TRUSTNEWS.ID — Kondisi perekonomian Jakarta hingga Triwulan III 2025 relatif stabil. Meskipun pada bulan ini inflasi mencapai level tertinggi sepanjang tahun, namun nilainya masih dalam rentang target sasaran. Kondisi ini pun diimbangi dengan optimisme keyakinan konsumen naik dan tetap terjaga optimis di tengah kenaikan beberapa harga komoditas.
Fiskal Jakarta juga menunjukkan kinerja yang positif. Hingga Triwulan III 2025, APBN dan APBD Jakarta tetap adaptif menghadapi berbagai tantangan di tengah ketidakpastikan global.
Pendapatan dan Belanja Negara terus dioptimalkan perannya dalam menjaga daya beli masyarakat serta tetap ekspansif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui program- program prioritas pemerintah.
Dari sisi ekonomi makro, pada September 2025, Jakarta mengalami inflasi tahunan sebesar 2,46% (yoy). Inflasi tahunan ini merupakan yang tertinggi sepanjang tahun, namun masih tetap dalam rentang target sasaran. Hal ini dipengaruhi kenaikan beberapa harga komoditas antara lain Air Minum PAM, Emas Perhiasan, dan Daging Ayam Ras. Beberapa indikator pertumbuhan ekonomi di Jakarta juga masih terjaga optimis. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih berada di zona optimis pada level 145,48. Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) berada di level 134,19 dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) berada di level 156,76.
Dari sisi fiskal, kinerja Belanja APBN terus diakselerasi untuk mendorong program prioritas pemerintah. Hingga 30 September 2025 Belanja APBN telah terserap 69,73% atau senilai Rp1.347,34 T. Belanja ini naik 4,74% (yoy) utamanya didorong oleh naiknya Belanja K/L.
a. Belanja K/L mencapai Rp540,83 T atau 68,71% dari pagu, naik 17,38% (yoy). Adapun highlight belanja terbesar Bulan September menurut Kementerian/Lembaga antara lain (1) Kementerian Pertahanan sebesar Rp21,63T, mayoritas untuk Belanja Modal Peralatan dan Mesin, (2) Badan Gizi Nasional Rp9,07T, mayoritas untuk Kegiatan MBG, (3) Polri sebesar Rp7,78 T, mayoritas untuk Belanja Modal Peralatan dan Mesin, dan (4) Kementerian Kesehatan sebesar Rp 6,88 T, mayoritas untuk Jaminan Sosial Kesehatan.
b. Belanja Non K/L mencapai Rp789,16 T atau 70,75% dari pagu, terkontraksi 2,28% (yoy). Mayoritas belanja Non K/L di antaranya untuk Program Pengelolaan Subsidi sebesar Rp26,60 T dalam bentuk Subsidi Energi BBM, Subsidi Non BBM, dan Subsidi Bunga.
c. Dukungan APBN kepada APBD melalui Transfer ke Daerah (TKD) telah terealisasi Rp17,35 T atau 58,32% dari pagu, naik 32,87% (yoy). Penyaluran per bulan September utamanya berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp667,28 M, DAU sebesar Rp20,84 M, dan BOP PAUD sebesar Rp12,55 M.
Kinerja Pendapatan APBN hingga akhir September 2025 mencapai Rp1.299,89 T atau 71,64% dari target, terdiri dari:
a. Kinerja Pajak kembali menunjukkan tren yang positif ditopang oleh PPN Impor. Hingga 30 September 2025 Penerimaan Pajak netto mencapai Rp990,71 T atau 64,68% dari target, naik 3,28% (yoy).
b. Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai Rp16,49 T atau 62,96% dari target APBN, terkontraksi 4,47% (yoy) akibat moderasi penerimaan bea masuk. Hal ini salah satunya karena masih berlangsungnya insentif Bea Masuk 0% untuk Importasi Kendaraan bermotor listrik s.d. Desember 2025. Sementara itu Penerimaan Cukai meningkat berasal dari importasi MMEA dan EA serta Cukai Hasil Tembakau.
c. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp290,90 T atau 113,64% dari target, terkontraksi 23,09% (yoy). Meskipun secara keseluruhan terkontraksi, namun realisasi PNBP Pengelolaan Aset, Piutang dan Lelang sd September 2025 masih tumbuh 19,02% (yoy), dengan total realisasi sebesar Rp 552,05 M.
Sementara itu, kinerja APBD Jakarta hingga 30 September 2025 mempertahankan surplus didorong oleh kinerha Pendapatan Asli Daerah yang tumbuh positif. Pendapatan APBD Jakarta mencapai Rp58,47 T atau 69,24%, tumbuh 17,78% (yoy). Kenaikan ini didorong oleh kenaikan Pajak Daerah, utamanya karena kenaikan pada PBB-P2, PKB, Pajak Makanan dan/atau Minuman, dan BPHTB.
Kinerja Belanja APBD mencapai Rp42,19 T atau 49,07% dari target, naik 8,85% (yoy). Komponen Belanja Bantuan Sosial tumbuh signifikan sebesar 66,61% dengan total realisasi. Kenaikan didorong adanya peningkatan penyaluran Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus akibat penambahan jumlah penerima dan perubahan mekanisme penyaluran dari triwulan menjadi bulanan.
Kondisi perekonomian Jakarta saat ini relatif stabil meski inflasi mencapai level tertinggi sepanjang tahun, diimbangi oleh optimisme konsumen yang terjaga. Kondisi fiskal meskipun defisit, namun mencerminkan langkah adaptasi dan ekspansif yang sehat. Hal ini merupakan hasil dari percepatan belanja untuk menggerakkan ekonomi, seiring dengan meningkatnya pendapatan negara yang menjaga keseimbangan fiskal tetap kuat dan berkelanjutan. Sinergi fiskal antara
APBN dan APBD menunjukkan efektivitas koordinasi kebijakan dalam menjaga keseimbangan makro ekonomi serta mengarahkan










