TRUSTNEWS.ID - Meskipun pada semester pertama dihadapkan pada kondisi berat untuk segmentasi pasar unggas di tanah air, tidak membuat PT Janu Putra berkecil hati.
Justru sebaliknya perusahaan yang bergerak di bidang peternakan ayam berskala nasional itu yakin betul pada semester 2 tahun 2023, kondisi yang mereka hadapi akan jauh lebih baik.
Bahkan mereka juga yakin peningkatan eksistensi bisnisnya akan tumbuh di angka 5-6 %. Target ini diharapkan mampu mendongkrak eksistensi bisnis Janu Putra berada pada pijakan populasi ayam boiler dan petelur.
“Tahun 2023 PT Janu Putra Sejahtera mempunyai target untuk meningkatkan populasi ayam broiler dan petelur agar bisa berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan protein nasional,” ujar General Manager PT Janu Putra, Sri Mulyani kepada TrustNews.
Menurutnya, PT Janu Putra sudah berorientasi untuk beternak broiler secara mandiri dengan system close house dan pemeliharaan yang sesuai dengan manajemen kesehatan yang sesuai standar arapannya ayam pedaging yang dihasilkan bisa memenuhi produk yang sehat
“Kami sudah memelihara ayam dari grand parent stock sampai parent stock dengan standar yang baik dan tinggi,” tambah Sri Muyani.
Tidak hanya itu, PT Janu Putra sejahtera sejak tahun 2022 juga sudah meng-up grade rumah potong ayam nya dari kapasitas 1500 per jam, ditingkatkan ke 4000 per jam.
Selain itu perusahaan juga membangun cold storage dengan kapasitas 200 ton. Bahkanke depan juga akan dibangun cold storage secara bertahap hingga mencapai 600 ton.
“Standar rumah pemotongan ayam nya juga kami tingkatkan ke standar NKV kelas 1 yang bertujuan ke depan nya supaya bisa ekspor produk ayam dalam bentung karkas dan turunannya,” tambahnya meyakinkan.
Sebelumnya, di tahun 2021 PT Janu Putra Sejahtera bagian dari Grup Januputra dengan dukungan De Heus Indonesia, meresmikan beroperasinya peternakan ayam Grand Parents Stock (GPS).
Hadirnya peternakan GPS ini dalam rangka meningkatkan standar performa pembibitan GPS ke tingkat internasional dan menyediakan Parent Stock Day Old Chicks berkualitas tinggi. Konsumsi daging ayam per kapita nasional mencapai 11,6 kg per tahun, masih kalah jauh dengan negeri tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Konsumsi tersebut pada tahun mendatang diperkirakan terus naik, demikian pula pasar ekspor telur tetas atau hatching egg (HE) ke mancanegara masih terbuka lebar.
Sekalipun demikian, lanjut Sri Mulyani prioritas yang dikedepankan saat ini adalah pengembangan unit usaha parent stock breeder (indukan) dan peningkatan food processing. Dan yang tidak kalah penting adalah efisiensi dan standarisasi pemeliharaan ayam broiler.
“Sekarang perusahaan tengah melakukan efisiensi produksi di semua unit usaha karena kami masih belum memiliki pabrik pakan sehingga komponen cost terbesar kami masih tergantung dengan pihak ketiga,” ungkapnya menerangkan.
Meskipun dihadapkan pada situasi yang penuh tantangan, PT Janu Putra pernah membubuhkan prestasi di sektor pembibitan unggas. Satu di antaranya, prestasi itu ditunjukkan dengan mengekspor atau mengisi kebutuhan telur tetas (hatching egg, HE) ayam ras untuk pasar regional Asia Tenggara, terutama Myanmar dan Vietnam.
PT Janu Putra berhasil mengekspor perdana HE sebanyak 65.880 butir telur parent stock (PS) broiler dengan nilai sekitar USD 89.273,99 atau setara Rp 1,27 miliar dengan tujuan Bel Ga Ltd, Myanmar.
Upaya ekspor yang dilakukan oleh PT Januputra, selain menunjukkan kemampuan peternak dalam negeri untuk bersaing di pasar global. Selain itu juga bisa dipandang sebagai salah satu exit strategy untuk antisipasi terjadinya over supply produksi ayam broiler yang kerap terjadi beberapa tahun terakhir.
Peluang pasar PT Janu Putra untuk ekspor HE pada 2022 ke Myanmar memang cukup tinggi, yaitu sebesar 622.500 butir. Sementara, pada tahun 2021 setelah ekspor perdana di awal September, ditargetkan mengekspor sebanyak 31.000 butir HE, justru bulan Desember tercatat sebanyak 65.880 butir HE. Ekspor tersebut menjadi kabar bagus di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang melanda tidak saja hanya Indonesia, tapi dunia.