JAKARTA - Islam memiliki konsep sebagai agama rahmat atau kasih sayang untuk seluruh makhluk dan alam semesta (rahmatan lil alamin). Seiring maraknya organisasi atau komunitas mengatasnamakan Islam, justru kosep luhur tersebut menjadi bias. Yang dianggap benar hanya sekelompok kecil mereka, di luar itu salah.
“Sampai saat ini jaringan radikalisme dan terorisme masih bermunculan. Pemahaman Islam mereka berbeda, bahkan ada menentang negara. Sebenarnya kita tidak kalah dengan mereka, cuma kita kurang militan,” ungkap Ajun Komisaris Polisi atau AKP Mabes Polri menyampaikan Bambang S., SH, MH, di Jakarta, 16 Juni 2020.
Pemahaman Islam moderat, lanjut Bambang, perlu digencarkan lagi agar ketahanan dan kesatuan negara semakin kuat.
Di era milenial saat ini, pihaknya mengajak anak-anak muda perlu aktif dan kreatif menghasilkan konten di media sosial dan ranah lainnya. Hal ini untuk menolak narasi dari kelompok-kelompok radikal yang menggerogoti ideologi bangsa.
“Pak Mahfud MD pernah bilang bahwa radikal itu sebenarnya tidak bahaya kalau diartikan sebagai maju dalam berpikir dan bertindak. Yang bahaya ialah paham ‘radikalisme’ yang diartikan sikap ekstrem dalam menginginkan perubahan sosial dan politik secara drastis,” ungkapnya.
Seperti diketahui, gerakan radikalisme muncul di Indonesia kian marak pasca-Pilres dan kasus-kasus politik yang dibungkus dengan agama. Pola organisasi mereka juga beragam, mulai dari gerakan moral ideologi, gaya militer, bahkan konten-konten di akun medsos yang mengarah pada pemikiran radikalisme dan terorisme.
“Kita perlu pemikiran segar serta langkah jitu anak-anak muda milenial untuk mengonter semua ini,” pungkasnya. (atk)