TRUSTNEWS.ID,. - Kapal-kapal PIS telah memenuhi standar-standar pelayaran internasional mulai dari Paris MOU untuk syarat berlayar di benua Eropa, hingga sertifikat kepatuhan dari United States Coast Guard (USCG).
Usianya baru akan genap 7 tahun Desember ini. Meski terbilang anyar, kehadiran PT Pertamina International Shipping (PIS) - Sub Holding Integrated Marine Logistics dari PT Pertamina (Persero) - di industri pelayaran, jasa maritim dan logistik tak bisa dipandang sebelah mata. `
Tengok saja, di usia terbilang belia, PIS telah menjelajahi 26 rute internasional. Kapal-kapal PIS telah memenuhi standar-standar pelayaran internasional mulai dari Paris MOU untuk syarat berlayar di benua Eropa, hingga sertifikat kepatuhan dari United States Coast Guard (USCG).
Bahkan, PIS mencatatkan diri sebagai operator tanker terbesar di Asia Tenggara saat ini yang mengoperasikan sekitar 439 kapal dengan pengalaman ekstensif yang melayani market domestik dan pasar regional.
Pengalaman melayani pasar regional ini dibuktikan dengan sejumlah pelanggan berskala internasional yang telah dilayani oleh PIS, antara lain; Vitol, Petronas, Trafigura, BP, Badak LNG, Exxonmobil, Petrobras, Chevron, Saudi Aramco, Shell, dan lainnya.
Bahkan dari 439 kapal yang ada, sekitar 50 kapal berlayar di lautan internasional. Termasuk 2 kapal VLCC kembar raksasa Pertamina Pride dan Pertamina Prime dengan kapasitas mencapai 2 juta barel dan mengusung konsep eco green vessel. Serta 1 kapal VLGC Pertamina Gas Amaryllis yang telah memiliki teknologi Dual-Feul Engine.
Tak hanya wara-wiri di sektor migas, PIS juga menggarap bisnis di berbagai segmen dan jenis kargo, termasuk petrokimia dengan aset kapal tanker berspesifikasi khusus chemical berukuran medium range bernama PIS Precious.
Adapun, untuk memenuhi kebutuhan trading regional dan meningkatkan peran di kancah pasar global, terdapat pula integrated terminal Tanjung Uban yang saat ini dikelola oleh anak usaha PIS, PT Pertamina Energy Terminal (PET).
Muh Aryomekka Firdaus, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina International Shipping (PIS), mengatakan, sebagai Sub Holding Integrated Marine Logistics dari PT Pertamina (Persero) bisnis PIS melingkupi bisnis perkapalan, layanan kelautan (marine services), jasa pelabuhan (port services), pengelolaan pelabuhan dan jeti (port ownership), tangki penyimpanan (storage), hingga jasa terkait lainnya.
Dia pun mengurai perjalanan PIS yang berawal dari terbentuknya Subholding PT Pertamina International Shipping menjadi Integrated Marine Logistics Co pada 2016. Pembentukan sub holding ini hasil pemisahan bisnis penyewaan kapal dari Pertamina.
Setahun berikutnya, Pertamina menyerahkan empat unit kapal (MT Sei Paking, MT Sungai Gerong, MT Sambu, dan MT Fastron) dan satu unit FSO (FSO Abherka) ke perusahaan ini. Pada tahun 2018, perusahaan ini mendirikan Pertamina International Shipping Pte. Ltd di Singapura yang dikenal sebagai PIS Asia Pacific.
Pada tahun 2019, PIS mulai mengoperasikan satu unit kapal General Purpose (GP) yang diberi nama “PIS Patriot” untuk memperkuat armadanya di Singapura.
Dua tahun kemudian, tepatnya 2021, PIS resmi bertransformasi sebagai Subholding Integrated Marine Logistics. Berdasarkan penetapan ini, PIS pun mengelola 6 terminal strategis, berdasarkan Akta Pengalihan Saham PT Pertamina (Persero) kepada PT PIS, yaitu Integrated Terminal Tanjung Uban, Terminal BBM Pulau Sambu, Terminal LPG Tanjung Sekong, Terminal BBM Kotabaru, Terminal BBM Baubau, dan Terminal LPG Tuban.
“Meskipun sudah berjalan selama 7 tahun, kami baru ditunjuk sebagai Subholding Integrated Marine Logistics baru di tahun 2021,” ujar Muh Aryomekka Firdaus kepada TrustNews.
Aryomekka pun mengungkap, strategi perusahaan dalam membidik pertumbuhan bisnis. Setidaknya ada empat strategi yang dilakukan PIS. Pertama, capitalize petroleum core, yakni menjaga kelangsungan bisnis Migas dengan mendahulukan kebutuhan domestik. Namun, di sisi lain, ikut membantu Pertamina Patra Niaga dalam menyalurkan BBM subsidi.
“Ini harus dijaga dan dikembangkan sebagai anchor kita dengan menambah kapal BBM untuk kebutuhan distribusi domestik,” ujarnya.
Kedua, new growth industry, yakni menggarap potensi bisnis-bisnis baru yang bisa mendorong perusahaan menjadi terkemuka, seperti mengangkut muatan amonia (NH3) dan mencari market LNG.
Ketiga, membangun capability dan networking di Asia. PIS Asia Pacific yang berdiri pada 2018 dan berkedudukan di Singapura. Terus mengembangkan sayap bisnis di kawasan Asia Pasific, kemudian di 2022, PIS membuka kantor perwakilan di Dubai, UEA, yang saat ini dikenal sebagai PIS Middle East.
Keempat, green energy business, dimana PIS berupaya meningkatkan portofolio yang lebih ramah energi, dan kapal kita dilengkapi energi saving device.
“Kita sudah punya kapal berteknologi Dual-Fuel Engine, per- Januari kita sudah punya. Kapal ini bisa menggunakan LPG yang diangkutnya untuk bahan bakar,” katanya.
Dia tidak memungkiri bila timbul citra PIS begitu agresif berbisnis di kancah internasional. Hanya saja, ditekankannya, PIS tidak pernah meninggalkan Indonesia dan Pertamina.
“Kami mau maju bersama di domestik dan di luar selain mencari profit dan revenue, kita ingin mengharumkan nama pelaut Indonesia. Jadi kapal kami itu kan mayoritas crewnya Indonesia, kami mau agar mereka semua ini memiliki kualitas dan kapabilitas yang mumpuni di samudera internasional,” pungkasnya.