PLTU Tanjung Jati B menerapkan teknologi Flue Gas Desulfurization (FGD). Menghilangkan sulfur dioksida (SO2) dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar fosil batubara.
PT PLN (Persero) secara berkelanjutan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah PLTU Tanjung Jati B, yang terletak di Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah.
General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B, Rahmat Azwin, mengatakan, PLTU Tanjung Jati B menerapkan teknologi Flue Gas Desulfurization (FGD). Ini digunakan untuk menghilangkan sulfur dioksida (SO2) dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar fosil batubara.
"FGD merupakan proses pencampuran emisi gas hasil pembakaran batu bara dengan batu kapur basah agar kandungan SO2 yang dilepaskan ke atmosfer tidak mencemari udara," ujarnya menjawab Trustnews.
Dilanjutkannya, “Efektivitasnya mencapai 95%. Sehingga SO2 yang dikeluarkan melalui cerobong PLTU Tanjung Jati B hanya di kisaran 300 mg/Nm3 dari baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 550 mg/Nm3".
Dengan penerapan teknologi FGD di PLTU Tanjung Jati B, lanjutnya, PLN mampu memanfaatkan keunggulan keekonomian batubara sebagai penghasil energi listrik yang murah, namun tetap ramah bagi lingkungan. Selama setahun terakhir, PLN Tanjung Jati B telah berhasil menurunkan emisi hingga 2.500 Ton SO2, 4.400 Ton NOx, dan 1,3 juta Ton CO2eq.
"Dalam kontribusinya bagi kebutuhan listrik Jawa-Bali, PLTU Tanjung Jati B menghasilkan listrik sebesar 4 x 660 MW atau sekitar 11%," ungkapnya.
Terkait penanganan limbah pembakaran batubara, dijelaskannya, PLN Tanjung Jati B mengembangkan inovasi dalam memanfaatkan fly ash dan bottom ash (FABA). Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku industri oleh produsen semen, FABA juga telah diolah menjadi batako, paving, dan beton pracetak.
Produk-produk tersebut telah digunakan untuk kegiatan Bedah Rumah Tidak Layak Huni sebagai program Corporate Social Responsibility (CSR) PLN di daerah Jepara. Dengan transformasi pemanfaatan FABA menjadi berbagai produk, PLN berharap FABA dapat digunakan untuk menggantikan pasir dalam komposisi pembuatan beton, sehingga dapat mengurangi penambangan pasir yang merusak alam.
"Dari segi ekonomi, FABA juga dapat menekan ongkos pembuatan beton hingga 30%. Dari efisiensi tersebut, pemanfaatan FABA diharapkan akan meningkatkan laju pembangunan infrastruktur nasional," terangnya.
Di tengah pengembangan pembangkit EBT, lanjutnya, PLN masih mempertahankan PLTU dengan teknologi terbarunya. Selain memiliki keunggulan keekonomian untuk menjaga tarif listrik yang terjangkau bagi masyarakat dan berdaya saing bagi investor, juga tetap ramah lingkungan.
'Di sisi lain, dari inovasi pemanfaatan FABA PLTU Tanjung Jati B telah membuka wacana baru bagi stakeholder industri konstruksi dalam pembuatan produk beton. Sehingga pemerintah dapat berhemat APBN hingga 30% dari pembangunan jalan tol, bendungan, dan pelabuhan," pungkasnya. (TN)