TRUSTNEWS.ID,. – JOB Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi atau JOB Tomori terus menunjukkan performa terbaik sebagai perusahaan hulu Migas yang beroperasi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Perusahaan merupakan operasi bersama antara PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi, PT Medco E&P Tomori Sulawesi dan Tomori E&P Ltd yang melakukan kegiatan operasi sektor hulu migas di bawah pengawasan SKK Migas. Kegiatan operasional meliputi eksplorasi, pengembangan, produksi, hingga kegiatan komersial.
Mengacu pada komparisi amandemen PSC dan surat BP Migas No. 0850/ BP00000/2010/SO tanggal 31 Desember 2010, JOB Tomori dikelola oleh participating interest yang terdiri dari PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi sebesar 50%, PT Medco E&P Tomori Sulawesi sebesar 30% dan Tomori E&P Ltd sebesar 20%.
“JOB Tomori melakukan kegiatan operasi sektor hulu migas pada 2 (dua) area, yaitu Blok Senoro-Toili. Blok Senoro yang sering disebut Lapangan Senoro memproduksikan gas, dan Blok Toili yang sering disebut Lapangan Toili memproduksikan minyak," ujar Agus Sudaryanto, Business Support Senior Manager JOB Tomori, kepada TrustNews.
Lapangan Senoro terletak di area onshore yang memiliki luas area 187,7 km2 dan terbagi menjadi 2 (dua) area, yaitu Senoro Utara yang saat ini telah berproduksi, dan Senoro Selatan yang belum berproduksi. Secara administrasi kepemerintahan, daerah Blok Senoro masuk dalam Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
Lapangan Toili terletak di area offshore yang secara geografis terletak di perairan Toili (Offshore Toili Area) dan berada di wilayah Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah. Sejak bulan April 2016 produksi minyak di Lapangan Tiaka untuk sementara dihentikan (temporary shut-in) karena anjloknya harga minyak dunia yang mengakibatkan negative cash flow bagi JOB Tomori.
"Melalui beberapa kegiatan pengembangan lapangan dan eksplorasi, seperti pengeboran, proyek Senoro Selatan merupakan upaya untuk keberlangsungan operasi JOB Tomori. Namun JOB tetap memperhatikan keberlangsungan lingkungan dan sosial sesuai dengan misi dan kebijakan perusahaan," ujarnya.
Terkait potensi energi hijau, Agus menjelaskan, sebagai penghasil energi berbasis gas (hydrocarbon), JOB Tomori turut mendukung penggunaan energy hijau ini dengan memanfaatkan Flare Gas (Flare Gas Recovery Project) yang terbuang menjadi bahan bakar yang digunakan untuk di konversi menjadi panas, steam dan listrik.
"JOB Tomori juga terus meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (solar cell) untuk memenuhi kebutuhan energi listrik untuk peralatan utilitas terutama di area operasi JOB Tomori yang jauh jauh dari sumber energi listrik utama," ujarnya
"JOB Tomori juga melalui program CSR telah memulai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (Micro Hydro) untuk keperluan energi listrik masyarakat pedalaman," tambahnya. Begitu juga pengelolaan lingkungan, dijelaskannya aspek ini berkaitan erat dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh JOB Tomori dalam bidang eksplorasi dan produksi migas.
Untuk itu perusahaan berhasil melakukan pengelolaan lingkungan dan membuahkan pencapaian Proper Emas pada tahun 2023 dan akan mempertahankannya di tahun 2024. Perusahaan juga melakukan life cycle assesment (LCA) untuk mengetahui proses pelaksanaan kegiatan/usaha di perusahaan yang memiliki pengaruh terbesar bagi lingkungan. Kajian dilakukan di seluruh proses ekstraksi gas, produksi gas, maupun transmisinya ke fasilitas penerima.
'Tantangan yang dihadapi oleh JOB Tomori ke depan adalah upaya pengembangan lapangan yang telah mendapatkan potensi pemanfaatan energy gas, dalam hal ini buyer atau badan usaha lainnya yang bergerak di bidang energi," ujarnya.
"Kemudian lainnya adalah menjaga asset untuk tetap handal dalam beroperasi, dimana usia fasilitas produksi yang bertambah usia sehingga harus rutin melakukan perawatan berkala yang tahun ini akan dilakukan pada kwartal ke 3 yaitu TAR (Turn Arround)," pungkasnya.