trustnews.id

Transformasi Digital Surveyor Indonesia
Dian M Noer Direktur Utama PT Surveyor Indonesia (Persero)

Transformasi Digital Surveyor Indonesia

BISNIS Sabtu, 17 Agustus 2019 - 09:55 WIB TN

PT Surveyor Indonesia melakukan diferensiasi bisnis berbasis digital. Tranformasi korporasi dalam menghadapi perkembangan teknologi yang sangat cepat.

Menginjak usia ke-28 tahun, 1 Agustus 2018,  PT Surveyor Indonesia - PTSI (Persero) kian memantapkan diri melangkah dalam bisnis berbasis digital sebagai bagian dari tranformasi korporasi dalam menghadapi perkembangan teknologi yang sangat cepat.
PTSI bertransformasi ke arah digital dengan memberikan leverage pada produk dan jasa dengan teknologi yang mendukung Revolusi Industri 4.0 seperti IoT (Internet Of Things), cloud computing dan penerapan keamanan cyber, ujar  Direktur Utama PTSI, Dian M Noer, kepada TrustNews.
Dalam upaya mentransformasi diri itulah, lanjut Dian, PTSI terus melakukan modernisasi teknologi sesuai dengan kebutuhan bisnis dan pelanggan.
“PTSI telah membangun lab pelumas yang dapat melakukan pengujian karakteristik fisika-kimia terlengkap dan pengujian parameter untuk kerja pelumas dengan teknologi terbaru, ujarnya.  
Teknologi terbaru yang dimaksud, sebuah Laboratorium Uji Pelumas Surveyor Indonesia yang berlokasi di Sentul, Bogor, terdiri atas 25 peralatan uji fisika dan kimia dan dua line engine dynamometer dengan kapasitas 250 horse power (HP) yang memiliki kecepatan operasional yang dapat dilakukan 24 jam, akurasi tinggi dan sudah kalibrasi pabrik.
Laboratorium ini dapat menguji produk pelumas untuk karakteristik fisika-kimia dan parameter unjuk kerja pelumas yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pelumas yang jumlahnya sudah mencapai 21 SNI pelumas, diantaranya 7 SNI sudah diberlakukan secara wajib melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 25 Tahun 2018.
Selain itu, laboratorium ini juga dapat melakukan pengujian terhadap pelumas dalam penggunaan (used oil analysis) guna membantu industri untuk mengetahui umur pemakaian pelumas dan mengetahui kondisi bagian-bagian mesin yang berputar berupa Oil Condition Monitoring (OCM) agar perawatan dapat dilakukan secara efisien dan dapat meningkatkan produktivitas permesinan.
OCM dapat dilakukan pada permesinan untuk sektor pertambangan, transportasi darat, laut, dan udara, pembangkitan dan industri manufaktur.
PTSI kawal SNI Wajib Pelumas untuk mendorong daya saing industri nasional dan jaminan kepentingan konsumen, ucapnya.
Selain itu, lanjutnya, PTSI juga mengembangkan aplikasi IT dalam rangka otomasi produk jasa, diantaranya Data Master Online (DMO) untuk pekerjaan survey, sistem informasi verifikasi bahan bakar nabati, serta Mobile Apps Lab Pelumas.  Sedangkan untuk fungsi pendukungnya PTSI melakukan pengembangan e-Office dan Human Resources Information Services (HRIS).  
PTSI terus berinovasi dalam layanan diversifikasi bisnis dengan mengembangkan bisnis baru atau model bisnis baru yang berbasis teknologi digitalisasi serta melakukan diferensiasi produk dan jasa yang berbeda dengan kompetitor yang ada untuk memenangkan pasar, paparnya. 
Dalam melakukan transformasi PTSI, Dian mengatakan, berpedoman pada 5 pilar transformasi untuk mencapai visi dan misi, yaitu High Performance Culture, New Business Development, New Operating Model, Market Expansion & Acceleration, Customer Focus & Service Excellence. 
“Ketiga pondasi tersebut menjadi landasan yang kokoh untuk terlaksananya 5 pilar Transformasi PTSI, paparnya. 
Sebagai pondasi yang menopang 5 pilar transformasi tersebut, lanjutnya, terdiri dari information & communication technology, human capital competence, dan Good Corporate Governance (GCG). 
“Teknologi informasi dan komunikasi merupakan alat untuk menghadapi tantangan bisnis sekarang dan masa yang akan datang, ujarnya.
Agar transformasi dapat terwujud, Dian melanjutkan, PTSI terus melakukan pengembangan SDM yang memiliki kompetensi nasional dan internasional sebagai aset utama perusahaan dalam menghadapi persaingan dan tantangan global di masa depan. 
“PTSI dituntut untuk senantiasa mengembangkan pengetahuan dan keahlian sesuai praktik terbaik (best practices) dan didukung dengan penguasaan teknologi terkini dan digitalisasi, paparnya.
Dian melanjutkan, Revolusi Industri 4.0 menuntut manajemen meninggalkan pola business as usual (menjalankan bisnis seperti biasanya) agar dapat memenangkan persaingan usaha baik di dalam negeri maupun global. 
Perkembangan teknologi informasi dan digitalisasi secara masif, pengembangan Industri 4.0, Internet of Things, artificial intelligence, cloud computing dan media sosial telah mengubah cara hidup manusia dan model bisnis yang ada.  Memperkuat bisnis berbasis digital menjadi keharusan bagi PTSI agar dapat memenangkan persaingan usaha baik di dalam negeri maupun global, pungkasnya. (TN)