PT Guna Era Distribusi (GED) perusahaan yang bergerak di bidang distribusi terus berupaya memantapkan posisinya dalam memenuhi semua kebutuhan pasar terutama untuk produk komponen distribusi listrik di tanah air.
Senior Product Manager PT Guna Era Distribusi (GED), Eddy, mengatakan, GED menawarkan berbagai produk di pasar industri, komersial, telekomunikasi dan transportasi melalui komponen tegangan rendah, saklar dan fuse, metering, dan aksesoris panel, sistem waktu dan cahaya, material konstruksi, penyalur petir, perbaikan faktor daya, dan sistem manajemen energi.
"Adapun produk dalam negeri unggulan yang kami tawarkan yakni Current Transformer (CT), yaitu sebuah perangkat listrik yang digunakan untuk mengubah arus listrik besar menjadi arus listrik kecil untuk dihubungkan ke peralatan metering.
"Awalnya kami hanya membuat CT biasa (sesuai standar) sampai suatu saat PT PLN sebagai pelanggan utama memberikan tantangan untuk membuat tutup CT yang transparan dan ada segelnya. Tantangan ini kami terima dan bahkan telah menjadi standar produksi produk CT kami," ujar Eddy kepada TrustNews.
Eddy juga mengatakan saat ini perusahaan masih fokus menggarap pasar domestik. Pilihan ini diambil dengan perhitungan bahwa harga produk tidak bisa bersaing di luar negeri. Tidak kompetitifnya harga, dikarenakan sampai saat ini bahan baku dalam CT masih banyak bergantung pada impor.
Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi pelaku usaha bagaimana bisa menciptakan bahan baku dari dalam negeri,sehingga mampu menekan biaya produksi.
"Harga jualnya tidak bisa bersaing, karena sejumlah komponen CT masih harus impor," ungkapnya.
Dia pun menyebut, "core dan kawat lilitan sekunder CT yang masih impor".
Belum lagi masalah klasik yakni impor komponen teratasi. Pandemi Covid-19kian memperunyam keadaan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Januari-Juli 2020, neraca perdagangan Indonesia surplus 8,75 miliar dollar AS. Kondisi ini berbalik dari Januari-Juli 2019 yang defisit 2,15 miliar dollar AS.
Dari sisi ekspor dan impor, akumulasi ekspor pada Januari-Juli 2020 sebesar 90,12 miliar dollar AS. Angka ini menutup akumulasi impor yang sebesar 81,37 miliar dollar AS. Secara sektoral, ekspor industri pengolahan pada Januari-Juli 2020 mencapai 72,52 miliar dollar AS atau lebih rendah 0,67 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2019.
Impor pada Januari-Juli 2020 merosot 17,17 persen secara tahunan akibat impor barang modal anjlok 18,98 persen secara tahunan dan impor bahan baku/penolong merosot 17,99 persen secara tahunan.
Secara umum, impor bahan baku dan penolong sekitar 74 persen dari total impor Indonesia. Adapun impor bahan modal sekitar 15 persen, sedangkan sisanya berupa impor barang konsumsi.
Dalam kondisi tersebut, pada Maret 2020, pemerintah memberikan stimulus fiskal kepada 19 sektor industri manufaktur dalam bentuk relaksasi bea masuk impor bahan baku dengan melakukan pembebasan bea masuk. Hal ini untuk menggerakkan perekonomian tengah pandemi virus corona di dunia.