TRUSTNEWS.ID,. - Konsep ekonomi biru yang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) usung, mulai dilirik sejumlah kalangan. Satu diantaranya PT Aruna Jaya Nuswantara, perusahaan rintisan teknologi yang bergerak di bidang kelautan dan perikanan.
Aplikasi digital yang berdiri 2016 ini, mencatatkan dirinya sebagai startup Indonesia pertama yang berfokus untuk menghubungkan nelayan lokal ke pasar yang lebih luas menggunakan teknologi.
Platform yang dibuat Aruna ini membangun sistem yang transparan di seluruh proses perdagangan antara buyer dan seller. Tentu saja aplikasi ini hanya dapat diakses oleh para pihak yang berkepentingan saja tidak terbuka untuk umum. Sistem itu menampilkan informasi harga secara terbuka. Dengan data itu, nelayan memahami fluktuasi harga dan mendapatkan harga yang lebih adil. Para nelayan dapat langsung melihat nilai sebenarnya dari hasil tangkapan mereka.
"Kami adalah fishery commerce asal Indonesia yang melibatkan community development dan teknologi dalam proses bisnisnya. Sebagai pemain yang relatif baru, kami tidak ingin hadir sebagai tutor, melainkan sebagai penghubung pelaku lama dengan aspek-aspek baru yang mau tak mau harus bisa diikuti agar lebih adaptif," ujar Utari Octavianty, Chief Sustainability Officer PT Aruna Jaya Nuswantara.
Seiring perjalanan waktu, tepatnya 2022, Aruna telah memberdayakan lebih dari 40.000 nelayan Aruna yang tersebar di 177 Aruna Hub di 31 provinsi di Indonesia, ini telah mengekspor beberapa komoditi nelayan Indonesia seperti lobster, kepiting, rajungan, tuna, mackerel, red snapper, udang vaname dan lainnya dengan tujuan Jepang, Amerika Serikat, China, Kanada, Singapura dan Timur Tengah.
Kualitas dan ketertelusuran produk perikanan Indonesia yang lebih terjamin sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing sektor ini. Selain itu, pendekatan keteknologian akan semakin menjawab tuntutan konsumen akan produk yang memenuhi aspek keberlanjutan dan perdagangan yang berkeadilan.
Seluruh produk Aruna juga telah memenuhi standar pasar internasional, seperti Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), dan telah menerapkan pengelolaan perikanan yang ramah terhadap ekosistem kelautan.
Aruna pun menciptakan standar yang harus dipenuhi untuk kepentingan quality control. Standar ini akan diterapkan langsung oleh QC Aruna saat transaksi terjadi. Hal ini dipandang dapat mendorong daya saing produk.
“Sebagai startup perikanan asal Indonesia, Aruna mau membantu menggaungkan peraturan terkait penangkapan produk seafood," terang Utari.
"Selain itu, perlu diketahui bahwa hal tersebut sejatinya sudah diatur dalam PERMEN KP Nomor 12 tahun 2020. PERMEN KP (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan) tersebut berisikan perencanaan yang bersifat indikatif, memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). Ini harus selaras dengan apa yang Aruna sendiri lakukan," paparny.
Startup Aruna menerapkan standar dan panduan untuk menilai tingkat hasil tangkap melalui aplikasi Aruna Heroes dan Nelayan. Platform ini dibangun di atas dan didukung oleh Google Cloud.
Fungsi kedua aplikasi tersebut yakni: Aruna Heroes: membantu nelayan mencatat hasil tangkapan dan penjualan ikan, menawar harga terbaik, menerima pembayaran dengan cepat, memungkinkan pengguna memasukkan transaksi bahkan saat tidak ada koneksi internet.
Adapun Nelayan Aruna: tempat para pengguna lain memberikan informasi kepada nelayan tentang metode penangkapan ikan yang berkelanjutan dan regulasi yang berlaku.
Pada 2021, Aruna meluncurkan pilot project pelacak GPS untuk membantu nelayan menghindari perikanan ilegal dan meningkatkan keuntungan mereka melalui penelusuran jejak penangkapan ikan.
"Kami dapat membantu nelayan membuat keputusan yang lebih baik tentang di mana dan apa yang harus ditangkap, serta meningkatkan penangkapan ikan yang berkelanjutan,” ujar Utari
"Perkembangan teknologi pada sektor ini, selain menguntungkan perekonomian Indonesia, juga menambah teknologi dan wawasan baru pada para nelayan di berbagai wilayah pesisir di Indonesia. Hal tersebut diharapkan akan membuat produk perikanan Indonesia dapat bersaing secara global di era globalisasi teknologi," pungkasnya.