trustnews.id

Mahasiswa  Punya Inovasi Plastik Jadi  Paving Block
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, dan mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera), menyulap sampah plastik menjadi paving block (conblock).

Di tangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, dan mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera), menyulap sampah plastik menjadi paving block (conblock).

Pengolahan limbah plastik itu dilakukan para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 49 Divisi Ekonomi di Desa Kemiri, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kegiatan pengolahan limbah plastik tersebut dilakukan para mahasiswa bersama masyarakat dan aparat desa, di awal Agustus ini.
"Banyaknya limbah sampah plastik yang berserakan di lingkungan Desa Kemiri ini dapat merusak ekosistem lingkungan desa. Itulah alasan utama mahasiswa KKN 49 UMM untuk mencetuskan program unggulan mengolah limbah sampah plastik menjadi sebuah inovasi paving block," ujar Ketua Divisi Ekonomi KKN 49 UMM, Arief Elfandi.  
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMM itu menambahkan, selain sebagai solusi alternatif pengurai limbah plastik, kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu menjadi sumber tambahan pendapatan masyarakat desa. Bahkan bisa menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Kemiri.
Rekan Arief, Adil Abdul Hakim ikut menjelaskan cara membuat paving block dari limbah plastik. Untuk memproduksi 1 buah paving block diperlukan 1 kg sampah plastik yang dicampur dengan 1 kg pasir dan oli bekas.
"Masak oli bekas hingga mendidih, kemudian masukkan limbah sampah plastik ke dalam tungku berisi oli panas. Jika keseluruhan plastik sudah mencair, masukkan pasir lalu aduk hingga menyatu," jelas Adil.
Lanjut mahasiswa Fakultas Teknik Informatika UMM itu, campuran plastik dan oli bekas dimasukan tersebut ke dalam cetakan paving block.
"Kami sangat senang karena bisa berbagi teknik pengolahan paving block ini. Apalagi kami juga mendapat dukungan antusias dari para Ketua RT dan Ketua RW Desa Kemiri, para perangkat desa Kemiri, pejabat TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terakhir), DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kepanjen Malang, serta dosen pembimbing Ibu Ririn," imbuh Adil.
Sementara itu, Kepala Desa Kemiri Wijiati mengatakan, pihaknya berterima kasih kepada para mahasiswa KKN 49 UMM, karena telah memaparkan inovasi pengolahan limbah plastik dan oli bekas kepada para perangkat desa.
"Saya sangat senang dan berterima dengan adanya ide inovasi pengolahan sampah plastik menjadi paving block ini, karena sampah merupakan PR bagi kita semua. Saya berharap ke depan sampah ini bisa menjadi sampah berkah ataupun sampah rupiah yang dapat menambah penghasilan bagi masyarakat Desa Kemiri. Sementara untuk pemasaranya mungkin nanti akan di bantu oleh BUMDES," ucap Wijiati. 
Sebelumnya, di April lalu, mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sumatera (Itera) meraih juara II lomba daur ulang sampah dalam Festival Lingkungan Maharipal 2019 yang diadakan di UIN Raden Intan Lampung.
Tyan Nufutomo selaku dosen pendamping mahasiswa menyebutkan, bahwa ide pembuatan paving block berbahan limbah plastik mereka dapatkan dari melihat referensi yang sudah dilakukan di salah satu daerah di Jawa Tengah.
Untuk itu, mereka ingin mencoba menerapkannya di Provinsi Lampung, sebagai bagian dari upaya pengurangan sampah plastik yang sulit terurai. “Tujuan daur ulang sampah ini karena kami melihat masih adanya permasalahan sampah plastik yang terus menumpuk di berbagai tempat di masyarakat. Kami ingin mengolah sampah tersebut menjadi sebuah benda yang lebih bermanfaat, seperti menjadi paving block,” ujar Tyan, Rabu (24/4) lalu.
Tyan menjelaskan, untuk membuat satu buah paving block, dibutuhkan sekitar 5 kg sampah plastik. Sampah plastik dipilih menjadi bahan baku karena cukup mudah ditemukan dan mudah diolah. Caranya yaitu cukup dengan membakar sampah plastik, lalu hasil pembakarannya ditempatkan di cetakan khusus paving block.
Menurut Tyan, kelebihan produk paving block plastic, yakni lebih kokoh dibandingkan paving block yang terbuat dari semen yang mudah retak dan lebih ringan.
Dia berharap apa yang dilakukan para mahasiswa bisa dikembangkan dalam sekala besar oleh masyarakat. Sehingga selain dapat mengurangi sampah plastik, juga bisa menjadi peluang usaha yang memberikan penghasilan masyarakat.(TN)