Mengalami tekanan di awal pandemi, kinerja Pelindo II kembali tumbuh 11 persen di Kuartal II 2021.
Sempat mengalami tekanan dari efek pandemi Covid-19, namun secara perlahan PT Pelabuhan Indonesia II atau IPC menunjukkan pemulihan terutama di sektor petikemas yang tumbuh 11 persen di KuartalII 2021.
Dari capaian operasional pada Kuartal II 2021, arus peti kemas di Pelabuhan IPC tumbuh sebesar 11,5% menjadi 3,73 Juta TEUs dari periode yang sama di tahun 2020 yaitu 3,35 Juta TEUs. Untuk arus barang pun mengalami kenaikan, dari yang sebelumnya 25,35 Juta Ton di kuartal II tahun 2020, menjadi 27,68 Juta Ton di periode yang sama di tahun 2021, angka ini meningkat sebesar 9,2%.
Sedangkan untuk arus kapal di Pelabuhan IPC terealisasi sebesar 85,64 Juta gross tonnage (GT) lebih rendah 3,3% dari kuartal II 2020 yaitu 88,52 Juta GT. Hal ini dikarenakan adanya efisiensi penggunaan kapal dengan GRT yang lebih besar sehingga volume yang dimuat lebih banyak.
"Sebagai gambaran tahun 2020 turun mungkin sekitar belasan persen. Dan, tahun 2021 kalau kita lihat dari sisi peti kemas khusus Tanjung Priok saja, ini bila dibanding tahun 2020 itu sudah tumbuh 12 persen lebih," ujar Direktur Utama Pelabuhan Indonesia (Pelindo II) Arif Suhartono menjawab TrustNews.
"Lebih hebatnya lagi dibanding tahun 2019 sebelum Covid-19 sudah tumbuh juga sekitar 1,9 persen," tegasnya.
Sebagai kilas balik, pandemi Covid-19 telah menimbulkan dampak besar bagi perekonomian global dan nasional. Begitu juga dengan Pelindo II atau Indonesia Port Corporations (IPC), dalam pandangan Arif, lebih disebabkan faktor kebingungan apa itu Covid-19 dan bagaimana menyikapinya. Ini disebabkan minimnya info terkait Covid-19 dan begitu cepatnya penyebaran.
"Terus terang saja sejak awal pandemi bulan Maret 2020 waktu itu masih kebingungan dan informasi covid juga masih minimal. Ada dua perintah yang harus kita jalankan. Pertama dari pemerintah memastikan bahwa logistik tidak boleh terganggu. Tapi waktu itu PSBB yang artinya waktu itu di khawatirkan pergerakan orang dari luar Jakarta ke Jakarta itu terhambat. Padahal sebagian besar tenaga kerja kita dari luar Jakarta," paparnya.
Arif pun melanjutkan, “Sebagian besar tenaga kerja dari luar Jakarta sudah khawatir banget logistik kita agak terganggu dan ada pembatasan kegiatan."
"Singkat cerita dengan kondisi dan komunikasi yang bagus semuanya tetap berjalan, kegiatan pelabuhan tetap berjalan. Dan Alhamdulillah sampai dengan hari ini tidak ada gangguan yang berarti," tegasnya.
Dia mengaku, meski mengalami dampak dari pandemi. Namun, di masa pandemi, arus peti kemas domestik memiliki ketangguhan yang lebih baik dari pada arus peti kemas internasional.
"Pelindo 2 petikemasnya paling tinggi di angka 66 persen dibanding pelindo 1,3, dan 4 yang relatif sedikit karena perbandingannya saat pandemi Tanjung Priok hampir 70 persen peti kemas internasional. Efeknya banyak Negara juga mengalami lockdown atau PPKM sehingga trafic-nya turun banyak," ungkapnya.
Bagi Arif, inovasi menjadi salah satu upaya adaptasi sebuah korporasi agar tetap bertahan menghadapi berbagai perubahan untuk menghadirkan pelayanan berkelas dunia.
Terlebih pada masa pandemi seperti ini, inovasi sudah menjadi barang tentu untuk dapat terus menggerakkan aktivitas perusahaan dari dampak yang ditimbulkan. Meski tidak secara signifikan, dampak pandemi juga melanda sektor kepelabu- hanan, kemaritiman dan logistik Indone- sia. Sehingga inovasi menjadi salah satu cara jitu untuk dapat meminimalisir dan agar tetap tumbuh akibat adanya pandemi Covid-19.
“Sebenarnya sudah kita siapkan sejak lama tetapi dengan adanya pandemi tentunya ini akan menjadi cepat lagi. Digitalisasi juga meningkatkan transparansi," ungkapnya.
Dia pun memberikan contoh, "Kemarin saat rame-rame pungli dengan adanya digitalisasi langsung cepat clear, dengan digitalisasi pasti akan memperbaiki semua. Semakin mengurangi kontak kami dengan costumer kami. Dan itu kita harapkan menjadi pelayanan lebih baik lagi," pungkasnya.(TN)