trustnews.id

DPD GPEI Dearah Istimewa Yogyakarta JARING BUYER DENGAN WEBINAR
Ketua DPD GPEI DIY, Yuyun Yunastuti

Hampir semua lini bisnis terkena dampak pandemi secara signifikan. Situasi ini terjadi tak hanya pada bisnis baru, bahkan perusahaan yang sudah stabil harus rela berganti sistem demi bisa survive, meski tak jarang akhirnya ada yang gulung tikar.

Bisnis di era pandemi perlu treatment berbeda, termasuk bagaimana tata kelola dan sistem operasional bisnis. Ketidakpastian dunia finansial membawa efek buruk pada hampir semua bisnis dimana daya beli menurun, sementara perusahaan harus tetap beroperasi jika tak ingin tersisih oleh kompetitor. Model bisnis digital yang tak mengharuskan konsumen tatap muka akan terus mendapat tempat, bahkan kemampuannya semakin meningkat.

Model bisnis digital tersebut saat ini juga menjadi andalan bagi Dewan Pimpinan Derah (DPD) Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam membuka peluang bisnis. Mereka membuka akses bisnis pasar melalui webinar. Langkah ini dinilai sangat strategis dan tepat dalam mengurangi intensitas untuk terjun langsung ke lapangan. Dan yang tidak kalah penting, trik ini juga sangat jitu dalam mendulang bisnis tetap berjalan di masa pendemi.

Kalau kegiatan webinar direspon positif, kemudian diupayakan meeting langsung dengan buyer. Bisnis pun terjadi. Beberapa permintaan buyer langsung dilanjutkan dengan mengontak langsung para member untuk mewujudkan ekspor.

“Efeketifitas model bisnis ini sangat signifikan peningkatannya, terutama dalam mendongkrak ekspor yang selama pandemi mencapai 40 persen. Justru selama masa pandemi eskpor di wilayah Yogyakarta mengalami peingkatan,” ungkap Ketua DPD GPEI DIY, Yuyun Yunastuti kepada Trustnews.

Peningkatan ekspor di wilayah Yogyakarta dipicu komoditas favorit bagi sejumlah negara berupa furniture dan kerajinan tangan (handy craft). Dua komidatas ini memang memiliki daya jual tinggi dan menarik minat banyak orang, karena masih mengedepankan nilai artistik dan budaya lokal yang cukup tinggi. Selain itu juga ada produk makanan dan minuman. Salah satunya gula semut dari Januari sampai dengan Mei 2021 mencapai Rp 60 miliar.

Kalaui soal kualitas, jangan khawatir DPP GPEI DIY sangat concern akan hal ini. Setiap produk yang akan dieskpor akan selalu ada pendampingan dari Tim DPD GPEI DIY sebagai langkah untuk mening- katkan kualitas produk makanan sesuai standar negara destinasi.

Namun, sekalipun pelaksanaan ekspor ini terlihat mulus-mulus saja, bukan berarti DPD GPEI DIY tidak pernah berhadapan dengan masalah. Justru di tengah mewabahnya COVID-19 tantangan terjadi di sektor logistik, terutama sulitnya mencari kontainer dan kapal pengangkut barang.

GPEI DIY sendiri sudah berupaya semaksimal mungkin untuk bisa mengatasi problem yang berdampak cukup besar tersebut. Upaya mediasi yang dilakukan sejak Oktober 2020 hingga sekarang belum maksimal membuahkan hasil. Akibat persoalan ini pada tahun sebelumnya ada 40 kontainer yang akan dikirim ke Brazil gagal berangkat.

Untuk tahun 2021 sudah tercatat ada 20 kontainer yang bakal menyebar ke sejumlah negara di dunia. Untuk mengantisipasi gagal berangkat Yuyun dan jajarannya terus meningkatkan mediasi.

Tak mau kegagalan besar terulang lagi, Yuyun juga sempat melakukan pendekatan ke PT Garuda Indonesia, sebab hanya lewat maskapai nasional inilah beberapa kiriman barang bisa dialihkan. Selain itu, pihaknya juga berupaya untuk melakukan upaya dengan menyewa kapal, bahkan melakukan pendekatan yang lebih intens dengan pihak cargo. Harapan Yuyun, semua kendala bisa teratasi. Barang-barang yang diekspor bisa sampai ke tujuan.

“Harapan yang paling besar dari kami agar pandemi ini bisa segera berakhir. Sebab untuk ekspor nggak mungkin kan kita work from home? Karena memang produksi kita nyata ada di lapangan dan tidak bisa diam lama-lama di kantor,” harap Yuyun.

Ditambah lagi, dalam stuasi sekarang biaya cargo, baik melalui laut maupun udara mengalami peningkatan yang sangat tajam. Selain biaya meningkat, kadang masalah waktu juuga kerap jadi kendala, baik itu terlambat atau meleset dari tujuan. “Tapi memang kondisi ini bukan hanyat terjadi di Indonesia, hampir di semua negara mengalami masalah demikian. Bahkan yang tragis lagi, cargonya tidak bermasalah, tapi negara tujuannya sedang menerapkan lockdown. Ini kan repot. Bisa dibayangkan betapa luasnya dampak yang ditimbulkan COVID-19,” tambahnya.

Di luar itu, pihaknya terus menggenjot untuk menjaring jumlah buyer lebih banyak lagi melalui program ‘Cetak Eksportir Baru.’ Pihaknya terus melakukan pendampingan ekspor, kurasi bahkan sharing knowledge mengenai ekspor bagi 100 orang calon eksportir di setiap kabupatan di Provinsi DIY.

Gerak Cepat

Sebagai wadah bagi para eksportir dan calon eksportir di wilayah Yogyakarta, Yuyun terus mengembangkan strategi dan meningkatkan sinergi dengan sejumlah pihak, satu di antaranya dengan Karantina Pertanian Yogyakarta. Jalinan kebersamaan itu membahas strategi peningkatan ekspor di Provinsi yang kental nuansa budayanya tersebut. Pembahasan ini diikuti oleh seluruh Dinas Pertanian di Provinsi DIY, BPTP Yogyakarta serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY. Tujuannya untuk meningkatkan ekspor komoditas pertanian ke sejumlah negara.

Yuyun Yunastuti menghimbau agar semua pihak yang terlibat akan rencana ini untuk bergerak cepat dalam merealisasikan ekspor komoditas pertanian, karena banyak permintaan dari luar negeri yang selama ini belum dapat dipenuhi. Apalagi, olahan produk pertanian seperti buah kering sangat diminati pasar luar negeri. Olahan produk pertanian mempunyai nilai tambah yang tinggi, regulasinya juga tidak sulit dan memiliki masa kadaluarsa yang lebih lama.

GPEI DIY siap menyokong teknologi pertanian dalam pencapaian target. Dengan sinergi dari beberapa instansi ini diharapkan akan mempercepat capaian target.

Dukungan Pemprov DIY sendiri terkait pelaksanaan ekspor diakui Yuyun jelas sangat banyak. Di awal pandemi, pihaknya juga bekerja sama dengan Dinas Perdagangan Daerah untuk menggelar kegiatan pameran yang dilaksanakan secara online.

Selain itu juga ada kegiatan bertajuk forum ekspor. Tampilannya bukan dibuat dalam format website, melainkan online. Sehingga semua stakeholder, mulai dari GPEI, Bea Cukai, Perdagangan berkumpul menjadi satu untuk menggagas atau membahas persoalan dibuat melalui forum diskusi maupun fitur-fitur lain terkait ekspor. Bisa diakses langsung oleh para eksportir atau pun calon eksportir UMKM. Misalnya dari kemaren sistem online di bea cukai itu off/mati. Kemudian selanjutnya akan dipandu secara manual. Ini dilakukan sebagai upaya agar kegiatan ekspor impor di Yogyakarta tidak terhambat hanya gara-gara sistemnya mati.

Pemerintah Kabupaten juga membuka akses dan hubungan yang baik dengan GPEI dan asosiasi lainnya untuk memudahkan menjaring pasar atau buyer. Caranya melakukan kontak langsung atau pertemuan B to B dengan buyer.

Semoga beragam upaya dalam menjawab tantangan di masa pandemi dan mampu memberikan nilai tambah serta meningkatkan inovasi dalam mengembangkan kegiatan ekspor di daerah, khususnya wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.