Keengganan petani menggunakan benih bersertifikat masih cukup tinggi. Benih yang tidak tumbuh menjadi alasannya. Bersama mitra, PT Pertani memasyarakatkan benih padi bersertifikat.
Keberadaan benih padi menjadi faktor penting yang mempengaruhi peningkatan produksi padi. Penggunaan benih padi unggul dan berkualitas berbanding lurus dengan frekuensi panen, mutu hasil padi dan sarana pengendalian hama dan penyakit.
Terutama jika dibarengi dengan faktor lain seperti penggunaan pupuk berimbang, perbaikan infrastruktur dan pengolahan paska panen.
Hanya saja, dari tahun ke tahun, masih banyak ditemukan petani yang enggan menggunakan benih padi bersertifikat, tentu dengan beragam alasan. Satu diantaranya, takut menggunakan benih berlabel karena pernah mengikuti anjuran penyuluhan penggunaan bibit berlabel, namun setelah dicoba ternyata benihnya tidak tumbuh. Hasilnya mereka lebih suka menggunakan benih lokal.
Sejak tahun 2016 hingga saat ini, jumlah petani yang enggan menggunakan benih bersertifikat antara 50 persen - 60 persen. Angka itu merujuk Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2017. Penggunaan benih padi bersertifikat berdasarkan bantuan program pemerintah dan pasar bebas sampai dengan triwulan III tahun 2017 mencapai 87.639,29 ton atau 36,92% dari total kebutuhan benih potensial 237.389 ton. Berarti lebih dari 60 % petani menggunakan benih padi tidak bersertifikat.
Angka itu tak jauh bergerak di 2021, sebagaimana diakui Direktur Utama PT Pertani (Persero), Maryono, "Memang tidak semua petani kita menggunakan benih padi yang bersertifikat. Angkanya sekitar 50 persen."
Begitu juga dengan keluhan petani soal benih yang tidak tumbuh. "PT Pertani selalu mengedepankan kualitas dan dalam penggunaannya selalu ada petunjuk. Misalnya campuran kualitas lain, ada kadar air, kemudian ada daya tumbuh dan macama-macam," jelas Maryono menjawab TrustNews.
"Kalau mengikuti standar yang berlaku, para konsumen dalam menggunakan benih bersertifikat dijamin akan memenuhi kualitas yang baik," tegasnya.
Maryono juga mengungkap data, PT Pertani sebagai BUMN klaster pangan telah memasok benih padi sebanyak 19.668 ton untuk luasan 786.720 hektare lahan sawah pada Semester pertama Tahun 2021.
Pasokan benih disalurkan langsung ke para petani yang diajukan oleh Kementerian Pertanian dan dinas pertanian daerah melalui program E-Katalog Benih Padi dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
"Pada semester I/2021 PT Pertani sudah menyalurkan benih padi ke lebih 24 provinsi di Indonesia mencapai 68 persen dari realisasi tahun 2020. Sebelumnya, selama tahun 2020 Pertani berhasil memasok benih untuk 1 juta hektare lebih sawah atau sekitar 28.855 ton dari permintaan E-Katalog LKPP," urainya.
Maryono juga menegaskan, dalam upaya memenuhi kebutuhan benih padi bantuan pemerintah melalui e-Katalog, Pertani tidak mendapatkan keistimewaan, melainkan murni bersaing dengan para produsen lain yang terdaftar pada e-Katalog Benih Padi Kementan.
"Pertani hanya menjual benih bersertifikat dengan mutu yang lebih tinggi dari mutu benih yang distandarkan. Kalau standarnya 95 persen, benih padi kami bisa 99 persen," ujarnya.
Pertani merupakan BUMN yang didirikan sejak tahun 1959 sebagai BUMN pionir yang fokus pada sektor pertanian.
Pertani adalah perusahaan perseroan yang bergerak di bidang perbenihan dan perberasan yang memproduksi, mengadakan serta memasarkan.
Sebelumnya PT Pertani (Persero), sebagai BUMN pangan berhasil memasok kebutuhan benih padi inbrida untuk lebih dari 1 juta hektare sawah di seluruh Indonesia sepanjang 2020.
Maryono mengungkapkan, total kebutuhan benih padi nasional kurang lebih 350.000 ton per tahun sementara benih padi bantuan pemerintah melalui E-Katalog Kementerian Pertanian RI sebesar 73.251 ton untuk luas 2.930.048 hektare.
Dari total 73.215 ton, Pertani sudah memasok sebanyak 28.855 ton, yang artinya 39 persen dari bantuan benih padi bantuan Kementerian Pertanian RI. Hal tersebut setara dengan kebutuhan untuk 1,14 juta hektare sawah.
Secara kuantum capaian penjualan benih Pertani sampai dengan Desember 2020 mencapai 31.150 ribu ton dengan rincian permintaan pasar benih padi bantuan pemerintah sebesar 28.855 ton dan penjualan secara ritel ke distributor dan kios ritel sebesar 2.295 ton.
"Indikasi keberhasilan bagi Pertani itu nggak muluk-muluk jika petani sebagai mitra kami meraih keuntungan. Saat ini Pertani punya mitra berdasarkan luas lahan sudah mencapai 20ribu hektare, ini kami mau tingkatkan terus. Kita berencana tahun depan bisa mencapai 40ribu hektare, jadi kami bisa menebar benih-benih bersertifikat kepada para petani," pungkasnya. (TN)