trustnews.id

Siasat Aerotrans Bangkit Dari Keterpurukan
Dok, Istimewa

Siasat Aerotrans Bangkit Dari Keterpurukan

NASIONAL Jumat, 10 Maret 2023 - 10:30 WIB Hasan

TRUSTNEWS.ID - Pandemi membuat Aerotrans Service Indonesia terpuruk. Agar tidak terperosok lebih dalam, manajemen melakukan sejumlah inovasi bisnis yang membuat laporan keuangan 2022 membaik.

Terpukul dan terpuruk karena pandemi Covid-19 menjadi catatan kelam bagi para pelaku bisnis transportasi. Pemberlakuan PSBB dan larangan mudik, belum lagi work from home membuat industri ini berada di titik nadir. PHK, perumahan karyawan atau penundaan gaji menjadi pilihan sulit yang harus diambil. 

"Pandemi (Covid-19) menjadi tahun-tahun yang berat dan penuh dengan tantangan," aku Fani Ahmad Fauzi, Direktur PT Aerotrans Services Indonesia (Aerotrans) kepada TrustNews.

Sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia, Aerotrans bergerak di bidang antar jemput karyawan dan karyawati, termasuk seluruh kebutuhan transportasi darat PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk, ikut terseret dampak pandemi. 

Garuda Indonesia sebagai induk perusahaan selama pandemi mengalami penurunan jumlah penumpang yang sangat tajam. Tercatat selama semester I 2021, penumpang Garuda turun dengan hanya total 870 ribu penumpang. 

Untuk memastikan keberlanjutan usaha (business sustainability) perusahaan tetap terjaga di tengah tekanan kinerja industri penerbangan dunia yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Sebanyak 25.000 karyawan Garuda Indonesia Group terdampak penundaan hingga pemotongan gaji. 

"Induk perusahaan mengalami masalah tentu memberi dampak pada anak perusahaan. Termasuk Aerotrans," ungkap Fani. 

"Kami lakukan efisiensi besar-besaran sambil melakukan inovasi bisnis. Pandemi memberi kita semua pelajaran yang teramat mahal," tambahnya. 

Inovasi yang dilakukan yakni Aerotrans hadir dengan 3 unit bisnis baru. Pertama, Transportation Solutions sebagai bisnis utama, karena sejak awal dibentuk sebagai perusahaan yang menyewakan berbagai jenis kendaraan baik perorangan maupun perusahaan, di bidang penerbangan, pertambangan, perminyakan dan gas, hingga asuransi dan perbankan. 

Kedua, Transportation Support. Pilihan ini dikarenakan sebagai perusahaan transportasi, keberadaan bengkel menjadi hal yang utama untuk memperbaiki atau menservis kendaraan internal. 

"Selama pandemi kondisi bengkel jadi nganggur karena tidak banyak kendaraan yang diperbaiki atau servis. Daripada nganggur, bengkel kita buka untuk masyarakat umum dan mendapat respon yang positif," ujarnya. 

"Kendaraan-kendaraan kami yang sudah habis masa operasionalnya akan dilelang. Awalnya menggunakan balai lelang swasta. Lantas kepikiran mengapa tidak buka balai lelang sendiri, maka lahirlah AerotransBid," paparnya. 

Dan yang ketiga adalah Ancillary & Digital Business. Diantaranya, membangun Aerotrans Training Centre khusus untuk profesi pengemudi dan mekanik serta pemanfaatan lahan milik Aerotrans seluas 27.000 m2 di bilangan Jurumudi, Tangerang menjadi pusat perkantoran, pergudangan logistik dan parkiran. 

"Kami punya lahan untuk disewakan untuk perkantoran, gudang logistik atau parkiran di bilangan Jurumudi Tangerang. Intinya apa yang bisa menghasilkan profit akan kami berdayagunakan dan hasilnya positif," ujarnya. 

"Begitu pandemi landai dan semua bisnis mulai jalan, perlahan Aerotrans mulai pulih. Dalam segi laporan keuangan kami sudah mulai positif, artinya apa yang 2 tahun lalu kami lakukan membuahkan hasil. Semoga tahun ini (2023) kami juga benar-benar reborn," tambahnya. 

Selain itu, dijelaskan Fani, Aerotrans juga melakukan kerjasama dengan PT Vektor Mobility Indonesia (VKTR) dalam upayanya menjadi operator bus listrik. Selain dengan VKTR, Aerotrans juga menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PT Industri Transportasi Ilthabi dalam pengembangan, manufaktur dan implementasi kendaraan listrik termasuk berkolaborasi dalam memperluas market di Indonesia. 

"Ini merupakan wujud nyata Aerotrans mendukung program Pemerintah dalam mengakselerasi sumber energi baru yang lebih ramah lingkungan sehingga dapat membantu mengurangi dampak pemanasan global," ujarnya. 

"Kita bukan produsen kendaraan, tapi kita bekerja sama dengan pabrikan dan distribusi untuk kita operasikan. Skemanya bisa sewa namun arahnya ke depan Aerotrans sebagai perusahaan sewa menyewa mobil listrik maupun maintenance mobil listrik," pungkasnya.