trustnews.id

Geo Dipa Energi Patuha 2 Siap Operasional Meski Sempat Terkendala TKDN

TRUSTNEWS.ID - Kabar gembira itu datang dari PT Geo Dipa Energi (Persero) soal Commercial Operation Date (COD) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Patuha Unit II. Mega Proyek panas bumi di kawasan Gunung Patuha, Kabupaten Bandung ini akan beroperasi pada tahun ini, 2027.

“Geo Dipa Energi memperoleh kepastian uap panas untuk 55 MW. Ini langkah luar biasa,” ujar Yudistian Yunis, Direktur Utama PT Geo Dipa Energi kepada TrustNews.

Kegembiraan dari sebuah proses penantian yang teramat panjang. 23 tahun, terhitung sejak tahun 2022, waktu yang dibutuhkan Geo Dipa Energi untuk merealisasi Proyek Strategis Nasional PLTP Patuha 2.

Proyek ini merupakan bagian dari program Infrastruktur Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang menggunakan Energi Terbarukan sebagaimana ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM No 15 Tahun 2010, yang terakhir diubah dengan Peraturan Menteri ESDM No. 40 Tahun 2014.

PLTP Patuha 2 juga dikenal sebagai program Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik 10.000 MW Tahap Kedua/Fastrack 2 yang terintegrasi ke dalam Proyek Ketenagalistrikan 35.000 MW yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.

“Mengapa begitu lama dibandingkan Patuha Unit 1, karena ada banyak tantangan eksternal yang harus kami hadapi. Satu contoh masalah regulasi terkait dengan aturan pemenuhan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” ujarnya.

“Ada ketidaksesuaian antara kebutuhan regulasi pemerintah terhadap pemanfaatan TKDN dan kesepakatan yang dilakukan oleh pemerintah dan Geo Dipa Energi dalam agreement,” tambahnya.

Diketahui, kewajiban pemenuhan TKDN paling anyar tertulis dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik alias RUPTL 2021-2030. PLN wajib mengakomodir TKDN tinggi untuk pembangunan pembangkit energi biomassa dan biogas milik PLN.

Selain itu, upaya mengenai percepatan pengembangan potensi panas bumi melalui skema kemitraan di wilayah kerja panas bumi (WKP) PLN maupun WKP perusahaan listrik swasta juga bertujuan untuk meningkatkan TKDN.

Keberadaan TKDN dinilai bisa menjadi batu sandungan, dikarenakan mayoritas lembaga keuangan global seperti Asian Development Bank, Worldbank, JICA hingga bank pembangunan dan investasi Jerman KfW Bankengruppe menganggap unsur TKDN tidak selaras dengan batas minimal yang ditetapkan oleh masing-masing bank.

Terkait masalah TKDN, baginya, Geo Dipa Energi melihatnya sebagai peluang dan tantangan, sekaligus membuka wacana tentang pemanfaatan TKDN yang tepat sasaran. Guna mendukung program pemerintah yang berkomitmen pada global climate, termasuk sepakat melakukan transisi energi.

“Kadang kita harus berposisi yang seimbang. Kita perlu bantuan dan dukungan untuk transisi energi di sisi energi dan teknologi. Di lain sisi, kita komitmen membangun industri dalam negeri. Kami sudah lakukan upaya melalui Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, Kemenperin, serta Kemenko Marves yang pelaksana tim pemanfaatan TKDN. Kami komunikasi dengan Kejaksaan dan KPK terkait regulasi,” tambahnya.

“Semoga ini sejalan dengan komitmen pemerintah melakukan transisi energi dan meletakan TKDN di situasi yang tepat serta memenuhi kebutuhan listrik. Dua bulan ke depan semoga bisa selesai dengan baik sehingga pembangunan pembangkit bisa segera terlaksana (EPC),” urainya.

Di lain sisi, Yudistian menyampaikan Geo Dipa Energi telah berupaya meningkatkan kinerja semaksimal mungkin, meskipun capaian kinerja yang dihasilkan belum optimal. Secara umum pada tahun 2022 tercatat Perseroan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 964 miliar atau 99 persen dari target tahunan. Dari pendapatan tersebut, dihasilkan laba bersih sebesar Rp154 miliar atau 84 persen dari target sebesar 172 miliar.

“Geo Dipa Energi masih bertumbuh labanya, tahun ini meningkat dari tahun lalu. Kami masih punya room improvement pemanfaatan sumber panas bumi yang ada ini kami manfaatkan agar bisa memastikan jumlah produksi listrik meningkat,” ujarnya.

“Kami masih punya ruang besar untuk meningkatkan ini. Setelah unit 2 kami selesai di Dieng, diakhir 2026 kami bisa mendapatkan laba double dari hari ini, targetnya cukup besar. Laba dihitung dari setoran pemerintah, kami punya pajak, pnbp, retribusi, dan kalau dilihat cukup besar angkanya hampir 200 miliar dan masih bertumbuh,” pungkasnya.