trustnews.id

Indonesia Bersiap Resesi
Foto: istimewa

Indonesia Bersiap Resesi

NASIONAL Jumat, 02 Oktober 2020 - 10:17 WIB TN

Setelah pada kuartal II-2020 tumbuh negatif 5,32 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020
diperkirakan akan melanjutkan kinerja negatif.
Hantu resesi itu kian nyata menjelma, setelah pada kuartal II-2020 tumbuh negatif 5,32 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 diperkirakan akan melanjutkan kinerja negatif. Ini artinya, Indonesia masuk dalam jurang resesi, setelah 45 negara terlebih dahulu terperosok pada jurang yang sama.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, pihak Kementerian Keuangan melakukan update proyeksi perekonomian Indonesia untuk tahun 2020 secara keseluruhan menjadi minus 1,7% sampai minus 0,6%.
"Kementerian Keuangan melakukan revisi forecast pada bulan September ini, yang sebelumnya kita perkirakan untuk tahun ini adalah -1,1% hingga positif 0,2%. Forecast terbaru kita pada September untuk 2020 adalah kisaran -1,7% sampai -0,6%,” ujar Sri Mulyani. 
Realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2020 minus 5,32%. Resesi akan terjadi jika pertumbuhan ekonomi nasional kembali negatif di kuartal berikutnya. Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut. “Ini artinya, negatif territory kemungkinan akan terjadi pada kuartal III dan mungkin juga masih akan berlangsung untuk kuartal ke IV yang kita upayakan bisa dekat 0% atau positif. " paparnya.
Meski secara tahunan ekonomi nasional berada di zona negatif, Sri Mulyani mengaku, angka proyeksi Kementerian Keuangan tidak sedalam proyeksi beberapa lembaga internasional.
Sebagaimana diketahui, Dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020 yang berjudul The Long Road to Recovery, World Bank menyebut bahwa scenario resesi ekonomi Indonesia bisa terjadi, jika infeksi Covid-19 meluas atau gelombang infeksi baru muncul. World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 sebesar 0%.
Hal senada juga dilontarkan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam World Economic Outlook (WEO) Juni 2020 yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi -0,3 persen pada 2020.
Begitu juga Asia Development Bank (ADB) dalam Asian Development Outlook (ADO) 2020 Update, memproyeksi ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi 1 persen di 2020 akibat pandemi Covid-19. Kontraksi ini merupakan yang pertama kali terjadi lagi di Indonesia sejak krisis keuangan Asia tahun 1997–1998.
"Tahun depan, kita gunakan sesuai RUU APBN 2021 yakni 4,5-5,5% dengan forecast titik di 5,0%. Bagi institusi lain, rata- rata berkisar antara 5-6%. OECD tahun depan prediksi 5,3, ADB sama 5,3, bloomberg median view 5,4, IMF 6,1, WB 4,8," katanya sambil melanjutkan, "Semua forecast ini subject to atau tergantung pada perkembangan covid dan bagaimana ini pengaruhi aktivitas ekonomi”.
Dengan proyeksi terbaru pemerintah itu, ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 diproyeksi ada pada kisaran -2,9% hingga -1,0%. Pada kuartal II/2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 5,32%. Jika pada kuartal III/2020 minus lagi, Indonesia otomatis masuk dalam zona resesi secara teknikal.
Sri Mulyani mengatakan pemerintah melakukan all out melalui kebijakan belanja atau ekspansi fiskal. Namun, dari konsumsi rumah tangga masih negatif. Investasi juga masih dalam posisi yang cukup berat sehingga masih ada dalam zona negatif. Ekspor juga masih akan negatif.
Tahun depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi akan kembali positif. OECD memproyeksi ekonomi Indonesia pada 2021 mampu tumbuh 5,3%. Kemudian, ADB (5,3%), Bloomberg (5,4%), IMF (6,1%), dan World Bank (4,8%). Pemerintah memproyeksi perekonomian pada 2021 bisa tumbuh 4,5% hingga 5,5% dengan titik 5,0%.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan RI, Suahasil Nazara, mengakui jika pemerintah kesulitan dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2020 dan 2021 secara solid. Ini dikarenakan, kondisi serba tidak pasti selama pandemi Corona berlangsung.
"Memang sangat sulit melakukan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang solid. Proyeksi yang solid ini menjadi sulit, di tengah pandemi Covid-19 ini," kata Suahasil dalam webinar bertajuk 'Dualisme Peran UMKM di Tengah Krisis Ekonomi Nasional', Sabtu (19/9).