trustnews.id

PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak Menantang Laut Menyambung Harapan
Doc, istimewa

TRUSTNEWS.ID - Di tepi laut utara Jawa Tengah, di mana air pasang menjilat jalanan
dan banjir rob menjadi tamu tak diundang setiap purnama, Siswantono duduk di kursi kantor sederhananya. Di depannya, peta proyek Jalan Tol Semarang-Demak terbentang, garis-garis hitam yang menjanjikan harapan di atas lahan yangdulu adalah laut. Sebagai Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak (PPSD), ia bukan sekadar memimpin sebuah perusahaan—ia sedang bertaruh melawan alam, waktu, dan gravitasi bulan.

“Coba datang ke sini pas hujan,” katanya kepada TrustNews dengan nada yang setengah mengundang, setengah mengeluh.

“Dari Kota Lama sampai Demak, Anda akan tahu bagaimana ekonomi di sini tersendat. Jalanan jadi lautan, mobil-mobil terendam, dan warga bilang bisa main jetski dari Kaligawe ke Sayung.” dia tertawa kecil, tapi matanya serius. Di kawasan ini, banjir bukan sekadar air—ia adalah musuh yang menggerogoti roda ekonomi, dari distribusi barang hingga perjalanan sehari-hari.

Baginya, Tol Semarang-Demak bukan proyek biasa. Dibagi dua seksi—10 kilometer di seksi pertama dan 16 kilometer di seksi kedua—jalan ini adalah ambisi besar PPSD, afiliasi dua raksasa BUMN: PT PP dengan saham 75,1% dan Wijaya Karya dengan 24,9%. Seksi dua sudah hidup, beroperasi sejak Februari 2023, menghubungkan sebagian jalur dari Semarang ke Demak. Tapi seksi satu? “Itu cerita lain,” kata Siswantono.

Seksi satu adalah perjuangan melawan laut. Dibangun dengan dana pemerintah melalui skema Viability Gap Funding (VGF), jalur ini menuntut kesabaran yang tak bisa ditawar.

"Kami uruk laut, bendung, lalu timbun dengan pasir. Ada matras bambu di bawahnya—mungkin Anda pernah lihat di media sosial, sempat viral,” ujarnya sambil mengangkat bahu.

Proses konsolidasi tanahnya rumit: enam lapisan pasir, masing-masing butuh 55 hari untuk ‘duduk’—menanti tanah turun dan stabil. “Tak bisa dipercepat. Alam punya aturannya sendiri,” tambahnya. Targetnya, awal 2027, jalur ini akan siap menyambung Tol ABC ke Demak, melengkapi apa yang kini masih terputus.

Di luar jendela kantor Siswantono, Semarang Utara dan Demak terus tenggelam perlahan. Penurunan tanah— land subsidence—di sini bukan isapan jempol.

Dua sampai tujuh sentimeter per tahun,” katanya, menunjuk ke arah perumahan di belakang jalan utama.

“Dulu ada tambak di sana, sekarang air laut sudah masuk ke pintu rumah, bahkan plafon. Jalan yang dulu tinggi, kini rata dengan laut.” Ia menghela napas Fenomena ini, katanya, adalah gejala alam yang tak bisa dilawan manusia—hanya bisa diakali. Lalu ada rob, banjir air laut yang datang bersama bulan purnama. “Di sekitar gudang Polytron, rob itu pasti,”ceritanya.

“Air naik, jalanan tenggelam, dan kendaraan? Harus pakai cat anti karat kalau tak mau cepat rusak.” Dia menggambarkan pemandangan itu dengan jelas: truk-truk logistik terhenti, warga mengarungi banjir, dan ekonomi lokal tersendat seperti mesin yang kehabisan oli.

Namun di balik semua itu, ada cahaya. Siswantono melihat tol ini sebagai lebih dari sekadar beton dan aspal. “Kalau sudah nyambung, dari Tol ABC ke Sayung, perjalanan akan lancar. Barang sampai tepat waktu, kendaraan tak lagi berkarat, dan masyarakat tak perlu lagi takut hujan atau rob,” katanya penuh keyakinan.

Siswantono membayangkan pedagang dari Semarang bisa mengirim barang ke utara Jawa tanpa hambatan, anak-anak sekolah tak lagi terlambat karena banjir, dan roda ekonomi berputar lebih kencang.

Tapi harapan itu masih jauh di ujung horizon. Seksi satu, dengan segala kerumitannya, baru akan selesai dua tahun lagi. Siswantono tahu, kesabaran adalah kunci—bagi proyek ini, bagi warga, dan bagi dirinya sendiri.

“Kami tak hanya bangun tol,” katanya, suaranya pelan tapi teguh.

“Kami coba sambung harapan mereka yang hidup di tepi laut ini.”

Di luar sana, laut terus bergoyang, bulan terus menarik air, dan tanah perlahan tenggelam. Tapi di atas matras bambu dan timbunan pasir, sebuah jalan sedang lahir— jalan yang, suatu hari nanti, mungkin akan mengubah wajah Jawa Tengah. (TN)