TRUSTNEWS.ID,. - Transformasi digital tak bisa dilepaskan dari Covid-19. Pandemi telah mengubah segalanya, termasuk mentransformasi masyarakat dari berbagai interaksi secara fisik menjadi digital. Tidak hanya dalam berkomunikasi, tetapi juga dalam melakukan berbagai aktivitas yang memberi nilai tambah bisnis, ekonomis dan lainnya.
Boni Pudjianto, Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, mengatakan, pemanfaatan teknologi informasi itu menjadi sebuah keniscayaan bagi masyarakat. Dampaknya, kehidupan masyarakat mengalami perubahan dan harus ikut menyesuaikan di era digital. Kondisi ini membuat masyarakat harus memahami peran dan manfaat dari teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet.
“Secara umum era digitalisasi, jangan hanya dilihat dari sisi perangkat digital saja, namun yang sangat penting adalah penggunanya (masyarakat) juga harus bertransformasi. Berangkat dari situ Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika membuat dua program nasional, yakni program literasi digital dan program technopreneur,” ujar Boni Pudjianto kepada TrustNews.
“Jadi kita mentransformasikan masyarakat agar siap menghadapi perubahan global atau digitalisasi dunia. Makanya masyarakat mau tidak mau kita perkenalkan bahwa ini keniscayaan yang tidak mungkin dihindari.”
Dalam Program Literasi Digital, lanjut Boni, ada empat pilar utama yang menjadi fokus dari Kominfo, yakni kemampuan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital.
Boni mengelaborasikan, dalam hal kemampuan digital setiap individu diharapkan bisa mengentahui, memahami, dan menggunakan hardware dan software TIK, serta mengoperasikan sistem tersebut untuk meningkatkan produktivitas.
Kemudian secara budaya digital, individu diharapkan membiasakan perilaku di ruang digital dengan wawasan kebangsaan, termasuk nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga dampak internet tanpa batas tidak mempengaruhi nilai kebangsaan kita.
Adapun secara etika digital, menurutnya, individu diharapkan bisa berperilaku di dunia digital sesuai dengan dalam kehidupan nyata, dan mengimplementasikan kebiasaan yang mencerminkan integritas, profesionalisme, norma, dan kearifan lokal.
“Budaya digital dan etika digital menjadi sangat penting. Kita seringkali lupa kalau sudah di ranah digital seolah-olah kita menjadi seperti manusia lain. Padahal kita manusia yang sama. Di dunia digital kita tetap harus menjunjung tinggi sopan santun, menghargai pendapat orang lain, tidak berkata-kata yang tidak semestinya apalagi berita bohong, hoax, melalui SARA dan lain sebagainya. Termasuk di dalamnya tidak melakukan kejahatan digital (cyber crime),” paparnya.
Sebagaimana diketahui, tren jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Data menunjukkan pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang pada periode 2022-2023.
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada periode sebelumnya yang sebanyak 210,03 juta pengguna (2021-2022), 196,71 juta pengguna (2019-2020), 171,17 jita pengguna (2018) dan 143,26 juta (2017).
Jumlah pengguna internet tersebut setara dengan 78,19% dari total populasi Indonesia yang sebanyak 275,77 juta jiwa. Bila dibandingkan dengan survei periode sebelumnya, tingkat penetrasi internet Indonesia pada tahun ini mengalami peningkatan sebesar 1,17 persen dibandingkan pada 2021-2022 yang sebesar 77,02%.
Sedangkan Program Technopreneur, dijelaskannya, Perkembangan startup di Indonesia sendiri berjalan bersamaan dengan pertumbuhan internet dari tahun ke tahun. Menurut data StartupRanking, Indonesia memiliki lebih dari 2.193 startup dan menduduki posisi kelima terbanyak di dunia.
“Tugas pemerintah adalah membangun ekosistem startup yang kondusif. Dalam ekosistem startup tidak hanya perusahaan rintisan saja, tapi juga para inverstor, Venture Capital dan lainnya. Ibaratnya darah bagi manusia, maka investor financial itu darahnya bagi startup,” ujarnya.
Boni menunjuk gelaran Indonesia Entrepreneur TIK (IdenTIK) sebagai bagian dari Program Digital Teknopreneur, yang menjadi ajang kompetisi untuk Boni Pudjianto saat menggelar road show IdenTIK. Foto dok. Kominfo. mengidentifikasi karya TIK Anak Bangsa yang kreatif dan memiliki potensi yang luas dalam pemanfaatannya.
“IdenTIK diharapkan mendorong pertumbuhan pelaku industri lokal serta tersedianya perangkat lunak dari pengembang lokal yang berkualitas dan siap bersaing pada kawasan ASEAN dan global” ujar Boni.
Berdasarkan Studi Google Temasek, Bain & Company (2022) menunjukkan ekonomi digital Indonesia di 2022 mencapai USD77 miliar atau tumbuh 22% dari 2021. Indonesia berhasil menjadi pemain utama dalam ekonomi digital ASEAN, karena sekitar 40% dari nilai total transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia.
Dengan kinerja positif sektor ekonomi digital tersebut, nilai valuasinya diperkirakan akan tumbuh dua kali lipat menjadi USD130 miliar pada 2025, dan akan mencapai USD220-USD360 miliar di 2030.
“Saat ini Indonesia punya 2.477 unit 9 Unicorn dan 2 Decacorn. Bayangkan kalau jumlahnya bertambah tentu bisa memecahkan masalah ekonomi nasional. Jadi kita itu berupaya memperbesar jumlah startup dan menumbuhkan hingga ke level Unicorn dan Decacorn,” pungkasmya.