TRUSTNEWS.ID - Mengacu pada pusat data dan informasi pertanian 2020, penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian sempit 27,86%, pertanian lainnya 2,35% sedangkan yang bekerja di non pertanian sekitar 71,32% dari sekitar 128.454.184 angkatan kerja dan 9.767754 pengangguran.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan pada tahun 2063, tidak ada petani di Indonesia. Alasannya, para petani beralih ke sektor jasa dan industri. Kemudian, alih fungsi lahan. Tahun 2019 menyisakan 7,45 juta hektare lahan pertanian dan meningkatnya laju urbanisasi, diprediksi tahun 2045 jumlah penduduk yang tinggal di kota mencapai 67,1% atau setara 68,3 juta orang.
Kondisi tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan krisis pangan akibat tidak seimbangnya antara ketersediaan bahan pangan dengan jumlah penduduk. Mengingat sebagian besar petani Indonesia berada pada usia yang tidak produktif, maka regenerasi petani perlu dilakukan.
Ironisnya banyak generasi muda yang meninggalkan sektor pertanian dan bekerja pada sektor lain. Untuk itu perlu upaya menggerakkan pemuda dalam mewujudkan kedaulatan pangan, mengingat Indonesia dalam tahun 2020-2035 akan memiliki jumlah usia produktif tertinggi yaitu 64% atau sebesar 297 juta jiwa dari total jumlah penduduk. Ini menjadi peluang strategis untuk melakukan percepatan pembangunan ekonomi karena dukungan sumber daya manusia produktif dalam jumlah yang cukup signifikan.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaring usia produktif masuk ke sektor pertanian hadirnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) – Pertanian Pembangunan (PP) Negeri Banjarbaru yang mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul di bidang pertanian. Sekolah ini merupakan sekolah pendidikan vokasi di bawah naungan Badan Pengembangan SDM Pertanian, kementerian Pertanian RI. SMK-PP Negeri Banjarbaru membuka 3 Kompetensi Keahlian, diantaranya: Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Agribisnis Tanaman Perkebunan, Serta Agribisnis Tanaman Pengolahan Hasil Pertanian.
“Lulusanya menghasilkan lulusan sebagai qualified job seeker dan job creator di bidang pertanian. Termasuk kelak mereka diharapkan dapat menjadi pelaku utama pada sektor pangan dan mendukung terciptanya kedaulatan pangan bangsa,” terang Kepala Sekolah SMK-PP Negeri Banjarbaru, Budi Santoso, SST, MSI kepada Trustnews dalam keterangan tertulisnya.
Harapan ini berpotensi sangat besar terwujud karena, sekolah yang beralamat di Jalan Puteri Junjung Buih No. 15 Banjarbaru, Kalimantan Selatan ini menekankan praktek pembelajaran yang dikemas dengan kurikulum adaptif terhadap perubahan, menjaga link and match dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Dan yang tidak kalah penting, sekolah ini juga tetap berpatokan menerapkan kurikulum merdeka yang saat ini tengah berjalan.
Nilai tambah di sisi lainnya, SMK PP Negeri Banjarbaru selaku UPT dari Kementan terus dilibatkan secara aktif dalam pengawalan dan pendampingan program-program unggulan Kementan, sehingga iklim kedaulatan pangan sudah terbangun lebih erat dengan para siswa.
”Kami juga memperkenalkan kepada siswa dengan teknologi dan IOT yang saat ini memang menjadi dunianya anak muda-milenial. menunjukkan contoh atau best practice milenial yang sudah sukses dan berupaya memitrakan siswa dengan petani sukses tersebut,” terang Budi.
SMK PP Negeri Banjarbaru juga menerapkan pembelajaran berbasis project yang menuntut siswa untuk mengasah kemampuan mengkaji sesuai secara ilmiah yang kemudian mewujud pada sebuah project.
“Selain itu juga, guru-guru didorong untuk melaksanakan penelitian atau uji widya yang dapat didiseminasikan kepada siswa,” tambahnya meyakinkan.