, PT Berdikari (Persero) dan PT Garam (Persero).
Frans Marganda Tambunan, Direktur Utama RNI (ID Food), mengatakan, tujuan dibentuknya Holding BUMN Pangan adalah untuk menciptakan transformasi ekosistem pangan yang kuat dan terintegrasi dari hulu hingga hilir selain itu, holding BUMN pangan ini harus dirasakan dampaknya oleh petani, peternak dan nelayan.
"Holding pangan ini dibentuk memiliki 3 tujuan. Pertama, ketahanan pangan di Indonesia. Ini menyangkut ketersediaan, keterjangkauan dan kestabilan pasokan. Kedua, menjaga inklusivitas petani dengan bekerjasama bersama petani, nelayan, UMKM dan lainnya dalam artian ID Food menjadi off taker dari hasil produksi mereka. Ketiga, menjadi perusahaan pangan yang go global," papar Frans Marganda Tambunan kepada TrustNews.
Dia melanjutkan, pemerintah konsen pada 3 hal, yakni krisis pangan, Kesehatan dan energi. Ini tidak terlepas bagaimana dunia melihat dampak yang timbul dari perang Rusia-Ukraina.
"Muncul blok-blok baru dan kita harus siap menghadapi hal ini. Mengurangi impor produk pangan dari luar sebagai upaya mengurangi ketergantungan dan menciptakan kemandirian," ujarnya.
Dalam upaya mengurangi ketergantungan impor, menurutnya, pemerintah mengambil kebijakan dengan membentuk cluster pangan, yaitu RNI, pupuk Indonesia dan Bulog. Namun dirinya menepis munculnya anggapan peran Bulog diperkecil dengan keberadaan ID Food.
Frans menjelaskan, penugasan Bulog menyerap atau mengamankan produk jagung, beras, dan kedelai. Adapun sisanya yang komersil diberikan kepada ID Food untuk menyerap dan membantu tugas Bulog. Diharapkan ini akan mempercepat penyerapan produksi pangan.
"ID Food diarahkan pada usaha pangan komersial B to B atau sifatnya non subsidi," ujarnya.
Adapun 11 bahan pokok yang wajib dimaksimalkan dari produksi dalam negeri adalah beras, jagung, kedelai, bawang, cabe, daging unggas, telur unggas, daging ruminansia, gula konsumsi, minyak goreng, dan ikan.
Dia juga menjelaskan, ketiga cluster pangan akan bersinergi dan berkolaborasi. Tidak hanya sebatas menyerap 11 bahan pokok saja. Tapi juga menjaga alur pendistribusian dan harga pasokan.
Program Makmur, misalnya program Makmur yang diinisiasi PT Pupuk Indonesia (Persero) dan terbukti sukses. Program ini yang awalnya ditargetkan mencapai 50 ribu hektare (ha) sawah kini telah melebihi target dengan luasan 85 ribu ha sawah dan menaungi 79 ribu petani. "ID Food kita dorong untuk melakukan perbaikan rantai pasok pangan yang selama ini tidak ada kepastian dan tidak ada koordinasi satu dan lainnya," ungkapnya.
ID Food, kata dia, juga harus berkoordinasi dengan BUMN lain, seperti Perum Perhutani, PT Perkebunan Nusantara III, dan Himpunan Bank Bank Milik Negara (Himbara). Ke depan, ID Food bisa memberikan pendampingan kepada petani, peternak, dan nelayan serta mencarikan solusi yang tepat bagi mereka, jika menemukan kendala.
"ID Food berfokus untuk membangun industri pangan yang sesuai dengan market demand dan B to B. Seperti swasta lain dalam pengembangan industri pangan.
ID Food tidak bisa lepas tangan jika ada kondisi yang membutuhkan bantuan. Saat kelangkaan minyak goreng, kami distribusikan 60 juta liter dengan cabang distribusi yang kami punya di seluruh Indonesia dan secara bisnis ini masih masuk hitungannya," pungkasnya.
(tn/san)